Mohon tunggu...
Ari Sony
Ari Sony Mohon Tunggu... Administrasi - Bung Arson, Pengamat dan Pemerhati Olahraga Khususnya Sepakbola

Olahraga adalah nadi yang harus selalu digerakkan, dan ketika menulis topik lainnya harus sesuai dengan sudut pandang sendiri dan pemikiran yang matang

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

"Aksi Tengil" I Putu Randu di SEA Games 2019 dan Deretan Aksi Kontroversi Atlet Lainnya

13 Desember 2019   05:04 Diperbarui: 15 Desember 2019   09:16 1031
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pergelaran SEA Games 2019 di Filipina telah usai, Kontingen Indonesia menempati peringkat ke-4 dengan raihan 72 medali emas. 

Di peringkat ketiga ada Thailand dengan raihan 92 medali emas, disusul pada peringkat kedua ada Vietnam dengan 98 medali emas dan Juara umum diraih oleh tuan rumah Filipina dengan raihan 149 medali emas.

Kegagalan Kontingen Indonesia dalam meraih posisi runner up, seperti yang ditargetkan oleh Presiden Joko Widodo dan kegagalan timnas garuda U-22 meraih medali emas di cabang olahraga sepakbola memberikan rasa "ambyar" di hati pecinta olahraga Tanah Air.

Cabang olahraga Bola Voli sebagai salah satu olahraga terpopuler di Indonesia, setelah sepakbola dan bulutangkis, berhasil meraih medali emas. 

Di kategori Bola Voli Indoor Putra setelah menumbangkan Filipina dengan skor telak 3-0. Keberhasilan I Putu Randu dkk, meraih medali emas menjadi obat penawar luka atas kegagalan cabang olahraga sepakbola putra meraih medali emas. Walaupun rasanya berbeda, jika Timnas Garuda U-22 meraih medali emas rasanya pasti lebih puas.

Apapun itu, keberhasilan tim bola voli putra meraih medali emas putra patut kita syukuri, apalagi raihan medali emas ini mengakhiri dahaga puasa 10 tahun emas SEA Games.

Dalam prosesnya, tim asuhan Mister Li (sapaan untuk Li Qiujiang) dalam meraih medali emas SEA Games 2019 sangat mulus dan kejam. 

Dari babak penyisihan hingga final, Rivan dkk tidak kehilangan satu set pun. Vietnam, Kamboja, Myanmar, dan Filipina (Filipina dihajar dua kali di babak penyisihan dan final).

Fans bola voli Indonesia pasti bertanya, di mana hilangnya negara Thailand? Yang selama ini mendominasi medali emas selama perhelatan SEA Games. 

Secara mengejutkan, Thailand kalah dari tuan rumah Filipina di babak Semifinal. Sehingga Rivan dkk, tidak perlu bersusah payah untuk memerah keringat ketika berhadapan dengan Thailand.

Mungkin jalan ceritanya berbeda jika tim voli putra bertemu Thailand di babak final. Psikologi dan mental pemain lebih berat rasanya jika harus berhadapan dengan musuh bebuyutan yang dalam 10 tahun terakhir mendominasi SEA Games.

Hadirnya I Putu Randu, menjadi pembeda dan pemberi warna dalam cabang olahraga bola voli SEA Games 2019. Aksi tengil I Putu Randu dalam memberikan semangat kepada tim, ketika berhasil mencetak poin atau tim Indonesia dapat poin menambah semangat para pemain Indonesia.

Aksi tengil, I Putu Randu jadi sorotan Voli Lovers Indonesia dan Voli Lovers Filipina, gerakan seperti memotong leher dilakukan saat babak penyisihan melawan Filipina.

 Sejatinya gerakan memotong leher, ia tujukan kepada pemain Indonesia yang ada di bench pemain cadangan untuk memberikan semangat dan berselebrasi. 

Hanya saja, voli lovers Filipina menganggap sebagai ejekan bagi mereka, karena mengarah ke tribun penonton. 

Untuk hal ini, Randu telah mengklarifikasinya bahwa aksi tengil tersebut untuk pemain Indonesia, bahkan ia juga menyebut saya cinta Filipina dalam wawancara setelah final.

Namun, satu gerakan lain yang tertangkap kamera usai Indonesia meraih medali emas usai di final mengalahkan Filipina menjadi sorotan. Ia kedapatan mengacungkan jari tengahnya. Sontak namnya kembali menjadi perbincangan di jagad raya twitter.

Netizen, kebanyakan dari Filipina yang mempertanyakan maksud dari aksi tengil I Putu Randu tersebut. Banyak netizen Filipina yang mem"bully" aksi tengil I Putu Randu. 

Tak sedikit yang mengadukan kelakuan I Putu Randu tersebut pada Presiden Joko Widodo, dengan me-mention akun Jokowi.

Di luar aksi tengil, I Putu Randu yang memancing kontroversi bagi voli lovers. Kita juga harus mengapresiasi permainan I Putu Randu yang telah bahu membahu bersama pemain voli lainnya seperti Rivan Nurmulki, Doni Haryono, Sigit Ardian untuk berjuang meraih medali emas di SEA Games 2019.

