Kenapa saya tulis beberapa? Ya karna tidak semua remaja cowok ngajak pacarnya ML kan?? Hehe
Tulisan ini saya buat karna ada seorang cewe yang curhat kalo dia putus dengan mantanya gara-gara diajakin ML. Sebut saja dia C (17 th). Kebetulan C hidup dalam lingkungan yang agamis, sehingga sangat mengutuk keras ajakan sang pacar sebut saja G (17th) untuk berhubungan sex. C beranggapan bahwa G bergaul dengan teman yang salah. C menilai dari account twiiter si teman cowo G yang banyak berisi twit-twit yang porno. Okey dari situ langsung saya selidiki apa yang terjadi. Saya selidiki dari account twitter si G dan temannya. Setelah saya selidiki saya minilai itu hanya twit yang wajar dari remaja laki-laki pada umumnya. Porno pun juga masih wajar. Dari hasil penyelidikan account twiiter tersebut tidak dapat saya jadikan landasan yang kuat bahwa si G sudah bersalah karna mengajak C ML.
Semakin saya penasaran dengan si G, karna saya sebagai konselor harus bersikap netral pada kedua pihak. Saya mulai mencari tahu kehidupan si G di lingkungan rumah maupun di lingkungan sekolah. Beberapa data saya kumpulkan diantaranya:
G adalah anak terakhir dari 2 bersaudara. Ibunya sudah meninggal saat dia masih butuh banyak bimbingan. Ayahnya mengalami ketidak stabilan emosi karna sakit yang dialaminya sehingga ayah G sangat sering marah-marah tanpa jelas penyebabnya. G sangat dekat dengan kakak laki-lakinya namun karna kesibukan G jarang mengobrol tentang hal-hal pribadi dengan kakaknya. Di sekolah G cukup memiliki banyak teman, namun G kurang bisa memilih teman mana yang memiliki pengaruh yang baik dan mana yang memiliki pengaruh buruk. G sudah mulai merokok dari SMP. G orangnya tidak terlalu agamis, walaupun dia bersekolah di sekolah swasta yang menjunjung tinggi nilai keagamaan. Rumor yang beredar pergaulan di sekolahnya cukup memprihatinkan. Angka free sexnya cukup tinggi dikalangan sekolah-sekolah lain.
Yes, dari data-data itu saya mulai bisa menganalisa kenapa G berperilaku demikian. Tidak dapat dipungkiri bahwa teman memberikan pengaruh sangat besar pada saat masa remaja. Remaja akan cenderung lebih dekat dan lebih terbuka dengan teman sebaya daripada dengan orang tua ataupun orang yang lebih tua. Dari data diatas terlihat bahwa G memiliki banyak teman dan cenderung kurang dapat melakukan seleksi terhadap kelompok pertemanan. G akan sangat mudah dimasukan nilai-nilai dari teman yang dominan. Tidak heran bahwa G sangat penasaran dengan gimana rasanya ML terlebih angka free sex di lingkungan sekolahnya cukup tinggi. Namun memiliki banyak teman tidak bisa menjadi satu indikator yang kuat kenapa G penasaran dengan yang namanya ML. Di keluarga terlihat bahwa G kurang mendapatkan sosok ayah. Walaupun keberadaan ayah G ada, namun sosok dan perannya tidak dirasakan oleh G. Selain itu G sudah ditinggalkan sosok ibu yang sangat ia sayangi sewaktu ia kecil. G kurang mendapatkan nilai-nilai dari peran seorang ayah dan seorang ibu. G kurang mengerti bagaimana manjadi seorang pria sejati yang bertanggung jawab dan dapat menghargai seorang wanita. Oleh karena itu nilai-nilai itu diisi oleh nilai-nilai yang ada dalam pergaulan G. Cerita-cerita yang sering muncul di lingkungan pergaulan G tentang free sex membuat G penasaran sehingga G ingin melakukannya dengan pacarnya.
Solusi untuk kasus ini khususnya untuk G adalah:
G perlu mendapatkan sosok peran seorang ayah yang bisa mengajarkan bagaimana menjadi pria sejati dan bagaimana menghargai seorang wanita. Sosok peran ayah tidak harus dari ayahnya langsung, namun role model yang dapat mengisi kekosongan peran ayah dalam di G. misalnya kakak laki-laki, om, pakde dll yang tentunya menjadi role model yang positif. Selain itu G tetap perlu selektif dalam memilih teman, ada anggapan bahwa “kalo mau wangi kumpul sama penjual parfum”. Memang tidak bisa dipungkiri masa-masa seperti ini lingkungan pergaulan memiliki pengaruh yang cukup besar. Agar tidak terbawa arus G perlu selektif. G perlu disadarkan tentang tanggung jawab pribadi dan tujuan hidupnya. Bila memang kemudian hari G tetap ingin berhubungan sex, G harus sadar akan keputusan yang diambilnya dengan bertanggung jawab atas semua konsekuensi yang ada, tidak hanya atas dasar penasaran atau atas bujuk rayu teman untuk suatu tujuan tertentu (taruhan, gengsi, dll).
Teenage Life..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H