Mohon tunggu...
Soleh Djayim
Soleh Djayim Mohon Tunggu... karyawan swasta -

hanya seorang staf rendahan (kuli) di sebuah BUMN

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pesta Rakyat

24 Oktober 2014   23:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:51 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pesta adalah sebuah perayaansifatnya untuk mengungkapkan rasa senang atau bersyukur atas sebuah keberhasilan dan mengungkapkan kebahagiaan. Pesta lebih bersifat sosial dan mengutamakan kebersamaan dan keakraban. Dalam sebuah pesta, terkadang biaya menjadi terabaikan demi tujuan akhir kebahagiaan, kesenangan. Orang yang melakukan pesta biasanya telah merasa tercapai atau setidaknya terwujud sebuah keinginan yang dicita-citakan.

Pertama kali pemilihan Presiden Indonesia, disambut dengan pesta yang bertitel Pesta Rakyat setelah pelantikannya. Dengan label Pesta Rakyat, penggagasnya mengajak kepada seluruh rakyat untuk bersuka ria atau bersenang-senang menyambut pemimpin baru, Pasangan Presiden-Wakil Presiden, Jokowi Widodo-Jusuf Kalla, untuk masa jabatan 2014-2019. Seperti ada pelepasan keteganganyang sempurna dengan dilantiknya Joko Widodo-Jusuf Kalla.

Disebutlah Presiden pilihan rakyat. Penegasan presiden pilihan rakyat sepertinya menggiring anggapan bahwa ini adalah kemenangan ‘rakyat’(rakyat yang mana?). Padahal saat pilpres ada dua kubu rakyat yang berbeda pilihan yang punya hak sama, satu suara. Agak kurang dimengerti terpilihnya Jokowi-JK disebut disebut sebagai kemenangan rakyat, apakah para pemilih Prabowo-Hatta bukan rakyat. Jika disebut kemenangan seluruh rakyat Indonesia, apa semua rakyat pemilih Prabowo-Hatta juga ikut berpesta karena lawannya menang.

Adanya beda pilihan tentu karena ada beda keinginan dan harapan. Ini juga berimbas dengan penyambutan presiden terpilih setelah dilantik. Jika pendukung Jokowi-JK merasa perlu membuat acara pesta rakyat, mungkin agak berbeda dengan pendukung Prabowo-Hatta.

Tiga kali rakyat Indonesia memilih Presiden dan Wakil Presiden secara langsung. Pilpres 2004 rakyat Indonesia lebih banyak memilih SBY-JK menjadi Presiden dan Wakil Presiden. Pilpres 2009, SBY yang berganti pasangan dengan Budiono lebih banyak dilpilih rakyat untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden untuk masa jabatan 2009-2014. Dua kali pilpres yang dipilih rakyat itu tidak ada atau tidak disambut dengan apa yang disebut Pesta Rakyat. Ini mungkin karena tidak ada pendukungnya yang menggagas untuk mengadakan pesata rakyat. Atau mungkin sosok SBY-JK dan SBY-Budiono dianggap bukan berasal dari rakyat, tapi sosok berlatar pejabat tinggi negara. Jika itu alasannya, bukankah Jokowi juga seorang Gubernur dan JK juga mantan wakil presiden?

Sosok Jokowi yang tampil sederhana sepertinya telah memenuhi sebagian besar rakyat Indonesia yang berkeingin punya pemimpin yang sederhana, jujur, tegas dan merakyat. Jokowi berhasil membuat sebagian rakyat Indonesia merasa terwakili. Jika diawal masa kepemimpina beliau disambut dengan pesta rakyat karena kemenangannya, semoga nanti akan ada pesta rakyat karena keberhasilannya membuat rakyat Indonesia sejahtera, makmur, berpenghasilan tinggi, berpendidikan tinggi dan menjadi negara maju yang berbudi pekerti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun