Mohon tunggu...
Suko Waspodo
Suko Waspodo Mohon Tunggu... Dosen - lecturer
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kenangan Kaset Cinta

6 November 2018   22:01 Diperbarui: 23 November 2018   21:26 637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bel tanda usai istirahat pertama berbunyi cukup nyaring, aku pun segera beranjak dari ruang guru menuju ruang kelas 3A di satu SMP khusus putri di kota bengawan itu. Saat itu merupakan tahun ke empat aku menjadi guru honorer bidang studi bahasa Inggris di sekolah favorit ini. Honorer, karena statusku yang masih mahasiswa belum laku untuk diangkat menjadi guru tetap.

Sekolah itu sangat tertib dan para siswinya menjunjung tinggi kedisiplinan, maka tak mengherankan saat aku masuk kelas para siswi sudah siap di tempat duduknya masing-masing meskipun baru saja usai jam istirahat.

"Good morning !", sapaku dengan cukup lantang namun tetap menjaga sikap ramah.

"Good morning, pak Hendy!", hampir seluruh siswi di kelas itu menjawab sapaan wajib awal pelajaranku.

"Koq membawa tape compo, pak?", Rina, salah satu siswiku yang lumayan kritis tetapi agak centil nyeletuk bertanya sambil berdiri namun tetap di belakang bangkunya.

Aku memang kala itu menenteng ke dalam ruang kelas sebuah tape compo alias pemutar kaset portabel yang lumayan besar. Ini merupakan saat pertama kalinya aku memberikan materi pelajaran kemampuan listening dengan  mendengarkan lagu pop dari kaset.

"Today, we'll  have listening lesson by enjoying a nice pop song, Kita akan belajar listening sambil menikmati lagu pop, mau kan?" kujelaskan tujuan pelajaran bahasa Inggris hari ini seraya aku pancing tanggapan mereka.

''Asyiiiikk, mau banget pak!. Pak Hendy memang keren. Tahu saja kalau kita-kita pengin suasana belajar yang berbeda", beberapa tanggapan terucap dari mereka.

"Baiklah, siapkan diri, jaga konsentrasi mendengarkan, kemudian tulis syair lagu yang bisa kalian tangkap lewat kemampuan listening kalian. Ready? Let's listen and then write by yourself", aku tekan tombol play pada radio tape recorder.

Mother, how are you today
Here is a note from your daughter
With me everything is OK
Mother, how are you today

Mother, don't worry, I'm fine
Promise to see you this summer
This time there will be no delay
Mother, how are you today

I found.....

Lagu berjudul 'Mother How Are You Today' mengalun dengan cukup jerinih dan jelas meski hanya lewat sebuah radio tape recorder sederhana. Lagu yang dilantunkan oleh Maywood ini memang cukup populer dan menurut aku cukup baik untuk belajar listening. Pelafalan syair berbahasa Inggrisnya cukup mendukung untuk pelajaran ini.

Setelah diputar beberapa kali lagu itu dan dirasa cukup, giliran selanjutnya adalah mengumpulkan kertas kerja para siswi hasil uji kemampuan listening yang berhasil mereka tulis. Kemudian kegiatan belajar mengajar dilanjutkan dengan menyanyikan bersama lagu tersebut dengan syair lagu yang aku tuliskan lengkap di papan tulis.

Para siswi terlihat begitu antusias mengikuti pelajaran kali itu, namun ada kejadian yang menarik perhatianku yang membuat aku merasa tidak enak di hati. Seorang siswi, namanya Evelyn, kulihat sekilas matanya berkaca-kaca saat menyimak dan menyanyikan lagu tadi. Tetapi aku tidak ingin tahu masalahnya dan terlalu mencampuri perasaannya.

-----

"Good morning, sir. Happy Valentine Day", Evelyn menghampiriku di tempat parkir motor guru seraya menyampaikan sebuah bungkusan kecil berwarna pink dengan gambar hati kecil-kecil berwarna merah.

"Oooh, happy Valentine Day, too."  kuterima kado mungil itu dan kami saling berjabat tangan.

"Hayoooo.... Evelyn ngapain sama pak Hendy?" teriak  si centil Rina dari tempat parkir sepeda siswi.

"Hayooo, kencaaaann," hampir serentak seakan kompak beberapa siswi yang lain meledek.

Begitulah suasana sekolah yang hanya khusus untuk cewek. Selalu ada saja bahan untuk saling meledek namun tetap dengan suasana penuh persahabatan dan bahkan persaudaraan. Membuat aku betah mengajar di sekolah ini.

Saat sudah di rumah kado kecil tadi dan ternyata isinya adalah sebuah kaset kompilasi Love Songs serta sebuah surat pendek ditulis di atas kertas pink dengan ballpoint boxy bertinta biru.

Pak Hendy yang terhormat,

Evelyn sebelumnya mohon maaf telah lancang dan nekad menyampaikan bingkisan kecil kaset yang mungkin tidak bernilai bagi bapak. Ini hanya ungkapan sayang dan terima kasih karena lagu 'Mother How Are You Today' yang bapak putar untuk pelajaran listening waktu itu telah membuat Evelyn tersentuh dan merasa bahwa selama ini Evelyn sering kurang hormat dan taat sama mama Evelyn.

Evelyn sering tidak mau dan bahkan membantah kalau disuruh menemani adik bermain. Oh ya pak, Evelyn punya adik perempuan masih sekolah di TK kecil. Evelyn sering sebel dan tidak sabar kalau disuruh menemani bermain. Meski di rumah juga ada pembantu.

