Mohon tunggu...
setiyo purwanto
setiyo purwanto Mohon Tunggu... -

pengasuh dan penulis di solospiritislam.com, menjadi dosen psikologi ums, dan banyak menulis di media massa lokal tentang pendidikan karakter berbasis psikologi islam

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kritikan terhadap Peziarah Wali

20 Mei 2015   05:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:48 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

yang pasti ketika kita ke makam ulama adalah mendoakan, terus bagaimana dengan hajat hajat kita apakah bisa memudahkan untuk terwujud? yang pasti terwujud atau tidak sangat tergantung dari Allah bukan dari ulama yang sudah meninggal tersebut. lha terus gunanya untuk apa pergi ke makam para ulama ? ke makam ibaratnya kita pergi ke rumah kawan dan membawakan sejumlah makanan atau oleh-oleh. Tidak ada pengharapan dari apa apa dari kawan kita tersebut, karena memang kawan yang kita kunjungi tidak bisa memberikan apa apa.

lha terus apa manfaatnya pergi ke makam para ulama? kalau memang tidak memberikan manfaat apa apa. Yang pasti ulama tersebut adalah kekasih Allah SWT, dan siapapun yang memberikan doa kepada Beliau pasti Sang Kekasih akan mengasihi siapapun yang datang ke maka Beliau. Bagaimana jika anda ikut di kasihi Allah seperti Ulama tersebut dikasihi Allah. Itulah manfaat terbesar kita datang ke makam para wali atau kekasih Allah.

terus manfaat lain apalagi, ya manfaat lain yang dapat kita ambil adalah kesamaan frekwensi dengan ulama tersebut jika kita juga sama sama ke Allah. jadi ke makam bukan untuk minta yang punya makam tapi untuk menyamakan frekwensi. jika frekwensi sama maka dengan ijin Allah kita akan tervibrasi oleh karomah karomah yang pernah di dapat wali tersebut dari Allah. Jika kita tervibrasi maka energinya akan kita dapatkan juga.

jadi jangan minta pada wali yang sudah meninggal tersebut tapi cukup samakan frekwensinya dengan terus ke Allah selama di makam (bisa anda gunakan Dzikir Nafas sebagai toolnya), nanti akan secara otomatis kita akan tervibrasi. dan akan mendapatkan energinya

kesalahan fatal para peziarah adalah tidak adanya frekwensi ke Allah, justru malah peziarah tersebut fokus ke wali atau ke makam. tentunya hal ini menyebabkan perbedaan frekwensi sehingga peziaran tidak mendapatkan apa apa. kalau mau jujur , boleh ditanyakan pada mereka yang suka ziarah ke makam wali tapi tidak ada kesamaan frekwensi , kalau ditanya apa yang di dapat dari ziarah tersebut, pasti jawabannya tidak mendapatkan apa apa. yaa mungkin hanya nilai wisata saja yang dia dapat nilai spiritualnya pasti tidak di dapat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun