Mohon tunggu...
soleman montori
soleman montori Mohon Tunggu... -

Soleman Montori

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Jokowi atau Prabowo, Capres Harapan dan Tumpuan Rakyat?

11 Juni 2014   18:52 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:13 928
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prabowo dan Jokowi/Kompasiana (kompas.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="562" caption="Prabowo dan Jokowi/Kompasiana (kompas.com)"][/caption]

Oleh: Soleman Montori

Menjelang pilpres 9 Juli 2014, nama Jokowi dan Prabowo menjadi perbincangan menarik di tengah masyarakat. Elektabilitas keduanya membuat capres potensial lainnya seperti Aburizal Bakrie, Surya Paloh, Wiranto, Dahlan Iskan, Mahfud MD, Anies Baswedan dan Raden Haji Oma (Rhoma) Irama menjadi bagian pendukung keduanya.

Reputasi dan integritas, karisma dan vitalitas, dan relatif sepi dari isu korupsi,adalah keunggulan Jokowi dan Prabowo, sehingga membuat masyarakat terpolarisasi pada keduanya. Ada yang terpolarisasi karena emosional, misalnya karena satu etnis, sama profesi,dan karena sama agama.

Kedua capres idola ini dipersepsikan berbeda oleh rakyat. Prabowo dipersepsikan cerdas dan tegas oleh elit partai parpol. Jokowi dipersepsikan cerdas, sederhana dan tak berjarak dengan rakyat oleh wong cilik.

Partai pengusung, tim sukses dan para pendukung sangat yakin capres jagoan masing-masingakan muncul sebagai pemenang. Semuanya takut kalah, sehingga berbagai cara pun dihalalkan untuk meraih dukungan dan simpati. Agama, suku, reputasi dan integritascapres lawan dipersoalkan sebagai bahan black campain.

Iklim dan suhu politik makin panas. Ketidaknetralan dan keberpihakan mulai terungkap ke publik. Sebagian elit parpol, pengamat, dan tokoh panutan seakan mengalami kesulitan mengkampanyekan pilpres damai hanya karena untuk memenangkan capres idolanya. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan Amien Rais yang menganalogikan pilpres sama dengan perang Badar. Amien Rais takut jika Prabowo kala atautakut jika Jokowi yang menang.

Rasa takut berlebihan terhadap elektabilitas Jokowi dan Prabowo tidak hanya dirasakan oleh Amien Rais, KPU pun merasakan ketakutan yang sama. Hal ini dapat dilihat pada saat deklarasi pilpres damai dan berintegritas. Jalan dan pintu masukkedua capres menuju gedung Bidakara sebagai tempat deklarasi dibuat terpisah oleh KPU.

Jokowi maupun Prabowo sama-sama mengusung politik gagasan; menawarkan visi, misi dan program yang memberi harapan dan mensejahterakan rakyat, tapi di tingkat praksisnya ada yang melakukan politik intimidasi dan membahayakan, yang menginginkan suara sebanyak-banyaknya dengan menghalalkan berbagai cara. Misalnya black campaign oleh salah satu pendukung capres melalui majalah gelap yang konten beritanya juga gelap, penuh amarah dan nafsu.

Data dan fakta yang disosialisasikan para pendukung kedua capres sangat beragam dan kreatif. Dibalik data dan fakta yang beragam tersebut terdapat konten yang positif dan negatif, sehingga menimbulkan antipati. Konten kampanye provokatif dan agitatif, dan propaganda dilakukan untuk memaksakan keinginan kepada rakyat. Kasus Bintara Pembina Desa (Babinsa), Koptu Rusfandi yang mengarahkan warga untuk memilih capres tertentu, adalah salah satu contohnya.

Masing-masing pendukung mengklaim bahwa capres terbaik adalah memiliki sikap tegas. Sikap tegas yang dimaksud seakan hanya dilihat dari penampilan fisik, atau bicara bersemangat, dan bersuara lantang. Menurut Ahmad Dhani, sikap tegas yang ia lihat pada Prabowo adalah sosok pemimpin yang tidak memiliki keragu-raguan dan cepat memutuskan sesuatu.

Sedangkan sikap tegas Jokowi oleh para pendukungnya tidak dilihat secara fisik, tapi dilihat dari ketulusan hati. Walaupun gestur tubuh Jokowi klemer-klemer, namun para pendukungnya melihat hati Jokowi bagai superman dan super tegas.

