Mohon tunggu...
Solihin Pure
Solihin Pure Mohon Tunggu... Konsultan - Politisi

Bekerja dan berdoa Wakil Sekjen DPP Partai Bulan Bintang (PBB) Periode 2019-2024 dan Wakil Direktur Eksekutif Mega Politan Strategis Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pembisik Jokowi Bagaikan Musuh dalam Selimut"

27 Januari 2015   22:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:16 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Para Pembisik Jokowi ini sejatinya jauh lebih Berbahaya dari manuver-manuver politik KMP. Bisikan-bisikan maut orang-orang di sekeliling Jokowi misalnya menyandarkan harga BBM dalam negeri berdasarkan pada mekanisme pasar. Dalam kurun waktu kurang dari satu bulan, pada awal tahun 2015 ini Jokowi telah menurunkan harga BBM sebanyak dua kali. Setelah sebelumnya secara kontroversial menaikkan harga BBM di saat harga minyak dunia cenderung turun. Jadi jangan senang dahulu dengan diturunkannya harga BBM seolah mencerminkan kemurahan hati Jokowi. Jika harga BBM di dalam negeri telah disandarkan pada mekanisme pasar bukan mustahil jika harga minyak dunia kembali menjulang tinggi harga BBM akan kembali dinaikkan. Sebagaimana kita tahu harga minyak dunia banyak dipengaruhi oleh geopolitik kawasan Timur Tengah yang tidak lepas dari pengaruh politik luar negeri Amerika Serikat.

Kekuasaan Jokowi ini bukan berasal dari wangsit akan tetapi merupakan kehendak rakyat melalui pemilu. Seharusnya Jokowi mendengarkan rakyat bukan pembisik-pembisiknya yang tidak bertanggungjawab. Rupanya bukannya Gusdur saja yang punya pembisik, Jokowi pun juga punya. Pembisik Jokowi pun terus membujuk dan meyakinkan Jokowi untuk memerintah dan mengeluarkan kebijakan sesuai dengan selera mereka. Hal ini tentu sangat miris sekali,karena Jokowi adalah presiden pilihan rakyat dan bukan boneka Megawati. Bahkan beredar kabar para pembisik Jokowi telah meyakinkan Jokowi untuk mengambil alih pimpinan PDIP dari tangan Megawati. Para pembisik ini menghasut Jokowi bahwasanya sekarang adalah saat yang tepat untuk menyingkirkan Megawati disaat Megawati sudah mulai meredup dan Puan belum dapat dikatakan matang (now or never project).

Para pembisik ini Jokowi selalu merekomendasikan saran-saran yang nyleneh, bahkan tidak jarang bersifat kontradiksi dengan sikap dan pandangan politik kader-kader sejati PDIP. Yang terbaru misalnya dalam isu pertemuan pimpinan KPK, Abraham Samad dengan petinggi PDIP pada saat menjelang Pilpres. Ada kontradiksi antara pernyataan Hasto Kristianto, Plt Sekjend PDIP dengan pernyataan Andi Widjajanto, Sekretaris Kabinet terkait manuver politik pimpinan KPK, Abraham Samad pada saat menjelang pilpres. Mudah sekali mengidentifikasi para pembisik Jokowi ini. Mereka bukanlah kader sejati PDIP yang paham ideologi, arah perjuangan dan platform PDIP. Mereka tidak lebih dari para penumpang gelap yang turut berjuang pada saat pemenangan Jokowi dalam pemilihan presiden lalu. Jokowi hari ini berada di persimpangan jalan antara kepentingan PDIP dan kepentingan sekelompok orang non PDIP.

Setidaknya ada dua peristiwa yang kuat melandasi adanya rekayasa cipta opini dan cipta kondisi atas dugaan tersebut. Pertama, hasil survey salah satu lembaga survey yang menyatakan Jokowi lebih layak memimpin PDIP dari pada Megawati. Dan kedua, KPK belakangan gencar memeriksa sejumlah nama orang dekat Megawati terkait SKL skandal BLBI bahkan yang terbaru dapat dikatakan menjegal bakal calon Kapolri pesanan Megawati.

Sekali lagi dapat ditegaskan bahwa para pembisik Jokowi kerap memberikan rekomendasi dan saran yang berpotensi mencelakan jabatan Jokowi . Bukan mustahil jika Jokowi tidak lekas menyadarinya maka dapat berpotensi besar kehilangan jabatannya akibat banyak mendengarkan para pembisik yang tidak bertanggungjawab ini. Besar indikasi Jokowi akan terjungkal dari kursi presiden bukan karena manuver politik dari oposisi melainkan karena rekomendasi dan saran yang berbahaya serta mencelakakan dari para pembisiknya. Sejatinya, musuh yang pintar akan lebih menolong dari pada kawan yang bodohdan lawan yang jujur lebih bermanfaat dari pada kawan yang culas.

*Rudi Panjaitan : Simpatisan PDIP tinggal di Jakarta Timur

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun