Pepatah mengatakan banyak jalan menuju Roma, demikian digambarkan bagi hamba Allah yang ingin menapaki jalan-Nya. Berbagai cara dilakukan agar mendapat perhatian-Nya dan bisa dekat dengan-Nya namun tidak sedikit pula yang gagal ditengah jalan. Diibaratkan perjalanan menuju Tuhan dengan jalan terjal, licin dan berduri. Oleh karena itu diperlukan sebuah metode khusus agar bisa melaluinya dengan mudah.
Tarekat dalam baha Arab adalah Thariqoh, dalam bahasa Indonesia adalah jalan. Jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dekat dengan Allah merupakan cita-cita yang sangat didambakan bagi ahli tarekat. Bagi pengamal ajaran Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah (TQN) talqin merupakan pintu masuknya.Â
Setelah melakukan proses talqin dzikir sebagai kunci pembuka qolbu, seorang ikhwan[1] TQN dalam menapaki perjalanannya selalu mengalami fluktuasi, banyak rintangan dan godaan syetan yang menghadang agar tidak bisa mengamalkan dzikrullah. Namun jangan putus asa dari rohmat Allah karena Allah akan membantu hambanya yang selalu berusaha.Â
Â
Riyadlah
Â
Salah satu konsekuensi dari talqin zikir bahwa seorang ikhwan harus mengamalkan  dzikirnya. Agar ikhwan tersebut bisa konsisten dalam mengamalkan dzikrullah dan selalu ingat kepada Allah maka diperlukan latihan.
Â
Riyadloh dalam terminologi bahasa Arab berarti latihan atau olah raga. Riyadloh dalam pembagiannya ada dua pengertian, Â riyadloh fisik dan riyadloh bathin. Terlepas dari berbagai makna dikalangan para ulama, penulis lebih menyoroti terhadap riyadloh bathin.
Â
Diillustrasikan dengan seorang atlit yang ingin meraih kejuaraan nasional maupun dunia, maka setiap waktu selalu melakukan olah fisik agar fisiknya kuat dan terlatih dalam menghadapi kompetisinya. Dilakukanlah gerakan-gerakan reflektif sebagaimana dicontohkan oleh pelatihnya.