Max Weber merupakan salah satu tokoh utama ilmu sosiologi yang fokus kajian utamanya pada tindakan sosial setiap individu yang dapat mempengaruhi lingkungan sekitarnya. Dia merupakan tokoh sosiologi asal Jerman dan dibesarkan dari keluarga Borjuis. Weber (1864-1920 ) di lahirkan dari seorang ayah politikus liberal kaya dan seorang ibu penganut Calvinis yang taat.
Pemikirannya tentang birokrasi mengatakan bahwa sebuah birokrasi harus dibentuk secara rasional sebagai sebuah organisasi yang terukur, terkoordinasi, efisien, impersonal, dan bertanggung jawab demi mencapai tujuan-tujuan yang dikehendaki. Birokrasi telah menjadi ciri khas masyarakat modern dan aktualisasi lanjut dari perilaku rasionalitas.
Menurut Weber ada enam faktor yang memengaruhi birokrasi : a formal hierarchical structure, management by rules, organization by functional specialty, an up-focused or in-focused mission, purposely impersonal, and employment based on technical qualifications (Udin, 2017).Â
Dari pernyataan diatas, menurut Weber sebuah birokrasi berjalan dengan peraturan yang menekan bawahan artinya seseorang berada di struktur sosial level atas lebih berkuasa atas orang yang berada di struktur sosial level bawah. Pemberian tugas cenderung lebih spesialis, tidak dapat diganggu gugat dan lebih simpel.
Dampak negatif dari birokrasi tersebut akan membuat seseorang bosan, kesal dan tidak bebas. Hal mana sistem birokrasi yang ketat akan membuat individu atau kelompok tertekan dan harus disiplin dalam menjalankan tugas, tidak melakukan kesalahan demi tercapainya sebuah tujuan yang diharapkan. Seakan terpenjara dalam sebuah gubuk yang tidak bebas kemana-mana.Â
Akibatnya bagi seseorang yang ada di struktur level bawah akan memiliki waktu sedikit bersama keluarga di rumah, interaksi dengan tetangga, bertamasya bareng keluarga atau kerabat bahkan  menjadi terhalangnya niat untuk menikah karena tuntutan pekerjaan yang melarang menikah selama waktu tertentu.
Berikut beberapa perilaku rasional yang kerap kali terjadi di masyarakat serta dapat berpengaruh terhadap aksi sosial dalam masyarakat yang kemudian menimbulkan berbagai masalah. Ada empat teori yang akan diurai dibawah ini  (Ritzer. 2009)
1. Rasionalitas formal
Rasionalitas formal mencakup suatu proses berpikir seseorang ketika memilih sebuah cara dan tujuan. Artinya dalam hal ini terdapat hubungan sosial yang berkaitan antara motivasi setiap individu dengan hubungan sosial di masyarakat yang meliputi atas dasar tradisi atau kebiasaan, tekanan (koersif), dan rasionalitas.
Contoh rasionalitas formal : Ketika seseorang menggunakan aplikasi pemesanan  makanan online seperti gofood, grab dan lainnya. Sebenarnya tindakan tersebut telah terikat oleh aturan menggunakan aplikasi,oleh kekuatan birokrasi dan perusahaan pusat serta terdapat unsur kalkulabilitas, efisiensi, prediktabilitas, teknologi nonmanusia, dan kontrol terhadap ketidakpastian. Hal ini juga berpengaruh pada perilaku irasional seseorang misal menimbulkan sifat malas (mager).Â
2. Rasionalitas SubstantifÂ
Rasionalitas substantif adalah tindakan yang mengukur dari hasil tindakan tersebut. Semakin besar suatu tindakan memberikan hasil yang bermanfaat bagi pencapaian tujuan, maka semakin rasional tindakan tersebut.
Contoh rasionalitas substantif yaitu  ketika hari Raya Kurban panitia penyembelih hewan  diharuskan memilih pisau yang tajam dengan tujuan agar hewan kurban tidak terlalu merasakan sakit dalam waktu yang lama, dan sesuai dengan rasionalitas yang berpadu dalam nilai-nilai sosial masyarakat Islam mengenai perilaku terhadap hewan.
3. Rasionalitas Praktis
Kalberg  mengartikan Rasionalitas praktis sebagai setiap cara hidup yang memandang dan menilai kegiatan dunia terkait dengan kepentingan-kepentingan individu pragmatis dan egoistis belaka (Kalberg; 1980: 1151)
Contoh rasionalitas praktis : Ketika seseorang melamar pekerjaan, banyak terjadi membenarkan lewat jalur orang dalam "suap" tanpa harus melalui berbagai tahapan tes karena mengedepankan kepraktisan dan pragmatisme tanpa memperdulikan nilai-nilai kejujuran.