HAMPIR tiga pekan lamanya awak media setiap momen, selalu mencari jawaban tentang siapa cawapres Jokowi? Sementara Jokowi memainkan ritme dengan mengusung tema "kantong." Mulai dari 10 nama di kantong, lima nama, tiga M, sampai berujung pada "kantong saya itu banyak, ada sebelah kiri kanan, kantong luar kantong dalam, dll..."
Sementara Prabowo Subianto yang disebut bakal menjadi seteru Jokowi, sama demikian. Mulai dari cawapres dari PKS, PAN, AHY, dan terakhir tersebutlah nama Anies Baswedan.
Ragam pendapat muncul, mulai dari pengamat, relawan, akademisi bahkan politisi yang mengarsir peta potensi cawapres Jokowi. Tanpa mengilangkan rasa hormat saya kepada para kandidat cawapres, saya punya penilaian sendiri yang bisa saja mungkin sudah pernah disampaikan beberapa pihak, akan tetapi mungkin kurang "hot" dan saya sebatas menguatkan.
Saya akan lebih fokus pada 3 M sebagaimana Rakyat Merdeka gamblang menyebutkan dan menjadikannya sebagai judul berita. 3 M itu tak lain, KH Ma'ruf Amin, Mahfud MD dan Moeldoko. Â
KH Ma'ruf Amin, saya harus tetap menyantumkan KH (Kiai Haji), karena beliau biar bagaimanapun adalah seorang ulama besar. Siapa yang tidak kenal sosok keturunan Syekh Nawawi al-Bantani ini. Namanya mencuat setelah hiruk-pikuk "politik identitas" saat Pilkada DKI Jakarta lalu. Setiap momentum skema "politik identitas," sosoknya selalu menjadi penengah. Saya pribadi lebih sepakat kalau "Imam Besar Umat Islam" itu disandangkan kepada KH Ma'ruf Amin, tapi ini cuma pendapat ya...jangan diprotes...saya hanya orang kecil.
Karena menurut saya, menjabat sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu ya...berarti pimpinannya para ulama. Jabatan prestisius lain beliau sebagai Rais A'am PBNU, ibarat perusahaan, Rais A'am itu ya CEO. Tak ayal, Jokowi selalu meminta masukan kepada KH Ma'ruf Amin, sebagai "orang yang dituakan," ngelotok untuk urusan gerakan Islam. Beliau ini layak menyandang "Bapak Bangsa atau Negarawan."
Wajar jika Partai Persatuan Pembangunan (PPP) menyebutnya sebagai cawapres yang layak dipertimbangkan oleh Jokowi. Saya yakin, pertimbangan PPP adalah "bisa membantu Jokowi menekan politik identitas yang ditujukan kepadanya."
M kedua adalah Mahfud MD. Namanya belakangan muncul. Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) dan Menteri Pertahanan era Presiden Gus Dur. Baru dia seorang Menteri Pertahanan dari kalangan sipil. Sama halnya dengan KH Ma'ruf Amin. Pertimbangan Mahfud MD sebagai cawapres Jokowi tak lain karena skema "politik identitas" yang dibangun lawan politik Jokowi, dan mampu masuk ke berbagai kelompok Islam.
Banyak pengamat dan akademisi menjagokan Mahfud MD. Karena soal integritasnya, bersih, bahkan berani "perang terbuka." Nama Mahfud MD bahkan sempat dibunyikan oleh politisi Partai Nasdem sebagai cawapres yang patut dipertimbangkan Jokowi.
Sebelum masuk ke M yang ketiga, Moeldoko, saya coba tarik dulu 2 M sebelumnya. Bahwa "meminimalisir politik identitas" terwakili sangat kuat pada diri KH Ma'ruf Amin dan Mahfud MD sebagai cawapres Jokowi yang mana dua-duanya juga dari kalangan sipil.
M ketiga adalah Moeldoko. Sama halnya dengan Mahfud MD, namanya menguat di akhir-akhir. Mantan Panglima TNI ini sekarang menjabat Kepala Staf Presiden (KSP). Dia adalah satu-satunya kalangan militer yang masuk bursa cawapres Jokowi. Kenapa saya tidak memasukkan AHY (Agus Harimurti Yudhoyono) dan Gatot Nurmantyo (GN), karena dua orang ini dicap "oposisi." Moeldoko oleh sejumlah kalangan dianggap sebagai tokoh militer yang tidak serampangan.