Objek-objek wisata di Sumatera Utara banyak menyimpan misteri dan tantangan yang mempesona untuk ditaklukkan. Para petualang keindahan alam yang berasal dari luar ataupun dalam negeri banyak yang singgah ke Sumatera Utara untuk menelusuri tempat-tempat indah nan menakjubkan. Salah satu pulau terbesar di Indonesia ini dianugerahi pantai-pantai nan elok dan deretan pegunungan yang meninju langit. Dianatara gunung yang wajib ditaklukkan misterinya oleh para wisatawan adalah Gunung Sibayak yang terletak di Tanah Karo.
Sibayak merupakan gunung berapi yang masih aktif. Ketinggian gunung ini mencapai 2.212 meter (7.257 kaki) dari permukaan laut. Sibayak meletus terakhir kali pada tahun 1881 dengan tipe gunung stratovolcano; gunung berapi yang berlapis-lapis. Â Masyarakat Karo percaya puncak dan kawahnya menyimpan sejuta misteri. Misteri yang sampai saat ini belum seluruhnya terungkap. Â Misteri yang bersemayam dalam gelap.
Di waktu gelap pula kita akan menemukan panorama semesta Tanah Karo yang berkilauan. Kerlap-kerlip lampu kota dan rumah penduduk Berastagi bagai ribuan kunang-kunang yang menari di dataran bergelombang, lembah, perbukitan dan kelokan-kelokan jalan. Maka mendakilah ke puncak Gunung Sibayak ketika gelap masih membungkus seluruh Tanah Karo Simalem.
Untuk mencapai puncak gunung Sibayak, pendaki dapat memasuki tiga pintu rimba dengan menelusuri jalan setapak melalui hutan belantara tropis dan tebing curam, yang ditemui disepanjang kiri-kanan pendakian. Tiga pintu rimba ini dikenal juga dengan jalur Sibayak 1. Pintu rimba Sibayak melalui, Desa Raja Berneh (Semangat Gunung), Jalur 54, Penatapan jagung rebus dan Jaranguda kira-kira 500 meter dari kota berastagi.
Ketiga-jalur dapat dicapai dengan angkutan umum dari kota Medan. Ketika jarum jam masih berada di angka 02.00 Wib, kita dapat mulai pendakian lewat Desa Raja Berneh (Semangat Gunung), maka pada pukul: 05.00 wib kita akan mencapai puncak Sibayak. Waktu yang tepat untuk melihat keindahan matahari terbit. Dari jalur ini para wisatawan harus mempersiapkan diri untuk menghadapi medan yang curam mendaki. Di desa ini juga banyak ditemukan tempat pemandian air panas (hot spring) salah satunya adalah Lau Sidebuk-debuk. Jalur 54 atau sering disebut jalur "Aqua" lebih dikenal dengan medan yang sangat berbahaya dan menantang. Maka jika ingin melalui jalur 54 ini butuh esktra hati-hati
 Namun, ada juga jalur alternatif yang tidak harus melalui tiga pintu rimba itu. Jalur ini lebih cepat,  bisa ditempuh dengan kendaraan sampai ke anak tangga untuk didaki menuju puncak. Jalur ini disebut juga jalur Sibayak 2. Jadi kita hanya membutuhkan waktu 1 jam untuk mencapai puncak Sibayak.
Lewat jalur Sibayak 2 inilah saya berusaha menguak misteri pesona alam Gunung Sibayak yang dijuluki masyarakat Karo sebagari Gunung Raja. Hal ini berkaitan dengan legenda tanah Karo yang dahulu diperintah oleh 4 Raja (Sibayak). Keempat kerajaan itu ialah Sibayak Lingga, Sarinembah Suka, Barusjahe dan Kutabuluh. Kini Gunung Raja itu saya susuri dalam gelap bersama kedua putra saya melalui anak-anak tangga bebatuan, jalanan curam nan terjal. Â Butuh konsentrasi, kewaspadaan dan kehati-hatian dalam menjelajah gunung ini. Sedikit saja lengah kita bisa terpeleset jatuh ke jurang atau tersesat.
 Banyak sudah kisah para pendaki yang tersesat dan hilang tak ditemukan jejaknya. Dan ternyata bukan hanya pendaki, beberapa pesawat dan helicopter juga pernah hilang di kawasan Gunung Sibayak ini. Kisah ini akan menyurutkan nyali orang-orang yang tidak memiliki jiwa petualang, namun sebaliknya kisah ini akan membangkitkan adrenalin menaklukkan misteri Sibayak bagi para wisatawan yang berjiwa petualang.
 Terlepas dari legenda Guru Pertawar Reme, sebab musabab seringnya pendaki tersesat di Gunung Sibayak ini telah diteliti oleh ilmuwan dari Jepang. Hal ini dilakukan karena pengakuan wisatawan luar negeri yang pernah tersesat akibat halusinasi suara dan berhasil selamat. Dari penelitian itu ternyata suara-suara yang menimbulkan halusinasi itu berasal dari suara angin yang terperangkap struktur gunung. Suara angin ini memiliki frekuensi sangat rendah dan hampir tidak bisa terdengar manusia, namun memiliki getaran yang sangat kuat. Getaran ini mempengaruhi sistem syaraf manusia dan berdampak pada tingkat strees dan halusinasi.
Saya juga hampir tersesat, mungkin karena gelap atau juga akibat efek suara angin yang terperangkap struktur gunung. Namun yang pastinya saya berhasil mencapai puncak Gunung Sibayak dengan susah payah. Dan cahaya ufuk timur pun muncul dari balik gunung. Gerak gemulai awan membentuk berbagai macam komposisi di langit memperindah tebaran cahaya matahari pagi. Aurora yang menari di atas puncak Sibayak.
Saya melangkah sembari menghirup udara gunung ditemani kesyahduan cahaya matahari pagi nan lembut. Seperti di atas bulan saja aku berjalan; dataran yang tidak rata dan bergelombang, sepanjang jalan bebatuan berserakan, dan keunikan puncak Sibayak yang porak poranda akibat letusan 2 abad silam. Suara angin begitu bergemuruh di sini. Tiupannya yang begitu kencang menampar-nampar kulitku. Tamparan alam yang sejuk dan beku.