Setelah menyerang Ahok lewat twitter perihal kemacetan yang terjadi di daerah TB Simatupang beberapa waktu yang lalu, kembali Ahmad Dani berulah dengan kata-kata provokatifnya. Kali ini giliran Presiden Jokowi yang menjadi obyek kritikannya. Ahmad Dani berujar: "Dia harus turun (dari kepresidenan) sendiri karena malu. Kalau orang Jepang kan begitu," (tempo.co, 23 September 2015). Kritikan pedas bapak empat orang anak ini terkait dengan rupiah yang tidak kunjung menguat tetapi sebaliknya semakin melemah hingga hampir menembus kisaran Rp.15.000. Bahkan, Danipun menyakini rupiah tidak akan menguat karena presidennya adalah Jokowi.
Perihal ketidaksukaan Dani terhadap Jokowi sudah ditunjukkan semasa Pilpres. Saat itu Danipun sudah berkicau tentang potensi pelemahan rupiah. Saat masa kampanye, ia pernah memprediksi lewat kicauannya di Twitter seandainya Joko Widodo terpilih menjadi presiden maka nilai tukar menjadi Rp 15 ribu per dolar Amerika Serikat. Melihat situasi pelemahan rupiah yang terjadi sekarang ini, Dani tentu merasa bahagia bukan kepalang karena ramalannya saat itu terjadi. Bisa dipahami kalau Dani tidak menyukai Jokowi karena ia masih menaruh dendam atas kekalahan Prabowo.
Mungkin ada banyak rakyat yang frustasi sebagaimana yang dialami oleh Ahmad Dani. Jokowi pada tanggal 9 September yang lalu pernah mengeluarkan kebijakan paket ekonomi untuk menstabilkan nilai tukar rupiah terhadap dolar. Paket ekonomi tersebut ditujukan untuk mengatasi persoalan ekonomi yang telah sekian lama menjerat dan mengakar kuat. Jokowi berharap paket ekonomi September tersebut dapat mengatasi pelambatan ekonomi nasional yang disebabkan oleh persoalan ekonomi di tingkat global. Salah satunya adalah soal deregulasi atau perombakan berbagai peraturan yang menghambat ekonomi agar Indonesia bisa berdaya saing.
Apa yang terjadi setelah tanggal 9 September 2015 tersebut? Keadaan tidak kunjung membaik dan rupiah terus melemah setidaknya sampai hari ini. Apakah benar yang dikatakan Dani, keadaan ini karena Jokowi Factor? Apa yang salah dengan Jokowi? Apakah karena persoalan ekonomi yang sudah sangat kronis dan situasi yang terjadi sekarang adalah akumulasi persoalan di masa lalu yang tidak diselesaikan dan sengaja diwariskan ke masa sekarang oleh Pemerintahan sebelumnya?
Menteri keuangan dan Menko perekonomian tidak suka kalau kondisi ekonomi yang terjadi di negeri kita yang kaya raya ini sebagai sebuah krisis, meskipun fakta menunjukkan ke arah yang kurang baik. Pada tahun 2013 sebelum Jokowi menjadi Presiden, pertumbuhan ekonomi kita masih lumayan meskipun tidak bisa dikatakan tinggi yaitu berkisar pada angka 5.6%, sementara sampai akhir 2014 pertumbuhan ekonomi hanya 5.0%. Demikian juga GDG per kapita yang pada tahun 2013 sebesar 3,676 USD turun menjadi 3,533 USD. (focus economi.com). Bahkan diperkirakan, pada akhir tahun 2015 ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan turun di bawah 5%.
Jokowi dituntut untuk membuktikan bahwa apa yang dilakukan saat ini ada pada jalur yang benar untuk memulihkan perekonomian nasional. Kita mengakui bahwa ada banyak persoalan yang terjadi di negeri kita ini. Tugas Pemerintah yang dipimpin Presidenlah untuk mengatasi persoalan tersebut. Sampai kapan Jokowi akan diberi waktu untuk membuktikan dan membuat titik balik dari kondisi yang terjadi saat ini? Apakah kita akan sama dengan Ahmad Dani dan mengatakan Presiden Jokowo sebaiknya Mundur sebagai bentuk tanggung jawab?
Â
Â
Â
Â
Â