Masalah Kepemimpinan dalam Berorganisasi
Organisasi sudah tidak asing lagi untuk terdengar ditelinga siswa, mahasiswa atau bahkan kalangan lanjut usia.Organisasi sebuah wadah yang digunakan untuk menampung perkumpulan orang yang memiliki tujuan/focus bersama.Dalam berorganisasi tidak asing bagi kita untuk mendengar kata "Kepemimpinan" bukan? Nah, kali ini isu yang akan diangkat adalah mengenai masalah kepemimpinan dalam kehidupan berorganisasi.Apa itu pemimpin? Pemimpin atau kepemimpinan, bukan hanya sekedar tentang sebutan, pangkat/jabatan, kekuasaan, hak dan wewenang, tetapi ini masalah tentang bagaimana sikap seorang pemimpin dalam memberikan pengaruh dan bersikap sesuai visi misinya untuk memimpin dan membawa perubahan besar dalam suatu organisasi yang dipimpinnya tentu perubahan yang dimaksud adalah yang memberikan peningkatan dalam hal positif.
      Posisi kepemimpinan disepakati dalam sebuah organisasi program kerja, sebagai subjek yang bertugas untuk mengatur jalannya visi misi bersama anggota organisasi dengan adanya harapan keberhasilan tujuan visi misi dimasa depan.Leader/pemimpin dimana perannya adalah pihak yang mengelola sebuah tim, meskipun pekerjaannya bukan hanya dia yang melakukan seorang diri tetapi tak jarang apabila sebuah organisasi mencapai suatu titik keberhasilan maka yang akan menjadi pusat perhatian orang adalah seorang yang memimpin tercapainya keberhasilan tersebut.Mungkin dari sini dapat kita simpulkan terkadang ada beberapa pihak yang kontra dan menentang bahwa sebuah keberhasilan dari sebuah organisasi tidak hanya terjadi karena adanya peran pemimpin didalamnya.Namun, pemimpin tetap pemimpin dan dia sebagai subjek yang menarik anggotanya sehingga sampainya pada titik keberhasilan sebuah organisasi, dan itu sudah cukup untuk menjadi bukti keberhasilannya sebagai seorang pemimpin.Ada yang bertanya mengapa demikian sudah dapat disimpulkan bahwa keberhasilan organisasi karena adanya peran besar seorang pemimpin didalamnya?Bagaimana jika nyatanya pada situasi tertentu keberhasilan tersebut ternyata bukan karena peran besar seorang pemipinnya tetapi karena peran besar anggotanya?Apakah orang yang menjabat sebagai pemimpin tetap layak disebut sebagaimana mestinya?
      Pada hakikatnya, kembali lagi seorang pemimpin tetaplah pemimpin.Ia sebagai subjek utama dalam terjalannya organisasi, perannya sangatlah besar bagaimana dia harus mampu mempengaruhi, membuat orang lain mau mengakui kepemimpinannya dan menggandeng anggotanya agar mampu mencapai sebuah tujuan bersama yang telah disepakati.Kembali ke topik permasalahan diawal, dapatkah kita katakan dengan istilah kasarnya seorang pemimpin yang hanya " Numpang Nama" mengapa dapat dikatakan demikian? Bukan tentang bagaimana rasa tidak simpati dari anggotanya kepada seorang pemimpin, melainkan peran atau bahkan perubahan yang telah dilakukan seorang pemimpin untuk meyakinkan kepada anggotanya bahwa ia harus diakui bahwa dirinya pemimpin dan anggota harus meng-iyakan hal tersebut.Terkadang, dalam sebuah organisasi tidak jarang memperlihatkan adanya pergerakan secara dinamis dimana hal tersebut berakibat besar karena dapat membuat anggota tim yang ada dalam sebuah organisasi tidak menjadi relavan dalam pekerjaannya karena masalah terbesarnya adalah ketidakcakapan seorang pemimpin dalam menjalankan peran didalamnya.Namun sobat, mengenai hal ini bukankah pemimpin pastinya yang dapat menjamin bahwa organisasi tersebut akan berhasil atau tidak?Kemudian bagaimana kita dapat menjamin bahwa sebuah keberhasilan dari organisasi itu didapatkan oleh anggotanya saja dan bukan dari peran besar pemimpin?Sedangkan kalian juga berjalan diawal terbentuknya organisasi karena telah ditunjuknya seorang sebagai pemimpin kalian yang menjadi anggota dalam sebuah organisasi.
      Seorang pemimpin dilihat dari bagaimana cara kerjanya dalam mencapai keberhasilan organisasi bersama seluruh anggotanya.Masalah utama yang yang seharusnya sudah tidak asing lagi untuk menjadi perbincangan public dimana pemimpin harus memiliki kestabilan emosi untuk dapat mengendalikan segala situasi dan kondisi kedepannya saat memimpin perjalanan organisasi yang diperaninya.Sikap adil dan bijaksana, serta hal-hal lainnya yang mencirikan dari seorang pemimpin bukankah seharusnya dapat dilakukannya sebagai seorang pemimpin? Bukan permasalahan tentang sifat pribadi yang melekat pada diri sesorang tetapi dalam situasi profesionalnya dia adalah orang yang menjabat sebagi pemimpin, dan sudah seharusnya ia mau atau tidak mau harus mencirikan sifat kepemimpinan tersebut.Hal itu, tentunya bukan hanya sekedar perbincangan dibelakang layar, melainkan menjadi salah satu yang kedepannya membawa kunci keberhasilan dari sebuah organisasi melalui visi misi seorang pemimpin.
      Lalu?Apa saja sih permasalahan yang dihadapi seorang pemimpin dan tidak jarang bahwa terkadang hal itulah yang menjadi penghalang besar seorang pemimpin menjadi gagal atau kurang berhasil dalam menjalankan perannya untuk membawa piring organisasi.Pertama, masalah pemahaman seorang pemimpin tentang karakter dan sifat individu dalam sebuah organisasi, dimana memang dapat dikatakan bahwa seseorang telah memiliki sifat, karakteristik, tingkah laku, tabiat, dan hal tersebut menjadi egonya masing-masing dari seorang individu.Terkadang jika seseorang telah memegang peran besar seperti layaknya seorang pemimpin, ia lupa menyadari bahwa jika ia hanya berpatokan kepada ego dan sikapnya sendiri tentunya hal tersebut akan menjadi masalah besar bagi dirinya dalam memimpin sebuah organisasi.Kita sadari secara sadar, bahwa dalam sebuah organisasi yang menampung banyaknya individu tentunya karakter yang dimiliki oleh masing-masingya akan selalu memiliki perbedaan, dan sekecil apapun itu namanya tetaplah perbedaan.Dalam hal ini, bukan dapat dikatakan bahwasanya seorang pemimpin adalah orang yang harus dapat mengenali dan memahami 1001 macam karakter yang tertampung dalam piring organisasi yang dipimpinnya.Tetapi adalah bagaimana cara seorang pemimpin dapat membuat 1001 karakter tersebut tidak menjadi suatu masalah yang besar untuk menjadi alasan bahwasanya ia tidak mampu memahami semua karakter anggotanya.Sehingga dalam hal ini, meski dapat dikatakan hal tersebut diatas bukanlah suatu masalah yang besar atau bahkan masih dapat disepelakan, tetapi tidak menjadi ketidakmungkinan akan terjadinya kesalahpahaman antar anggota dan pemimpin yang berakibat fatal pada kurangnya komunikasi yang dapat menyebabkan ketidak relevannya program kerja yang harus didiskusikan secara bersama-sama.Ego tetaplah ego, tetapi yang mampu mengendalikannya hanya diri kita sendiri sehingga jika kita sudah memutuskan untuk memegang peran besar seperti seorang pemimpin, tentunya kita harus sudah tau apa yang harus kita lakukan kedepannya agar masalah tentang ego dalam organisasi tidak harus menjadi suatu penghalang untuk kita memegang peranan besar menjadi seorang pemimpin.
      Kedua, masalah kurangya rendah hati seorang pemimpin dimana memang sudah tidak menjadi hal yang biasa jika seorang pemimpin tidak terlepas dari kata kekuasaan dan hak serta wewenangnya diatas kekuasaan anggotanya.Tetapi yang lebih masuk akal bahwa tentunya hak serta wewenang yang dibuat seorang pemimpin tidak menjadi bahan intimidasi parang anggotanya.Terkadang, pemimpin menjadi takut apabila menunjukkan sikap rendah dirinya didepan anggota karena ia merasa hal tersebut akan menjatuhkan harga dirinya sebagai seorang pemimpin yang tidak dihormati dan dihargai kepemimpinannya.Namun ternyata dari sudut pandang sebagian orang hal tersebut salah besar, bahkan bukan menjadi suatu masalah jika memang seorang pemimpin memiliki kelemahan layaknya manusia biasa.Bukankah dalam berorganisasi itu menjadikan sebuah wadah bagi kita untuk saling melengkapi satu sama lain antara kekurangan dan kelebihan untuk mencapai sebuah keberhasilan bersama.Sehingga, dapat dikatakan sebaliknya jika seorang pemimpin menunjukkan sikap egonya yang tinggi dan malu untuk menunjukkan kelemahannya karena ingin mendapatkan pengakuan dari anggotanya hal tersebut salah besar, bahkan seorang anggota tanpa harus diintimidasi dia akan sangat menghargai pimpinannya yang mampu bersikap adil dan bijaksana dalam menjalankan tugasnya dengan baik.
      Masalah ketiga, pemimpin yang menghindari konflik ialah dalam hal ini dapat dikatakan jika hal tersebut dilakukan oleh seorang pemimpin akan menjadi sebuah perilaku yang tak elok untuk dimengerti maupun dipahami.Seorang pemimpin, dari awal tentunya secara sadar dirinyalah yang sudah disepakati dan dikehendaki baik oleh dirinya sendiri ataupun orang lain dia yang menjadi pemimpin dari organisasi.Kemudian, bagaimana jika seorang pemimpin hanya mampu lari dari masalah yang harusnya ia pimpin untuk mencari jalan keluarnya??Sangat disayangkan bukan?Anggotanya mungkin akan kehilangan arah dan bingung dalam membuat keputusan yang tepat karena merekapun kehilangan sumbu kekuatannya.Tidak dapat dipungkiri tugas terberatnya seorang pemimpin ialah saat ia dihadapan dengan berbagai macam konflik yang menghantam organisasi yang dipimpinnya.Tetapi apakah satu-satunya jalan adalah menghindar sampai masalah tersebut selesai dengan sendirinya tanpa kita hadapi dengan solusi? Tentunya tidak, masalah yang dihindari ada kalanya malah menjadi hal yang berkelanjutan dan semakin panjang penyelesaiannya jika kita terus menghindarinya.Hal tersebut, jika dibiarkan tentu saja akan sangat berpengaruh terhadap masalah kinerja anggota organisasi yang didalamnya, mereka akan merasa marah karena mereka merasa memiliki pemimpin yang hanya bisa lari dari masalah.Sebagai seorang pemimpin kita harus dapat yakin kita dapat memipin anggota kita.Itu adalah kepercayaan utama yang harus dimiliki dalam jiwa seorang pemimpin, maksdunya dalam hal ini dengan adanya rasa percaya diri tersebut bukan membuat kita merasa mampu akan mencari solusi sendiri untuk bagaimana konflik tersebut dapat terpecahkan.Tetapi, itulah gunanya dalam sebuah organisasi tidak memandang apakah dia hanya seorang anggota atau bahkan seorang yang memimpin, harus dapat saling merangkul jika masalah terjadi untuk mendapatka solusi yang disepakati bersama dan baik untuk kedepannya.
      Organisasi wadah penting yang didalamnya kita bisa mengembangkan sikap sosialitas kita dengan orang lain, jangan takut untuk bertindak sebagai pemimpin, selama maksud dan tujuan kita selalu mengarah ke hal yang positif kita tidak perlu membangung kekhawatiran yang begitu besar sehingga kita membatasi diri kita seperti kita tidak pantas menjadi pemimpin.Pemimpin yang baik bukan segalanya yang bisa melakukan apa saja, tetapi tentang tanggung jawab bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H