'Kekinian' dan 'terkini' adalah dua kata yang beberapa tahun terakhir ini sangat sering digunakan dalam masyarakat kita. Banyak orang muda yang berpendapat bahwa dua kata ini terkesan trendi dan milenial. Benarkah demikian? Mari kita kita kupas.
Dua kata tersebut terbentuk dari kata dasar yang sama 'kini', yang merupakan kata keterangan (adverbia) waktu. Selanjutnya kata kekinian dibentuk dari kata dasar kini dengan konfiks (awalan dan akhiran) ke-an yang kita sebaiknya paham untuk membentuk kata benda (nomina).  Maka, kata berimbuhan kekinian ini menjadi bentukan kata yang keliru. Konfiks ke-an tidak boleh dipadukan dengan kata keterangan waktu, melainkan harus dengan kata sifat. Contohnya: kesedihan, kegembiraan, kemiskinan, kekosongan, kesepian, dan sebagainya.
Jika mengacu pada pola bentukan kata berkonfiks ke-an tersebut, maka selain kata kekinian apakah juga diperbolehkan atau pernah kita temukan dan gunakan kata kelusaan, kekemarinan, kesekarangan dan sebagainya dalam bentukan kata berimbuhan yang merupakan kata benda? Tentu saja tidak akan pernah ada karena  sebagai penggunaan kata formal atau baku tidak diperkenankan. Maka, sebaiknya penggunaan kata kekinian diganti dengan kata masa kini.
Demikian pula dengan penggunaan kata berimbuhan terkini. Kata yang sering digunakan sebagai kata terjemahan dari kata bahasa Inggris up to date ini sesungguhnya juga keliru. Prefiks atau awalan ter- hanya boleh dirangkaikan dengan kata sifat, misalnya: terbaru, tertinggi, termiskin, tercantik dan sebagainya. Kata kini yang merupakan kata keterangan (adverbia) waktu tidak boleh dirangkai dengan prefiks ter- untuk membentuk kata terkini, oleh sebab itu maka kita tidak akan pernah menemukan kata-kata seperti tersekarang, terkemarin, terlusa, tertadi dan sebagainya. Demi kebakuan sebaiknya kata terkini diganti dengan kata terbaru.
Demikianlah ulasan kecil ini hanya sekadar berbagi pemahaman untuk memperbaiki penggunaan kosa kata bahasa Indonesia yang baik dan benar. Semoga bermanfaat.
***
Solo, Rabu, 31 Oktober 2018
'salam kritis penuh cinta'
Suko Waspodo