[caption id="attachment_362573" align="aligncenter" width="384" caption="Gerbang KLNM"][/caption]
Malam Minggu di akhir September itu cerah dengan bulan baru di langit. Di jalan Medan Merdeka Selatan, kendaraan berjalan lambat. Antrean kendaraan itu sudah dimulai sejak lepas dari lampu lalu lintas di depan patung Arjuna sampai menuju arah stasiun Gambir.
Banyaknya mobil yang diparkir di badan jalan, mulai dari pintu masuk parkir IRTI sampai putaran di depan pintu masuk stasiun gambir menjadi sebab tersendatnya arus kendaraan. Sementara itu, parkir IRTI sudah dipenuhi juga oleh kendaraan roda dua.
Sebaliknya, jalan di depan balai kota, sejak dari depan kantor wapres sampai di depan wisma Antara justru tak bisa dilalui kendaraan apa pun.
Di ruas jalan itu, malah pedagang kaki lima yang saling berbagi tempat. Tenda-tenda berwarna putih berjajar di kiri dan kanan jalan. Tiap-tiap tenda memiliki nomor urut sendiri dengan satu meja etalase di depannya.
Beragam produk dijual, dari mulai makanan, minuman, pakaian, dan kerajinan tangan. Sementara itu, di ujung jalan masing-masing terlihat panggung yang menyuarakan musik dan lagu dari penyanyi yang tak segan menyapa pengunjung.
[caption id="attachment_362575" align="aligncenter" width="300" caption="Panggung hiburan"]
Acara yang diselenggarakan Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil & Menengah dan Perdagangan pemprov DKI Jakarta itu menjadi Kegiatan rutin mengisi Sabtu malam di bulan September sampai akhir bulan Desember 2014.
Acara yang bertajuk “Kaki Lima Night Market” ini mengundang perhatian banyak orang. Tak heran kalau mobil yang datang membludak dan badan jalan pun menjadi tempat parkir sebab tak ada angkutan umum yang melintas. Tidak sedikit orang yang juga berjalan kaki dari halte Transjakarta terdekat.
Lelaki, perempuan, tua, muda, dan anak-anak menikmati ruas jalan yang sudah berubah menjadi area pasar malam. Ada yang melihat-lihat baju, tidak banyak pilihan untuk yang ini sebab lebih kepada baju/kaos anak dan pakaian santai untuk perempuan.
Sajian makanan terlihat menguasai deretan tenda itu. Ada yang menjual soto betawi, minuman tradisional seperti bir pletok, atau menjajakan kerak telor, dodol, bolen bakar, gudeg, sosis bakar, roti maryam, nasi jamblang, pempek, sampai nasi ulam khas Jakarta.
[caption id="attachment_362576" align="aligncenter" width="300" caption="Bir Pletok"]
Di sisi lain, dijajakan juga kerajinan tangan yang menyerupai model bajaj, permainan anak dari bambu, dan replika ondel-ondel, serta kaligrafi berbahan bulu domba.
Semua tersedia dalam jejeran tenda-tenda tersebut, tidak ada pedagang yang berjualan di luar tenda sehingga tampak teratur. Namun ada satu pedagang keliling yang menjual mainan anak berupa ketapel baling-baling dari bambu. Pedagang ini cukup merebut perhatian anak-anak.
[caption id="attachment_362578" align="aligncenter" width="300" caption="Aneka makanan"]
Pengunjung yang memesan makanan bisa menyantapnya di belakang tenda beralas tikar, boleh juga di area depan panggung sambil menikmati lantunan lagu, atau di mana pun sesukanya.
Tak perlu ragu untuk menyantap makanan dengan tangan, sebab panitia menyediakan wastafel bergerak yang ada di pinggir tenda. Wastafel ini berbentuk gerobak dan mendapat pasokan air dari mobil tanki air yang parkir di seberang jalan.
[caption id="attachment_362580" align="aligncenter" width="300" caption="Wastafel berjalan"]
Untuk keamanan konsumsi makanan yang dibeli, pemprov DKI menggandeng Badan POM RI, yang juga membuka tenda tepat di depan pintu masuk balai kota. Jadi, setiap makanan yang diperjualbelikan di area KLNM ini sudah melalui uji kelayakan oleh instansi ini.
[caption id="attachment_362582" align="aligncenter" width="300" caption="Booth-BPOM"]