Mohon tunggu...
Sofwan Ardyanto
Sofwan Ardyanto Mohon Tunggu... Konsultan - Pernah kuliah di jurusan planologi, pernah jadi wartawan, pernah bekerja sebagai copywriter tetapi kini mengelola sebuah bisnis pemrosesan kopi dan kedai kopi di jabodetabek.

Pernah kuliah di jurusan planologi, pernah jadi wartawan, pernah bekerja sebagai copywriter tetapi kini mengelola sebuah bisnis pemrosesan kopi dan kedai kopi di jabodetabek.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Di Balik Gembar Gembor Kasus Panji Gumilang #2

31 Juli 2011   09:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:13 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Pada tulisan episode #1 (sila buka link) telah saya sebutkan bahwa pada suatu pagi di kediaman Panji Gumilang di Gandul, Depok telah terjadi dialog empat mata antara saya dan Panji Gumilang tentang prediksi masa depan NII.

Dialog itu bermula dari kegelisahan saya, yang waktu itu masih merupakan seorang kader NII, tentang arah gerakan/perjuangan yang tampaknya semakin bias, janggal, dan disorientasi.

Pagi itu, refleks saya seperti mengomando untuk memanfaatkan situasi. Ketika itu, hanya ada saya dan Panji Gumilang. Beberapa pemimpin NII lain, termasuk H. Imam Supriyanto (yang belakangan sering muncul di televisi dan mengungkap jati dirinya sebagai mantan Menteri Peningkatan Produksi NII) masih tidur. Yah, malam sebelumnya, kami memang terlibat diskusi hingga larut malam.

Oh ya, ini menjadi semacam kata kunci jika ingin berdialog dengan Panji Gumilang: "jangan tanyakan hal sensitif di depan banyak orang. Ia bisa murka". Nah, karena pagi itu hanya ada saya dan Panji Gumilang, saya pun memberanikan diri untuk berdialog tentang hal yang sangat sensitif, tapi urgent. Tentu saja, saya awali dialog pada pagi itu dengan terlebih dahulu membuka diskusi tentang hal ihwal pertanian dan peternakan (dua hal yang sangat ia gadrungi).

Pertanyaan saya sederhana:


"Syaykh, bagaimanakah masa depan NII kelak? Di satu sisi, sifat gerakan kita (baca: NII) sangat eksklusif. Bahkan, dari sisi nama pun sangat eksklusif. Namun, di sisi lain, kita sekarang masuk pada wilayah pergerakan yang sangat inklusif. Jujur, teman-teman di akar rumput, mulai gelisah dengan kontradiksi ini. Mereka bingung?"

Mendengar pertanyaan itu, Panji Gumilang sempat berpikir sejenak. Tak seperti biasa, jawabannya kepada saya kurang memuaskan. Ia menjawab begini:


"Perjalanan NII masih sangat panjang. Ana hanya mencoba untuk mengembalikan NII kepada jalur yang benar. Soal kelak umat harus bagaimana, dan NII akan menjadi apa, kelak kitalah yang akan memutuskan. Kita itu siapa? Ya...kita. Kita yang sekarang ini masih aktif, tentu saja dalam perwakilan, dan kita yang pernah berjuang bersama-sama tapi sekarang tidak lagi berada di dalam barisan."

Saya sanggup mempertanggungjawabkan bahwa dialog ini pernah terjadi. Nah, jika kemudian ada para 'mantan' NII yang hendak mencoba menyelamatkan jamaah NII dari kehancuran serta menyelamatkan hasil perjuangan ratusan ribu nyawa dari "kecenderungan penguasaan secara tidak proporsional oleh Dinasti Rasyidi", semoga Panji Gumilang ingat dialog tadi. Apapun, Imam Supriyanto dkk masih punya hak untuk mengembalikan hak jamaah kepada yang berhak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun