Di sini, di pusat semuanya masih.
Sebelum aduk dan gerakan duka kita.
Yang menanggung rasa sakit itu dengan ritme, ritual.
Sikap lega tak berguna yang indah.
Jadi kita mengurapi kulit yang tidak bisa dirasakan.
Menenangkan daging-Nya yang hancur dengan hati-hati.
Mencium luka yang kita tahu tidak bisa disembuhkan.
Dengan dupa aroma hanya udara kosong.
Dia memberkati setiap cinta yang menangis dan berduka.
Dan membuat kesedihan kita sakit dari kelahiran baru.
Cinta yang dituangkan dalam keheningan di kuburan tua.
Memperbarui bunga, merawat tanah kosong,
Tidak pernah hilang.
Dalam dirinya semua cinta ditemukan.
Dan ditaburkan bersama-Nya, benih di tanah yang kaya.
***
Solo, Jumat, 19 April 2019. Â 10:14 pm
'salam damai penuh cinta'
Suko Waspodo
suka idea
antologi puisi suko
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H