Papa Evelyn dokter dan mama dosen di Akademi Perawat. Kedua orang tua Evelyn sangat sibuk. Evelyn sering merasa kesepian tapi juga sekaligus jenuh karena hampir setiap sore harus selalu ada les privat.

Maaf, Evelyn koq malah mencurahkan persoalan Evelyn pada bapak.

Tetapi, memang Evelyn butuh seseorang untuk mendengarkan persoalan Evelyn.

Baiklah pak, sekian dulu untuk surat yang kurang ajar ini, semoga bapak berkenan menikmati lagu-lagu cinta yang ada di kaset ini. Evelyn paling suka lagunya Reo Speedwagon "Can't Fight This feeling", rasanya terwakili suasana hati Evelyn.

Terima kasih berkenan meluangkan waktu membaca surat Evelyn, sampai ketemu lagi besuk pagi di sekolah.

Salam hormat,

Evelyn  Rianasari.

Kulipat  kembali surat Evelyn dan kusimpan lalu aku putar kaset pemberiannya.

I can't fight this feeling any longer
And yet I'm still afraid to let it flow
What started out as friendship,Has grown stronger
I only wish I had the strength to let it show

I tell myself that I can't hold out forever
I said there is no reason for my fear
Cause I feel so secure when we're together
You give my life direction
You make everything so clear

And even as I wander
I'm keeping you in sight
You're a candle in the window
On a cold, dark winter's night
And I'm getting closer than I ever thought I might

And I can't fight this feeling anymore
I've forgotten what I started fighting for
It's time to bring this ship into the shore
And throw away the oars, forever........

Sepertinya Evelyn sebelum membungkus kaset itu sengaja memutar pita kasetnya  hingga pas pada lagu masterpiece Reo Speedwagon itu yang berada pada urutan ke tiga di side A, hingga saat kumasukkan kaset itu ke  tape recorder dan kutekan play langsung mengalun 'Can't Fight This Feeling'.  Lagu itu aku hafal banget liriknya dan sangat paham maknanya. Kebetulan juga salah satu lagu kesukaanku. Aku tidak terlalu heran kalau Evelyn juga menyukai lagu-lagu barat di usianya yang masih remaja, karena dia siswi yang cerdas dan bahasa Inggrisnya bagus.

Setelah surat pertama Evelyn di hari Valentine itu, selanjutnya hampir setiap jelang akhir pekan selalu ada suratnya untukku, tetapi dikirim lewat pos. Selalu dengan kertas berwarna pink dan ballpoint boxy bertinta biru.

Isi suratnya sebagian besar curhat kegiatannya di rumah, tentang kejenuhannya dijejali dengan les privat padahal dia bukan siswi yang bodoh, tentang pergaulan dengan teman-temannya. Tak ada ungkapan perasaan cinta, hanya terkesan dia butuh perhatian dan kasih sayang.

-----

Sekolah itu sekarang tampak semakin bersih dan asri, ruang kelasnya semakin banyak dan sudah memiliki ruang serbaguna lumayan besar. Dua tahun menjelang aku resign tahun 1989, sekolah itu mulai menerima siswa putra, itulah yang menyebabkan sekolah ini semakin banyak diminati.

Di ruang serbaguna yang masih tampak baru, sore itu aku diundang menghadiri reuni lulusan tahun 1986, angkatan Evelyn.

"Halo pak Hendy, apa kabar?", seorang wanita yang anggun dan cantik menyambut seraya menyalami aku. "Bapak kelihatan awet muda saja. Pak Hendy pasti lupa sama saya, saya Rina pak, siswi bapak yang paling bandel."

"Oooh, ya? Waaah aku benar-benar pangling, bukan lupa. Kamu yang dulu centil bandel telah berubah banget," sungguh gadis remaja sederhana itu sekarang telah menjadi wanita yang memesona meski usianya sudah tidak muda lagi.

Tiga puluh dua tahun kita tidak pernah jumpa ya pak, sejak kami lulus dari sekolah ini," aku tidak terlalu memperhatikan ucapan Rina lagi karena pandanganku sibuk mengamati semua siswi alumni yang hadir.

"Bapak pasti mencari Evelyn, ya?', colekan Rina mengagetkan aku.

"Ya...ya..", aku sedikit tergagap.

"Apakah dia akan datang juga?",  tanyaku dengan penuh harap.

"Mohon maaf jika membuat bapak merasa berduka. Evelyn belum lama meninggal dunia, sekitar tujuh bulan yang lalu." penjelasan Rina benar-benar membuat aku tergugu terkejut.

"Dia terakhir menjadi dokter gigi dan tinggal di Jakarta, sudah dikaruniai dua anak perempuan yang sekarang masih sekolah di SMA dan SMP . Kanker ganas yang dideritanya beberapa tahun telah merenggut nyawanya."  ucapan Rina seolah tak mampu kucerna lagi.

Evelyn yang belum sempat aku jumpai lagi semenjak dia lulus dari sekolah itu telah berpulang ke pangkuan Bapa di Surga.  Air mata tertahan namun aku tidak bisa menyembunyikan kesedihanku.

Acara reuni yang mestinya menjadi momen pertemuan yang berkesan dan membahagiakan berubah menjadi kegundahan dan kedukaan yang dalam di hatiku.

"I can't fight this feeling anymore, aku tak mampu melawan perasaan ini lagi," gumamku lirih nyaris tak terdengar.  Kaset cinta dan surat-surat Evelyn yang masih kusimpan sampai kini menjadi kenangan abadi.

***

Solo, Selasa, 6 November 2018

'salam hangat penuh cinta'

Suko Waspodo

suka idea

antologi puisi suko

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun