Mohon tunggu...
sonya dsavitri016
sonya dsavitri016 Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Probolinggo Universitas Panca Marga Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 18'

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan dan Nilai Sosial Budaya

20 Januari 2023   03:00 Diperbarui: 20 Januari 2023   02:58 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ki Hadjar Dewantara membedakan kata Pendidikan dan Pengajaran dalam memahami arti dan tujuan Pendidikan. Menurut, KHD, pengajaran (onderwijs) adalah bagian dari Pendidikan. Pengajaran merupakan proses Pendidikan dalam memberi ilmu untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan (opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Jadi, menurut KHD (2009) "Pendidikan dan Pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya."

Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan tumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan. Pendidikan menciptakan ruang bagi peserta didik untuk bertumbuh secara utuh agar mampu memuliakan dirinya dan orang lain dan menjadi mandiri. Tujuan pendidikan yaitu menuntun segala kodrat pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Dalam proses menuntun, anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai pamong dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya.

  • Kodrat Alam dan Kodrat Zaman

Ki Hadjar Dewantara menjelaskan bahwa dasar Pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan dimana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan isi dan irama. KHD mengelaborasi Pendidikan terkait kodrat alam dan kodrat zaman sebagai berikut:

"Dalam melakukan pembaharuan yang terpadu, hendaknya selalu diingat bahwa segala kepentingan anak-anak didik, baik mengenai hidup diri pribadinya maupun hidup kemasyarakatannya, jangan sampai meninggalkan segala kepentingan yang berhubungan dengan kodrat keadaan, baik pada alam maupun zaman. Sementara itu, segala bentuk, isi dan wirama (yakni cara mewujudkannya) hidup dan penghidupannya seperti demikian, hendaknya selalu disesuaikan dengan dasar-dasar dan asas-asas hidup kebangsaan yang bernilai dan tidak bertentangan dengan sifat-sifat kemanusiaan"

(Ki Hadjar Dewantara, 2009, hal. 21)

KHD hendak mengingatkan pendidik bahwa pendidikan anak sejatinya menuntut anak mencapai kekuatan kodratnya sesuai dengan alam dan zaman. Bila melihat dari kodrat zaman, pendidikan saat ini menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki Keterampilan Abad 21 sedangkan dalam memaknai kodrat alam maka konteks lokal sosial budaya peserta didik di Indonesia Barat tentu memiliki karakteristik yang berbeda dengan peserta didik di Indonesia Tengah atau Indonesia Timur. KHD menegaskan juga bahwa didiklah anak-anak dengan cara yang sesuai dengan tuntutan alam dan zamannya sendiri. Artinya, cara belajar dan interaksi murid Abad ke-21, tentu sangat berbeda dengan para peserta didik pertengahan dan akhir abad ke-20. Kodrat alam Indonesia dengan memiliki 2 musim (musim hujan dan musim kemarau) serta bentangan alam mulai dari pesisir pantai hingga pegunungan memiliki keberagaman dalam memaknai dan menghayati hidup. Demikian pula dengan zaman yang terus berkembang dinamis mempengaruhi cara pendidik menuntun para murid.

  • Budi Pekerti

Menurut KHD, budi pekerti atau watak atau karakter merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Budi pekerti juga dapat diartikan sebagai perpaduan antara Cipta (kognitif), Karsa (afektif) sehingga menciptakan Karya (psikomotor). KHD menjelaskan, keluarga menjadi tempat yang utama dan paling baik untuk melatih pendidikan sosial dan karakter baik bagi seorang anak. Keluarga merupakan tempat bersemainya pendidikan yang sempurna bagi anak untuk melatih kecerdasan budi-pekerti (pembentukan watak individual). Keluarga juga merupakan sebuah ekosistem kecil untuk mempersiapkan hidup anak dalam bermasyarakat dibanding dengan institusi pendidikan lainnya. Budi Pekerti merupakan keselarasan (keseimbangan) hidup antara cipta, rasa, karsa dan karya. Keselarasan hidup anak dilatih melalui pemahaman kesadaran diri yang baik tentang kekuatan dirinya kemudian dilatih mengelola diri agar mampu memiliki kesadaran sosial bahwa ia tidak hidup sendiri dalam relasi sosialnya sehingga ketika membuat sebuah keputusan yang bertanggungjawab dalam kemerdekaan dirinya dan kemerdekaan orang lain. Budi Pekerti melatih anak untuk memiliki kesadaran diri yang utuh untuk menjadi dirinya (kemerdekaan diri) dan kemerdekaan orang lain.

  • Sistem Among

Sistem Among menekankan pada proses pembelajaran yang dikenal dengan Ing Ngarso Sung Tulodho (di depan memberi teladan), Ing Madyo Mangun Karso (di tengah membangun kehendak), Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan). Sistem among didasarkan pada dua hal, yaitu kodrat alam sebagai syarat untuk mencapai kemajuan pendidikan sesuai dengan potensi dan kemerdekaan sebagai syarat untuk menghidupkan dan menggerakan kekuatan lahir batin murid dapat mencapai selamat dan bahagia.

Setelah mempelajari topik ini, pemahaman saya akan proses pembelajaran dan peserta didik menjadi berubah, dimana filososfi pendidikan Ki Hajar Dewantara menekankan bahwa pembelajaran berpusat pada peserta didik, dengan melakukan pemenuhan kebutuhan peserta didik  agar  dapat  mengembangkan  pengetahuan  dan  potensi  mereka  sesuai  dengan  profil pelajar pancasila, diman guru  bertindak sebagai fasilitator, pendamping dan yang menuntun peserta didik menemukan bakat, minat dan keterampilan yang mereka miliki  dari tidak tahu menjadi tahu sekaligus memiliki berbudi pekerti yang baik yang sesuai dengan profil pelajar pancasila.

Konsep  filosofi  pendidikan  Ki  Hajar  Dewantara  yang  akan  saya  lakukan  adalah menjadi guru yang akan berusaha menciptakan iklim belajar yang kondusif agar peserta didik merasa nyaman, aman dan termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran. Berusaha untuk membantu  peserta  didik  untuk  mengeksplore  bakat  dan  minat  masing-masing  agar berkembang  sesuai  dengan  kodratnya  dengan  menggunakan  metode  pembelajaran  dan asesmen  yang  efektif  yang  saya  tuang  didalam  modul  ajar  yang  dalam  pelaksaannya menyesuaikan  dengan  paradigma  baru  agar  tercapainya  tujuan  pembelajaran.  Dengan  tidak memaksakan  hasil  belajar  dengan  target  yang  tinggi  dan  seragam,  menerima  perbedaan karakter  dan  minat  peserta  didik  dengan  bersikap  secara  adil  tanpa  meninggalkan  peserta didik  yang  slow  learner. Memberikan kebebasan dan memerdekakan  peserta didik untuk mengeksplore pengetahuan mereka secara mandiri, tidak mendikte hasil pekerjaan atau tugas harus sama satu dengan yang lain, dan bebas berekspresi.

Sumber : 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun