Mohon tunggu...
Soni Gunadis
Soni Gunadis Mohon Tunggu... Swasta -

Suka kebebasan berekspresi dalam menulis, dengan tetap menggunakan rasa dan jiwa anda dapat menemukan arti sebuah kehidupan realita sekaligus imaji yang sesungguhnya.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[PROSA] Yakinilah Kesempatan Itu Pasti Datang (Kembali)

22 November 2016   06:21 Diperbarui: 22 November 2016   08:54 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baiklah, begini saja aku akan melakukan pengakuan selama ini. Pengakuan oleh lelaki yang menyebut dirinya LOSER.

Kau tahu, selama ini aku kalah oleh imajiku sendiri. Kamu selalu enggan beranjak dalam benakku. Seringnya diam-diam datang menyergap kemudian entah pergi kemana lagi. Itu sangat menyebalkan. Setiap kamu mencoba menyelusuri tiap sel kenangan dalam otakku kamu juga mencoba menggetarkan resonansi yang berdenting seirama dengan detak jantungku. Kamu curang!
 Bahkan aku tak mendapat kesempatan sedikitpun untuk menyelusuri anganmu. Entahlah. 

 Ini serupa pantai. Setelah ombak, riak pun enggan memudar. Kamu pernah melihat pantai diam? Mungkin airnya mengering tapi butuh waktu bertahun-tahun. Begitu juga aku, akan selalu menjadi riak meski harus menghantam karang sekalipun. Mengikis kemudian meleburkan. Ya,  meleburkan ego diantara kita.

 Dewasa ini ada kalanya setiap insan menemukan fasenya. Disitulah aku mencoba melewati fase demi fase yang kata orang sebuah problematika. Dan aku hanya bisa berkata "BODO AMAT" haha...adilkah orang menilai orang demi sebuah pengakuan? Ironis. Kau tahu betapa keras kepalanya aku kalau bicara menyoal prinsip, apalagi prinsip untuk terus mencintaimu. Aku tak segan-segan membunuh mereka kemudian mengulitinya. Kedengarannya sadis memang, tapi aku bukan lelaki naif yang terbutakan cinta. Aku cukup membiarkan mereka melonglong sesukanya. Bukankah anjing akan melonglong pada orang yang tidak dikenalinya?

 Sekarang dengar dan tataplah aku meskipun kamu tak benar-benar menatapku. Tenanglah, ini bukan soal apa kata dia, apa kata mereka tapi ini soal kita berdua. Biarkan kita berdua yang memutuskan. Percayalah. Tak sekalipun ungkapan ragu melintas di benakku, yang ada hanyalah keyakinan dari hati ini. Maukah kamu berjanji untukku setelah ini? Aku berharap kata-kataku menstimulasi jaringan otak kamu kemudian merangsang sensor motorik otot-otot mulutmu untuk mengatakan, "Iya!".

 Baik, sekarang tersenyumlah. Lihatlah dirimu, kamu lebih terlihat cantik begitu. Tegarkan hatimu dan dekatkanlah dengan-Nya. Aku tak bisa berbuat apa-apa untuk saat ini. Usap air matamu, aku tahu kamu adalah wanita cukup kuat. Bangkitlah. Meskipun saat ini aku tak begitu penting untukmu. Bangkitlah. Meskipun puluhan bahkan ratusan kota bakal memisahkan kita. Bangkitlah, untuk orang- orang yang kamu cinta. 

 Sejujurnya aku tak mau menjadi loser dalam hidupku ataupun hidupmu. Itu sangat merepotkan. Hanya saja kesempatan selalu enggan mencumbuiku. Kata orang kesempatan tidak datang dua kali, itu bohong! Bagiku kesempatan akan datang berkali-kali pada seseorang yang mempercayainya. Meskipun terkadang kesempatan itu mampu meruntuhkan sebuah keyakinan. Bukankah hidup diciptakan sedemikian rupa? Sayangnya kita tak dapat berkehendak sesukanya. 

 Kini kenangan itu mulai merajut bak pintalan benang yang diterbangkan. Menuju awan yang berarak-arak mengikuti arah angin. Setelah gelap ia akan jatuh bersama rinai menghujam bumi. Seusai itu, ia membentuk sebuah pelangi yang tak mampu ku sentuh.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun