Mohon tunggu...
solehuddin nasution
solehuddin nasution Mohon Tunggu... -

Bekerja di Sebuah Lembaga yang konsen terhadap perlidungan anak dan menangani masalah psikolgis/mental anak merupakan aktifitas yang patut dibanggakan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

70 Persen Perokok Orang Miskin

31 Maret 2010   17:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:04 694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_107541" align="alignleft" width="206" caption="Bahaya Rokok (Gbr:Google)"][/caption]

Dalam siaran Mata Nazwa Rabu Malam (31/3/10) di Metro TV yang saya tonton yang bertemakan “Risalah Negeri Tembakau” yang menghadirkan narasumber Fuad Baraja yang merupakan aktivis rokok mengatakan bahwa 70 persen yang menghisap rokok/perokok berasal dari kalangan orang miskin.

Pernyataan ini langsung membuat saya kaget dan terdiam, seolah-oleh tidak percaya bahwa tenyata 70 persen para perokok selama ini adalah orang miskin. Para perokok berasal dari usia tua, muda, maupun anak-anak sudah menjadi persoalan dari dulu.

Hal ini sangat ironis, karena kita ketahui bahwa harga sebungkus rokok cukup lumayan mahal, dan juga sangat membahayakan bagi kesehatan, baik yang merokok aktif maupun merokok pasif, akan dapat berdampak pada pernafasan (paru-paru), jantung, stroke, dan juga bisa berdampak pada masalah psikologis seperti depresi, stress dan lain-lain.

Jika para perokok menyadari akan dampaknya, lebih baik uang yang dipergunakan untuk membeli rokok dapat dipergunakan kearah kebutuhan yang lebih baik dan bermamfaat, daripada harus membelinya dengan uang yang cukup mahal dan juga harus menanggung dampak kesehatan bagi tubuh.

[caption id="attachment_107547" align="aligncenter" width="300" caption="Ilustrasi Rokok (Gbr:Google)"][/caption]

Sudah seharusnya upaya menghentikan kebiasaan merokok menjadi tugas dan tanggung jawab dari segenap lapisan masyarakat.Usaha penerangan dan penyuluhan, khususnya di kalangan generasi muda dan anak-anak, dapat pula dikaitkan dengan usaha penanggulangan bahaya narkotika, usaha kesehatan sekolah, dan penyuluhan kesehatan masyarakat pada umumnya.

Profesi kesehatan, terutama para dokter juga berperan sangat penting dalam penyuluhan dan menjadi contoh bagi masyarakat. Kebiasaan merokok pada dokter harus segera dihentikan.

Perlu pula pembatasan kesempatan merokok di tempat-tempat umum, sekolah, kendaraan umum, dan tempat kerja; pengaturan dan penertiban iklan promosi rokok; memasang peringatan kesehatan pada bungkus rokok dan iklan rokok dengan lebih menakutkan lagi bagi para pengguna rokok.

Iklim tidak merokok harus diciptakan. Ini harus dilaksanakan serempak oleh kita semua, yang menginginkan tercapainya negara dan bangsa Indonesia yang sehat dan makmur. Dengan rakyat yang sehat maka Indoensia akan maju dan sejahtera.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun