Mohon tunggu...
Rully Efendi
Rully Efendi Mohon Tunggu... profesional -

Jurnalis Muda

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Swasembada Gula Bukan Mimpi

1 Agustus 2016   22:37 Diperbarui: 1 Agustus 2016   22:52 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Gula memang manis rasanya. Namun manisnya tidak selalu dirasakan petani. Mereka merugi bukan karena gagal panen. Namun disebabkan biaya produksi lebih tinggi daripada hasil panennya. Beruntung kondisi demikian mulai berangsur membaik.

Tidak mudah meyakinkan petani supaya tetap setia menanam tebu. Apalagi mereka mulai pandai berhitung. Beruntung, pemerintah jeli menyikapinya. Melalui Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) yang ditetapkan setiap tahun, harga patokan petani (HPP) gula ternyata lumayan mampu memberikan kepastian bahwa petani tak bakal merugi lagi sebelum panen. Terlebih ada punishmentbagi siapa pun yang melanggarnya, sesuai dengan Undang-undang yang berlaku.

Kepastian soal kualitas bibit tebu yang ditanam petani, juga menjadi fokus perhatian pemerintah. Apalagi mengandung korelasi yang berdampak pada produktifitas hasil panen. Karenanya, Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) dibangun untuk meneliti pergulaan Nusantara. Selain meneliti, pusat penelitian yang ada di Pasuruan, Jatim, itu juga bertugas menghasilkan teknologi dan produk pergulaan berkualitas.

PG Memposisikan Petani Sebagai Mitra

Persoalan sulitnya mencari pupuk yang konon selalu menjadi permasalahan petani, mulai terkoordinir karena peran koperasi petani tebu, binaan dari masing-masing unit pabrik gula (PG). Terlebih, petani diberi kebebasan berserikat. Sejumlah organisasi petani tebu pun difasilitasi pihak PG, karena mereka dianggap mitra kerja.

Seperti di PG Semboro, selain ada Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), Paguyuban Petani Tebu Rakyat (PPTR), Koperasi Petani Tebu Rakyat (KPTR) Mitra Usaha dan Koperasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (KPTRI).

Sejumlah organisasi petani tebu itu diberi peran profesional, layaknya konsep kemitraan modern. Bahkan, proses lelang gula dan tetes milik petani yang diolah di PG Semboro, juga dilakukan sendiri oleh masing-masing perwakilan organisasi yang kemudian membentuk tim lelang.

Tugas berikutnya ada pada Direksi PTPN XI untuk memfasilitasi mitranya. Tim lelang tak hanya difalitasi bertemu dengan para calon pembeli gula. Lokasi lelang pun total dibantunya. Meski memang selama ini lelang lebih sering dilakukan di Kantor Direksi PTPN XI yang ada di Jalan Merak Nomer 1 Surabaya. Aktivitas lelang pun terjadi tanpa ada intervensi dari pihak mana pun termasuk PTPN XI.

Memang, dinamika harga gula dunia mempengaruhi lesunya gula lokal. Apalagi serangan gula impor rafinasi yang berubah wujud dari gula produksi, diolah kembali layaknya gula konsumsi. Beruntung, soliditas petani tebu yang terbingkai dalam organisasinya masing-masing, mampu melawan dengan mendobrak belenggu penati tebu.

Revitalisasi PG Mulai Terasa Hasilnya   

Keseriusan pemerintah melakukan revitalisasi di sejumlah PG, mampu menjadi stimulan mujarab yang mendorong petani semangat menanam tebu. Rendemen rendah yang sebelumnya dikeluhkan, mulai berbalik kemudian mampu menjadi sebuah kepuasan. Belum lagi optimalisasi itu bakal meningkatkan kapasitas terpasang di PG bersangkutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun