Di bawah langit Paiton yang cerah, sehelai kisah dari masa lampau kembali menghembuskan wanginya. Sri Tanjung, nama yang abadi dalam cerita rakyat Nusantara, telah menjelma menjadi sosok anggun yang membalut keindahan alam dan kearifan lokal dalam perayaan Fashion Karnaval 2024. Seperti bunga tanjung yang semerbak aromanya, kisah ini merasuk dalam jiwa para siswa SMAN 1 Paiton, membawa mereka meraih mahkota juara di antara para peserta lain.
Di era kerajaan, kisah yang sarat pesan moral selalu dipahatkan pada relief candi, terukir abadi dalam kidung, seperti halnya kisah Sri Tanjung di Candi Penataran. Asal-usul Banyuwangi, yang berarti "air yang harum" dalam bahasa Jawa, adalah cerita yang tak lekang oleh waktu, seindah dan seharum bunga tanjung yang tumbuh di sepanjang jalan kenangan. Kini, keharuman cerita ini dihidupkan kembali oleh para siswa SMAN 1 Paiton, yang dengan cermat dan penuh cinta, menyulamnya menjadi tema dalam ajang karnaval, mengajarkan kepada setiap mata yang menyaksikan bahwa budaya bangsa adalah pusaka yang harus dijaga.
Dalam sebuah parade yang megah, diiringi gemuruh sorak-sorai, karya seni para siswa SMAN 1 Paiton berderap melintasi panggung, mempersembahkan Sri Tanjung dengan kebanggaan. Seperti bayangan di air yang tenang, mereka mencerminkan keanggunan dan kehalusan kisah ini dalam setiap helai kain dan setiap gerak yang mereka tunjukkan. Tidaklah mengherankan bila pada akhirnya mereka dianugerahi gelar juara pertama di karnaval yang diadakan di Kecamatan Paiton, sebuah penghargaan yang setara dengan keindahan cerita yang mereka bawa.
Namun, perjalanan belum berakhir di sana. Di tingkat Kabupaten Probolinggo, di mana persaingan semakin ketat, SMAN 1 Paiton sekali lagi menebarkan harum Sri Tanjung. Mereka berhasil menduduki posisi ketiga, menyisihkan puluhan pesaing dari berbagai daerah. Hadiah pembinaan sebesar 5 juta rupiah yang mereka bawa pulang hanyalah simbol dari dedikasi dan usaha yang telah mereka curahkan untuk membawa cerita ini ke panggung modern, menjaga agar nilai-nilai luhur tetap hidup dalam denyut nadi zaman.
"Cerita Sri Tanjung adalah kisah budaya kita, jangan sampai terhapus dengan drama Korea," ujar Vourin, pembina karnaval SMAN 1 Paiton, dengan tegas namun lembut, mengingatkan bahwa di balik setiap helai kain dan setiap tarian, ada tanggung jawab besar untuk merawat warisan nenek moyang. Seperti embun pagi yang menyegarkan bunga tanjung, SMAN 1 Paiton berkomitmen untuk terus menjaga dan melestarikan kebudayaan bangsa, sesuai dengan amanah Kurikulum Merdeka.
Dengan kisah Sri Tanjung yang terus mekar di hati para siswa, SMAN 1 Paiton telah membuktikan bahwa kebudayaan adalah benih yang harus dipupuk dengan cinta dan keharuman, agar ia tumbuh menjadi pohon yang kokoh, melindungi dan mewarnai setiap langkah generasi penerus bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H