Kisah Nur Kalim sosok guru honorer dari Gresik yang mampir viral menyentil satu sisi kemanusiaan saya, kasus kekerasan yang nyaris serupa dan terus saja berulang. Konflik kekerasan yang kerap terjadi di lembaga pendidikan, sebuah tempat terhormat yang seharusnya menjadi garda terdepan penjaga moralitas bangsa.
Benturan ego antara guru dengan siswa maupun antar sesama mereka. Konflik yang bertukar peran, kadangkala guru sebagai pelaku di lain kesempatan ia dapat menjadi korban juga. Sehingga sebenarnya tak ada posisi yang superior, baik guru maupun siswa sama-sama rentan menjadi pelaku dan korban perundungan sekaligus.
Entah apa yang salah dengan dunia pendidikan kita, metodenya, kebijakannya, kurikulumnya, sarananya, atau memang manusia-manusia Indonesia itu sulit diatur.
Pada hakekatnya pendidikan itu sebagai proses memanusiakan manusia, manusia yang oleh Yuval Noah Harari digambarkan sebagai wujud hewani secara biologis yang unggul dan berevolusi sedemikian rupa sehingga mencapai kesempurnaan seperti terlihat sekarang ini hingga mampu menguasai peradaban mengalahkan spesies yang lain.
Tujuan pendidikan ialah menyiapkan generasi penerus untuk tangguh dan dapat menjadi manusia seutuh-utuhnya, lengkap secara fisik, psikis, perasaan maupun akal budi yang luhur dan tidak tercerai beraikan dari khittah dasarnya sebagai makhluk paripurna.
Perkembangan zaman menuntut lembaga pendidikan, baik secara formal maupun informal, mampu menjawab segala tantangan zaman yang bertumbuh sedemikian pesat. Era teknologi 4.0 telah membuka segala sekat yang melekat pada setiap individu menjadi terang benderang  membuat para manusia modern laksana berdiam dalam rumah kaca.
Guru sekarang ini bukan lagi sebagai satu-satunya sumber pengetahuan bagi para siswa, tersedia jutaan informasi di luar sana yang dapat dicari oleh para siswa dengan sekali kedipan mata.
Kembali ke permasalahn di atas, fenomena dunia pendidikan yang telah tercoreng oleh perbuatan beberapa oknum yang berdiam dalam lembaga yang dinamai sekolah, baik oleh guru maupun siswa seakan mengabsahkan data bahwa dunia pendidikan telah gagal dalam mengelola dan membekali manusia-manusia untuk menjadi manusia sejati.
Memang kita tidak bisa menggeneralisasi kasus per kasus, namun fakta tersebut menunjukkan sebuah proses delegitimasi dunia pendidikan. Dunia pendidikan bukan lagi sebagai tempat pembekalan moral, hanya sebagai tempat menimba ilmu pengetahuan saja, tak lebih.
Arah Pendidikan di Indonesia
Ketika bangsa barat telah merumuskan kurikulum sedemikian rupa sehingga dapat menjawab tantangan zaman hingga saat ini mampu menjadi penguasa global dalam segala bidang kehidupan, sedangkan kita bangsa Indonesia masih berkutat dalam kurikulum pendidikan yang teknis dan remeh temeh, orientasinya hanya melulu pada ujian dan lulus, tanpa penyentuh persoalan dasar kemanusiaan.