Ya, saya melakukan perjalanan dinas ke Kalimantan Selatan pada Desember 2013. Sudah terlalu lama saya memang vakum menulis di sini. Perjalanan ini tidak jauh berbeda dengan perjalanan dinas saya lainnya. Tapi bagi saya setiap perjalanan ke tempat baru selalu punya cerita masing-masing.
Awalnya saya merencanakan perjalanan saya kali ini untuk 3 hari. Di hari pertama saya masih mengunjungi kantor cabang untuk membicarakan pelaksanaan tugas saya selama di Kalimantan Selatan. Lalu di hari kedua saya berangkat menuju daerah Binuang. Jaraknya sekitar 3 jam perjalanan dari kota Banjarmasin. Hal yang saya suka dari rute hari pertama ini adalah ketika saya melewati kota Martapura, yang berjarak sekitar satu jam dari kota Banjarmasin. Kenapa saya suka dengan kota ini? Sebagai seorang wanita, sudah dari sananya saya senang berbelanja dan melihat perhiasan; dan sebagai seorang yang suka berjalan-jalan, mengunjungi toko souvenir jadi salah satu kesenangan saya setiap melakukan perjalanan. Jadi sesuai julukannya, kota intan, maka di Martapura ini saya bisa mengunjungi toko yang menjual perhiasan dari batu perhiasan yang bisa saya jadikan souvenir. Menurut saya harganya pun tidak semahal harga batu perhiasan yang ada di Jakarta. Toko yang direkomendasikan oleh driver saya ketika itu adalah Toko Kalimantan. Memang toko ini ramai sekali oleh pengunjung, perhiasan yang dijajakan juga banyak sekali jenisnya. Kalau tidak ingat tugas saya di Binuang, rasanya saya bisa berlama-lama di toko itu.
Selesai berbelanja saya melanjutkan perjalanan ke Binuang. Menjelang sore saya kembali ke Banjarmasin lagi setelah menyelesaikan tugasa saya di Binuanga. Sebelum menuju hotel saya sempat makan malam di sebuah warung tenda yang sederhana, saya lupa nama warung dan daerahnya. Teman saya, staf di kantor cabang mengatakan menu khas di warung tersebut adalah nasi uduk, rasanya terkenal enak di Banjarmasin. Entah karena saya lapar, tapi rasa nasi uduknya memang enak sekali menurut saya.
Hari ketiga saya bergerak menuju Asam-asam. Daerah ini berada di jalur yang berlawanan dengan Binuang, dengan jarak tempuh sekitar 4 jam dari kota Banjarmasin. Di rute hari itu yang menarik perhatian saya adalah ketika memasuki Kabupaten Tanah Laut, di sana ada kawasan wisata Gunung Kayangan, dimana kita bisa menikmati pemandangan hamparan perkebunan yang luas dari atas bukit. Tapi saya memutuskan untuk melewatkan lokasi itu di siang hari. Sore hari setelah menyelesaikan tugas saya di Asam-asam, saya menyempatkan untuk mengunjungi tempat itu. Sebenarnya tempat ini sederhana sekali, tapi saya sangat menyukainya, mungkin karena tempat itu tidak ramai dan saya tidak bisa menemukan tempat seperti itu di Jakarta yang sumpek. Dan senangnya saya bisa menikmati senja dari tempat tersebut.
[caption caption="Pemandangan Senja di Objek Wisata Gunung Kayangan, Pelaihari"][/caption]
Hari terakhir di Banjarmasin, saya berencana melihat pasar terapung sebelum kembali ke Jakarta. Tapi sayangnya jika ingin mengunjungi pasar khas yang sangat terkenal itu, saya harus bangun ketika subuh agar benar-benar bisa menikmati suasana pasar terapung yang sesungguhnya ketika penjual dan pembeli sangat ramai. Sementara bangun pagi, apalagi bangun subuh, adalah sebuah kesulitan bagi saya, jadi saya pun gagal mendatangi pasar terapung hari itu.
Menurut saya, pasar terapung ini adalah sesuatu yang khas, yang dipertahankan oleh orang Banjarmasin di tengah kemajuan seperti sekarang ini. Walaupun di Banjarmasin ada pusat perbelanjaan dengan gedung yang bagus, dengan jalanan yang mulus, tapi pasar tradisional terapung tetap dijaga dan dijadikan objek wisata oleh pemerintah setempat. Mungkin di kunjungan saya yang berikutnya saya bisa mendatangi pasar terapung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H