Aksi tengil lain yang sebelumnya mengundang tawa dan decak kagum adalah yang sering dilakukan oleh Kevin sanjaya dalam memprovokasi lawan-lawannya. Aksi terbaru aksi tengil Kevin Sanjaya dilakukan dalam turnamen BWF World Tour Finals 2019.

Saat itu, Marcus/Kevin tertinggal dengan skor 12-20. Kevin yang tengah adu serangan dengan Liu melakukan aksi tengil seolah-olah ingin mengembalikan pukulan Liu yang sejatinya melebar jauh. Melihat aksi itu, komentator TV dalam bahasa Inggris pun ketawa.

Banyak atlet olahraga lain yang melakukan aksi tengil atau kontroversi. Di antaranya, aksi Mike Tyson yang menggigit kuping Evander Holyfield dalam pertandingan rematch tahun 1997, rasa frustasi menjadi salah satu alasan Tyson menggigit kuping Holyfield.

Kemudian aksi tengil yang sangat kejam dan sadis, dilakukan oleh Tonya Harding pada tahun 1994. Atlet ice skating yang lagi naik daun, lolos ke Olimpiade musim dingin 1994 dan akan bersaing dengan Nancy Kerrigan atlet terbaik saat itu. 

Karena merasa pesimis dan takut tersaingi, Tonya Harding melakukan tindakan brutal. Kasus ini diawali dengan suami Tonya yang menyewa orang untuk mematahkan kaki Nancy, beberapa minggu sebelum Olimpiade dimulai.

Dalam sepak bola kita sering sekali mendengar dan melihat beberapa aksi tengil atau aksi kontroversial yang dilakukan oleh para pemain atau pelatih top dunia. 

Mario Balotelli, tak terhitung berapa perilaku aneh yang telah ia lakukan selama ini, salah satu aksi konyolnya yang lucu saat bermain kembang api di rumahnya menyebabkan kebakaran di dalam rumahnya.

Luis Suarez, tingkah kontroversinya saat ia menggigit bahu Giorgio Chiellini dalam pertandingan Piala Dunia 2014, melakukan aksi penyelamatan gilanya pakai tangan saat menghalau bola yang akan masuk ke gawang Uruguay dalam perempatfinal Piala Dunia 2010 melawan Ghana. Aksi kontroversi lainnya saat mengucapkan kata-kata rasis kepada Patrice Evra

Eric Cantona merupakan pemain dengan tipikal sumbu pendek, mudah emosi mudah meledak dan sering mendapatkan kartu merah. Aksinya yang akan selalu dikenang saat melakukan tendangan kungfu ke arah suporter tim lawan Crystal Palace yang bernama Matthew Simmons.

Kejadian ini bermula aksi protes Cantona yang tidak ditanggapi oleh wasit, karena ia sering dijegal bek Place Richard Shaw. Dalam sebuah kesempatan, Cantona membalas dengan menendang Shaw, setelah dihadiahi kartu merah. 

Saat akan berjalan menuju ruang ganti, Cantona diejek oleh fans Palace tersebut. Ejekan tersebut ia balas dengan tendangan kungfu dan melayangkan pukulan ke arah Matthew Simmons.

Jose Mourinho, di pinggir lapangan pernah merayakan kemenangan di Old Trafford dengan berlari sekitar 100 meter, saat merayakan kemenangan FC Porto di babak fase gugur melawan Manchester United dengan kemenangan dramatis, selain itu pernah dua kali memprovokasi publik Camp Nou Barcelona dalam laga liga Champions.

Menurut penulis aksi tengil atau kontroversi yang dilakukan oleh atlet atau pemain adalah sah-sah saja, selama untuk hiburan dan seru-seruan untuk penonton yang sudah mahal membeli tiket pertandingannya. 

Itu merupakan ranahnya pemain untuk mengekspresikan diri untuk menambah semangat dan kepercayaan diri pemain dan rekan tim ketika bertanding.

Aksi ini tentu dilakukan untuk menjatuhkan mental pemain lawan, agar mudah emosi dan terprovokasi sehingga pemain lawan tidak fokus dan mudah dikalahkan. 

Tetapi bagi si pembuat aksi tengil, hal ini juga bisa jadi bumerang selama dia lengah dan menyepelekan lawan.

Untuk aksi-aksi tengil dan kontroversi untuk mencederai lawan atau dengan mengacungkan jari tengah sebaiknya jangan dilakukan karena selain resiko mencederai pemain lawan juga bisa memicu emosi pemain, penonton dan netizen.

Lebih baik aksi tengil seperti yang dilakukan oleh Kevin Sanjaya yang mengundang decak kagum karena kelucuan dari aksi tengil tersebut. 

Satu lagi poin penting untuk atlet profesional maupun amatir yang kadang ikut tarkam, jangan memprovokasi lawan atau penonton dengan aksi tengil yang memancing emosi, karena hal ini bisa memicu perkelahian atau amukan suporter.

Salam hangat dan salam olahraga.

Sumber : [1] [2] [3]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun