Mohon tunggu...
Sonta Frisca Manalu
Sonta Frisca Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - I'm falling in love

You are never fully dressed without a smile

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Getirnya Manisan Pala, dari yang Tak Mau Mewarisi sampai "No Branding-branding-an"

22 November 2019   18:38 Diperbarui: 22 November 2019   18:45 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Proses awalnya sama, yaitu direndam dalam air garam selama empat hari. Setelahnya baru berbeda. Yang kering prosesnya lebih lama karena ada proses pengeringan, ada proses diremas-remas dengan gula. Setelahnya didiamkan, lalu setelah agak kering, buah pala diremas-remas lagi dengan gula. Proses selanjutnya dijemur di bawah matahari. 

Malamya "dioven" secara tradisional, yaitu pala diletakkan di atas semacam tampi bujur sangkar. Lalu di bagian bawah ada kompor menyala yang ditutup panci. Panas itu yang kemudian mengeringkan pala. Jika esoknya matahari terbit, Ibu Oyok akan menjemurnya di bawah sinar matahari. Malamya proses pengovenan dilakukan kembali. Jika sudah benar-benar kering, baru manisan pala siap dijual.

No Branding-Branding-an
Tahun milineal ini di saat orang-orang tergila-gila dengan branding, Ibu Oyok tetap mem-packing pala olahannya dengan plastik putih bening tanpa brand apa pun.

Menurutnya, dia pernah melakukannya. Hanya saja para pelanggannya komplain karena manisan pala ini akan dijual lagi sehingga merepotkan mereka untuk mem-packing kembali.

Mungkin branding memang kurang cocok dengan usaha kecil menengah macam Ibu Oyok ini. Aku juga kurang tahu karena memang bukan ahli branding Namun yang kutahu, Ibu Oyok butuh bantuan walaupun kata itu tidak keluar litterally dari mulutnya.

"Iya dari dulu, kami dijanjikan mesin pembentuk buah pala jadi bunga mekar. Mana... sampe sekarang juga nga ada." Katanya sambil tertawa.

Ketika ditanya harapannya mengenai manisan buah pala... sekali lagi Ibu Oyok tertawa, "emak sudah tua". Katanya...

Ibu Oyok mungkin tak lagi memikirkan untuk membuka peluang pasar internasional. Karena sudah cukup baginya memiliki rumah tempat tinggal dan melihat anaknya menikah dan melahirkan cucu-cucu baginya. Dia tak lagi memikirkan order berton-ton datang dari luar negri yang membuatnya jadi super kaya.

Tampaknya manisan buah pala ini memang tidak terlalu seksi untuk dikelola secara profesional. Mungkin! Bahkan dengan hasil yang dimiliki oleh Ibu Oyok, tak satu orang anaknya pun sampai saat ini melirik usaha Ibu Oyok untuk diteruskan. Padahal  sudah jelas terlihat di depan mata bagaimana hasil yang tak didapat.  

Kita biarkan saja statement mungkin yang mengawang-awang itu tidak terjawab. Jawabannya mungkin bisa datang dari Pemerintah agar bisnis buah pala ini bisa lebih maju... Syukur-syukur bisa setenar buah kurma...

Tapi, untuk memajukan UKM seperti Ibu Oyok jangan juga menuntut banyak dari pemerintah. Kita juga dapat membantu usaha kecil Ibu Oyok. Caranya cukup cintai makanan Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun