Gila, keblinger, seenak udelnya mungkin itu yang ada di benak banyak masyarakat bola indonesia saat ini melihat polah para pengurus PSSI sekarang ini yang bukannya makin baik dan belajar dari kesalahan-kesalahan masa lalu yang terbukti belum menghasilkan sesuatu yang membanggakan bagi tanah air ini.
Belum habis kekecewaan kita melihat timnas yang kita cintai dipermak habis oleh Thailand 4-1 di ajang SEA Games yang tengah berlangsung, sudah ditambah lagi dengan polah para pengurus yang sepertinya sudah tidak punya hati. Alih-alih memberi perhatian lebih terhadap kiprah TIMNAS U-23 yang tak kunjung membaik, ndilalah malah membuat keputusan yang menuai kontroversi atau bisa juga dibilang plintat-plintut.
Setelah sebelumnya membuat keputusan yang dipertanyakan banyak orang dengan meloloskan klub-klub yang masih bermasalah dengan gaji pemain yang bahkan sebelumnya sudah ditegaskan sendiri oleh sang sekjen bahwa bagi klub yang masih bermasalah dengan gaji pemain tidak akan lolos verifikasi tapi dengan gampangnya beliau-beliau ini menjilat ludah sendiri dan memberi kelonggaran bagi klub-klub yang lolos verifikasi tahap pertama diberikan waktu satu minggu untuk menyelesaikan masalahnya. Setelah satu minggu apa yang terjadi, lagi-lagi dengan seenak perutnya dewek batas waktu diperpanjang. walahaaa, dagelan apa lagi ini.
Melihat tingkah polah pengurus PSSI saat ini seperti bercermin pada kepengurusan PSSI era NH, bedanya di era NH mereka selalu bertamengkan statuta FIFA yang diplintirkan, dan di era sekarang mereka selalu membuat aturan sendiri apa yang mereka mau.
Saya tidak terlalu memperhatikan ketika terjadi gonjang-ganjing PSSI dengan KPSI kebetulan saya sedang tidak berada di tanah air, tapi yang saya baca di internet begitu menggebu-gebunya KPSI saat itu ingin menduduki PSSIÂ sampai-sampai membuat Timnas tandingan. bahkan sampai melarang para pemain yang notabene seorang anak bangsa untuk berperang di bidang olahraga atas nama bangsanya sendiri, apa yang pantas di sebut bagi orang-orang seperti ini (anda bisa nilai sendiri). Dan memang sudah takdir akhirnya mereka berhasil mencapai tujuan mereka, awalnya saya coba berfikir positif mudah-mudahan dengan adanya rekonsiliasi ini sudah tidak ada lagi pergolakan di tubuh PSSI.
Tapi perlahan-lahan para ex KPSI mulai menunjukkan arogansinya dimulai dari menyingkitrkan secara halus para EXCO yang tidak sejalan dan sepemikiran lagi dengan mereka dan yang terakhir adalah masalah verifikasi yang tidak menunjukan suatu sikap yang paling dinomorsatukan dalam olahraga ini bahkan sebelum pertandingan selalu dibentangkan bendera ukuran besar bertuliskan "FAIR PLAY".
Ya yang bisa saya lakukan hanya geleng-geleng kepala saja, terima sajalah memang sudah jalannya PSSI mungkin seperti ini . Tapi saya jadi teringat tulisan saya terdahulu MADESU (masa depan suram) lagi.
http://olahraga.kompasiana.com/bola/2013/09/29/madesu-lagi-596099.html
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H