Mohon tunggu...
Sonya Yulia
Sonya Yulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa yang mempunyai hobi membaca cerita yang berakhir sedih.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Membangun Generasi Cerdas: Mengapa Pendidikan Seks Penting untuk Membangun Kesadaran dan Perlindungan Diri Anak

30 November 2024   21:25 Diperbarui: 30 November 2024   21:21 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Pendidikan seks di Indonesia masih dianggap sebagai topik yang vulgar dan tabu untuk diajarkan pada anak-anak. Banyak orang tua tidak membahas pendidikan seks karena mereka merasa cemas dan takut hal tersebut akan mendorong anak mereka melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. Selain itu, minimnya pengetahuan orang tua tentang pendidikan seks juga menjadi penghalang dalam memberikan informasi yang tepat kepada anak. Padahal, pendidikan seks seharusnya menjadi bekal penting bagi anak-anak untuk melindungi diri mereka sejak dini. Dengan pendidikan seks yang baik, anak-anak akan dapat memahami tubuh mereka dan apa yang terjadi selama masa pubertas, sehingga akan membantu mereka lebih menghargai tubuh mereka dan meningkatkan kesadaran mereka akan kesehatan reproduksi. Anak-anak yang mendapatkan pendidikan seks yang memadai cenderung lebih paham tentang pentingnya pemeriksaan kesehatan dan pencegahan penyakit menular seksual. Mereka juga belajar untuk membangun hubungan yang sehat, menghormati batasan, dan mencegah terjadinya pelecehan seksual.

Maraknya kasus-kasus tentang kekerasan seksual di Indonesia menunjukkan betapa pentingnya pendidikan seks untuk anak-anak. Menurut data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) pada tahun 2024 terdapat 20.899 kasus kekerasan seksual di Indonesia, dengan 4.605 korban laki-laki dan 18.089 korban perempuan. Kekerasan seksual kebanyakan dialami oleh perempuan karena adanya dominasi gender, yaitu ketika satu jenis kelamin, biasanya laki-laki memiliki lebih banyak kekuasaan. Sayangnya, anak berusia 13-17 menjadi kelompok yang paling rentan, dengan persentase sebesar 35,6%. Angka-angka ini mencerminkan kurangnya pemahaman tentang pendidikan seks di masyarakat. Belum lama ini terdapat berita tragis tentang anak berumur 9 tahun meninggal dunia akibat HIV setelah merawat ibunya, yang lebih menyedihkan  adalah komentar-komentar di media sosial yang menunjukkan ketidaktahuan masyarakat tentang cara penularan HIV. Salah satu komentar bahkan menyebutkan bahwa HIV dapat menular melalui handuk dan sedotan yang digunakan oleh penderita. Banyak orang masih memiliki persepsi yang keliru tentang pendidikan seks, terutama terkait penyakit seksual, akibat minimnya pengetahuan di bidang ini. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya pendidikan seks yang baik untuk melindungi anak-anak dari informasi yang salah.

HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang hanya terdapat pada tubuh manusia dan menyerang sistem kekebalan, yaitu sel darah putih sehingga kemampuan kekebalan tubuh akan menurun. Penularan HIV tidak terjadi melalui kontak fisik, makan bersama, atau tinggal serumah dengan penderita. Namun, virus ini dapat menular melalui hubungan seksual dengan penderita HIV, pemakaian jarum suntik yang sudah tercemar HIV, tranfusi darah, dan persalinan, bayi akan tertular jika ibu mereka terinfeksi HIV. Oleh karena itu, pelajaran tentang HIV dan penyakit lainnya, serta cara pencegahannya harus diajarkan kepada anak-anak sejak dini. Di era digital saat ini, anak-anak memiliki akses mudah dalam mencari informasi melalui gadget. Jika kita tidak memberikan pendidikan seks yang memadai, mereka mungkin akan mendapatkan informasi yang salah dari internet. Oleh karena itu, penting untuk mengajarkan pendidikan seks kepada anak-anak tanpa batasan umur yang ketat. Para ahli sepakat bahwa pendidikan seks harus dimulai sejak dini untuk membekali anak dengan pengetahuan yang tepat. Namun, sebelum kita mengedukasi anak-anak mengenai pendidikan seks, penting bagi kita untuk terlebih dahulu memberikan pemahaman yang tepat kepada orang tua.

UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) merekomendasikan agar setiap negara menerapkan pendidikan seksual yang menyeluruh. Tujuannya adalah untuk memberdayakan anak-anak dan remaja dengan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang akan membantu mereka memahami kesehatan, kesejahteraan, dan martabat mereka. Dengan demikian, mereka dapat mengembangkan hubungan sosial dan seksual yang saling menghargai, serta memahami hak-hak mereka. Kesimpulannya, pendidikan seks adalah aspek penting yang harus diajarkan pada anak usia dini. Dengan memberi pendidikan seks yang menyeluruh kita tidak hanya melindungi kesehatan fisik dan mental generasi mendatang, namun juga membangun masyarakat yang lebih inklusif dan saling menghormati. Oleh karena itu, sudah saatnya kita mengubah pandangan kita mengenai pendidikan seks dan menjadikannya sebagai bagian dari kurikulum pendidikan di semua tingkatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun