Secarik kertas darimu... Mengulurkan napas pada tubuhku.
Tentang bait asmarandana yang meminang seluruh senyumku.
Berawal dari jenaka, aku mencoba asing tak menyapa...
Namun tatapan matamu, selalu mampu menjembatani asmaraloka.
Tak asing kulihat, tak jemu kupandang... sayup matamu...lesung dilereng pipimu... dan manis senyumu adalah ciptaan Tuhan yang paling paripurna.
Aku tersentuh...jiwaku meluluh... Lukaku redam seketika.
Namun aku membantah... aku mencoba menolak semua rasa, sebab ketakutanku terhadap luka yang sakitnya mengoyak jiwa.
Ku coba rangkai hari ini... Untuk tak ingin menjumpaimu lagi... menjauh... agar sesalku tak pernah kusentuh lagi...
Namun malang... hari-hari yang kurangkai... Justru menampar balik inginku, rindu justru tumbuh dan bertubi-tubi menusuk jantungku.
Hari ini... Aku lupakan niatku, aku pasrahkan hatiku...
Padamu... Aku mencintaimu.
Amorfati/11/april/2020. SNH.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H