Sampai saat ini Prabowo belum mendefinisikan apayang dimaksud dengan sikap tegas. Mungkin Prabowo sudah merasa cukup atas penilaian para pendukungnya bahwa ia dinilai sebagai pemimpin yang tegas. Berbeda dengan Jokowi, ia telah mendefinisikannya. “Berani memutuskan dan berani mengambil resiko,” kata Jokowi tentang arti kata tegas.

Banyak defenisi dan multi tafsir tentang kata tegas, namun secara umum kata tegas sangat berkaitan dengan hati, yaitu memiliki prinsip dan bertindak sesuai dengan hukum positif yang berlaku; dan melakukan apa yang dikatakan dan mengatakan apa yang dilakukan, dan nampaknya sikap tegas seperti ini ada pada Jokowi.

Jokowi dan Prabowo juga berbeda dalam hal berkomunikasi. Jokowi, hemat bicara tapi banyak bekerja dan hasilnya telah terbukti; sedangkan Prabowo boros bicara dan memiliki sejumlah catatan prestasi di militer, namun dalam pemerintahan sipil belum memiliki pengalaman.

Saat debat perdana di Balai Sarbini (9 Juni 2014), keduanya memiliki pandangan yang berbeda dalam mengartikulasikan demokrasi. Prabowo mengartikulasikan demokrasi sebagai alat dan tangga menuju Indonesia kuat dan sejahtera. Sedangkan Jokowi mengartikulasikan demokrasi adalah mendengar suara rakyat dan melaksanakannya dengan cara dialog.

Pengertian demokrasi ala Prabowo masih bersifat normatif dan belum menyentuh persoalan yang substantif. Sedangkan arti demokrasi ala Jokowi lebih membumi, substantif dan humanis. Mengsejahterakan rakyat, adalah kesamaan arti demokrasi kedua capres yang menyita perhatian rakyat ini.

Style, keduanya juga berbeda. Penampilan Jokowi seperti rakyat pada umumnya. Kemeja tangan panjangnya digulung seperti rakyat kebanyakan, sepatu danbajunya dibeli di pedagang kaki lima; senang blusukan untuk membantu dan memberi solusi. Berbeda dengan Prabowo, kualitas sepatu dan bajunya tidak seperti rakyat kebanyakan; senang menunggang kuda dan agak berjarak dengan wong cilik.

Di bidang ekonomi Jokowi dan Prabowo memiliki konsep ekonomi yang relatif sama walaupun namanya berbeda. Prabowo menamainya Indonesia macan Asia. Sedang partai pengusung Jokowi menamainya Indonesia hebat. Mampukah pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi macan Asia? Atau mampukah ekonomi Indonesia menjadi hebat? Mana yang lebih realistis dari dua konsep ekonomi ini? Bisakah ekonomi Indonesia menjadi macan Asia? Atau hanya bisa hebat di dalam negeri sendiri? Silahkan pemilih memilih mana yang tidak bombastis, atau kedua-duanya bombastis?

Ide segar dan gagasan baru, adalah hal menarik lainnya dari kedua capres idola rakyat ini. Prabowo menjadikan rumah Polonia sebagai lokasi deklarasi. Rumah Polonia dipilih untuk menghargai jasa the founding fathers dan untuk mencerminkan semangat perjuangan Soekarno yang pernah tinggal di rumah Polonia.

Berbeda dengan Prabowo, ide segar Jokowi dilakukan dengan cara membuka rekening bagi rakyat yang pendukung pencalonannya. Sungguh suatu ide yang positif dan maju, yang mendorong partisipasi aktif rakyat untuk memilih dan sekaligus menyumbangkan uang untuk capres pilihannya. Juga dapat mencegah money politik yang biasanya selalu muncul menjelang pileg dan pilpres.

Siapa yang terbaik, Jokowi atau Prabowo? Rakyat yang menentukan. Pilihan subjektif atau objektif, pilihan emosional atau rasional? Semuanya tergantung pada rakyat. Tapi pada umumnya rakyat cenderung tidak menjatuhkan pilihan (preference) pada pemimpin yang berbalut image dan gengsi, apalagi yang berjarak dengan rakyat. Rakyat menghendaki pemimpin yang berpihak, peduli dan tidak berjarak dengan dirinya.

Kedua figur capres memiliki daya magnetis pribadi yang kuat, tapi keduanya bukan manusia sempurna. Keduanya sama dengan kita; memiliki kebaikan dan juga kelemahan. Pililah yang memiliki kebaikan lebih dan kelemahan yang minimal; dan yang memiliki track record jelas dan yang akan membangun kehidupandemokrasi.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun