Mohon tunggu...
Sofyan Utiarahman
Sofyan Utiarahman Mohon Tunggu... Guru - Master Trainer MGPBE, Fasilitator, Narasumber Kependidikan, Motivator, Instruktur Nasional, Penulis Pemula

Sofyan Utiarahman. Pecinta aksara. Peselancar Media. Menulis dan belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Tanpa Bayang Dirimu

7 Februari 2023   21:35 Diperbarui: 7 Februari 2023   21:38 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Dokpri. Desain Canva

Teringat semua yang berkesan. Awal perjalanan asmara tentang kita. Semua dilalui bersama. Bersaksi semesta tanpa celah. Jujur, tertulis abadi di hamparan persada. Jejak tapak kaki terukir di sepanjang spot percintaan. Bertulis cinta asmara, bergambar love dengan warna merah hati.

Hampir semua dataran ini telah kita jelajahi bersama. Dalam segala urusan dan kepentingan, kita saling membantu. Dengan senyum terukir. 

Di kala rasa lapar melilit perut, kitapun makan bersama. Pisang rebus yang kau masak dengan santan bercampur sedikit garam, terasa burger di  kerongkongan. Duduk bersama di atas tembikar lusuh, di depan rumah orang tuamu yang beratap daun rumbia. Kadang kita bercanda ria di bawah pohon mangga kuwini sambil menikmati renyahnya buah nangka yang dipetik ayahmu. Sering pula kita membasuh pakaian di sungai yang menjulang bebatuan besar. Sungai yang membuat aku jatuh sehingga gigiku patah. Sungai yang selalu memberikan nada gemericik. Terdengar indah yang mengantarkan nyenyak tidurku, ketika aku merebahkan diriku di banthayo beralas bilah bambu.

Saat dompet kita agak tebal, kita makan di restoran. Paling banyak malam hari. Berpemandangan lampu aneka warna. Menyuburkan hati kita bermekaran bagaikan bunga mawar.

Saat dompet kita setengah menipis, kita makan bakso Madura. Di Taman Kota. Sambil menikmati spot taman yang dipenuhi anak-anak bergembira. Bersama orang tua mereka yang mengawasi.

Selasa, tujuh Februari tahun dua ribu dua puluh tiga. (Mungkin) semua berakhir. Semua selesai. Melepas cinta dan rindu selama sekian tahun. Kisah dan perjuangan yang dibangun bersama. Melepas belenggu dengan kekuatanku sebesar semesta, yang kita bangun bersama.

Aku tidak bisa lagi melihat wajahmu di poto profil wats app. Atau di nomor kontak. Itu permintaanku, yang terakhir kepadamu. Agar aku tak lagi mengiba cinta, yang pintunya telah tertutup. Rapat tanpa celah, yang seberkas cahayapun tidak bisa masuk.

Aku akan menjalani, sendiri, tanpa bayang dirimu.

#Gorontalo, 070223

#22:14

by: Opan Semesta

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun