Akhir-akhir ini kita diberitakan dengan adanya kematian akibat penyakti antraks. Dikatakan penyakit ini berkaitan dengan penyakit yang diderita oleh hewan ternak. Apa yang menyebabkan penyakti ini kembali muncul dan langkah pencegahan apa yang bisa kita lakukan untuk menghindari penyakit ini?
Penyakit antraks merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram-positif (spora/ unactive) dan biasanya menginfeksi hewan ternak atau hewan liar herbivora yang berkontak dengan tanah, perairan atau tanaman yang sudah terkontaminasi. Spora ini apabila masuk ke dalam tubuh hewan atau manusia, yang penuh dengan air, gula dan nutrisi, ia akan berubah menjadi aktif dan menjadi sel yang bertumbuh.Ketika aktif, bakteri ini akan bermutiplikasi dan mengeluarkan toksin yang dapat menyebabkan keluhan penyakit hingga kematian.
Penyakit ini dapat  menular pada manusia, apabila didapatkan adanya kontak dengan hewan atau hasil pangan hewan yang terkontaminasi oleh bakteri ini. Proses masuknya spora antraks  ke dalam manusia dapat melalui kontak kulit, saluran pernafasan dan saluran pencernaan.
Spora antraks dapat masuk melalui kulit, terutama pada kulit yang terdapat luka, Spora kaan masuk melalui luka pada kulit tersebut, dapat secara alngsung apabila kontak dengan hewan maupun kontak tidak langsung melalui hasil ternak seperti kulit, daging atau rambut dari hewan tesebut. Penyakit akibat kontak kulit ini disebut kutaneus antraks. Kutaneus antraks muncul setelah 1-7 hari setelah kontak dan tidak menimbulkan gejala yang terlalu berat. Namun apabila tidak ditangani secara cepat dan tepat, 20% dapat menyebabkan kematian
Spora antraks juga dapat masuk melalui sistem pernafasan. Sering kali didapati pada orang yang bekerja pada pabrik produksi wol, tempat potong hewan. Spora yang masuk melalui pernafasan akan beredar melalui pembuluh limfa pada dada sebelum akhirnya menyebar ke seluruh tubuh, hingga mengakibatkan gagal nafas hingga kematian. Tipe ini menjadi salah satu dengan tingkat kematian yang tinggi, gejala dapat muncul dalam beberapa hari hingga 2 bulan setelah terpapar dengan spora. Dengan penanganan yang cepat dan tepat, sekitar 55% pasien dapat selamat.
Spora antraks juga dapat masuk melalui sistem pencernaan. Seseorang dapat terinfeksi apabila mengkonsumsi daging mentah atau daging yang tidak matang dari hewan yang sudah terinfeksi. Spora dapat berefek pada saluran pencernaan atas ( kerongkongan), lambung dan usus.
Gejala yang mungkin dialami bergantung dari proses masuknya spora ke tubuh manusia.
Pada Kulit: Benjolan kemerahan disertai gatal, terutama pada daerah yang bersentuhan. Dapat berkembang menjadi borok berwarna kehitaman tanpa rasa nyeri.
Pada pernafasan : Demam, menggigil, sesak nafas, puisng, batuk, mual muntah, nyeri kepala, berkeringat, mudah lelah.
Pada pencernaan : Demam, menggigil, bengkak pada area sekitar leher, nyeri tenggorokan, nyeri telan, suara serak, mual muntah ( bisa dengan darah), diare, nyeri kepala, nyeri perut.
Untuk menegakkan seseorang menderita antraks, diperlukan beberapa pemeriksaan penunjang, dengan rekomendasi terbaik apabila dilakukan pemerksaan isolasi B. anthracis ada beebrapa sampel baik pada darah, kulit yang terinfeksi, cairan cerebral, cairan pada paru, dahak ataupun feses. Namun perlunya penanganan yang cepat di fase awal, dari adanya riwayat kontak dengan hewan atau lingkungan dengan penyakit antraks, kecurigaan yang diakibatkan oleh penyakit antraks dapat diberikan kombinasi antibiotik dengan obat-obatan lain yang dapat mengurangi gejala keluhan pasien.