Mohon tunggu...
Sofi Nurani Fatima
Sofi Nurani Fatima Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

mahasiswa akhir

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Artikel Opini: Penggunaan Media Sosial Instagram sebagai Mading Online Sekolah

27 Oktober 2022   18:50 Diperbarui: 27 Oktober 2022   18:58 1142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Majalah dinding atau lebih yang lebih dikenal sebagai mading, merupakan salah satu media informasi sekolah yang sudah sangat lama berada dan terkenal di lingkungan sekolah. Di mana mading sendiri merupakan salah satu tempat untuk menunjukkan kekreativitasan murid pada kemampuan menulis, menggambar, dan lain sebagainya. Tidak hanya untuk entertainment, mading juga merupakan salah satu sarana sekolah di mana ia dapat menyediakan informasi seputar kegiatan maupun sekolah itu sendiri untuk murid-murid serta pengunjung yang sedang mendatangi sekolah.

Mading sendiri merupakan salah satu sarana sekolah di mana siswanya dapat meningkatkan literasi minat baca, dikarenakan di dalamnya terdapat berbagai macam rubrik yaitu; rubrik informasi, hiburan, jurnalistik, hingga opini. dikarenakan berbagai macam mading itulah siswa pertama-tama dapat memahami bacaan mading dengan membacanya, kemudian siswa dapat menganalisis isi mading baik berdasarkan penulisan ketatabahasaan maupun berargumen terhadap sebuah rubrik opini, lalu kemudian siswa sendiri dapat mengembangkan sebuah kalimatnya sendiri bahkan menambah kosakata, dan tidak lupa yang terakhir siswa dapat mengapresiasi sebuah karya yang ditempel di mading, yang terakhir apabila siswa tertarik, siswa sendiri dapat membuat konten untuk mading itu sendiri, yang kemudian berarti ia dapat melatih dirinya sendiri untuk dapat meningkatkan kekreativitasnya (Hidayatullah, 2019).

Namun ada beberapa kekurangan pada mading terutama pada semakin berkembangnya teknologi, terutama teknologi smartphone. Pada saat ini kemungkinan besarnya siswa masing-masing sudah memiliki smartphone, mengingat bahwa saat pandemi berlangsung siswa membutuhkan smartphone untuk dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Tentunya ketika seseorang mempunyai smartphone maka ada kemungkinan besarnya pula ia memiliki media sosial untuk dapat berkomunikasi maupun hanya untuk entertainment.

Maka pada hal ini majalah dinding mulai terasa ditinggalkan serta kurang relevan dalam penunjangan siswa untuk dapat meningkatkan tingkat literasinya. Mengingat pada masa ini siswa lebih memilih untuk memainkan handphonenya baik itu menonton reels di Instagram, membaca thread di Twitter, dan lain sebagainya. Maka dengan berubahnya zaman, pendidik juga harus menyiapkan perubahannya media-media yang dapat menunjang kemampuan siswa nantinya. Dalam hal ini penulis hendaknya menyarankan media sosial Instagram untuk dijadikan salah satu media pengganti majalah dinding, sebagai penunjang siswa mendapatkan pengganti dari media mading yang ditinggalkan pada saat ini.

Berikut ini adalah beberapa kelebihan Instagram menurut penulis apabila ia dijadikan majalah dinding berbasis online :

  • Dapat menampilkan sebuah gambar dan penulisan yang tertata dan dapat terbaca dengan baik tanpa harusnya penggunaan kertas keluar yang dapat mengampanyekan paperless pada saat ini.
  • Lebih memakan biaya yang lebih sedikit untuk dapat mendekorasi majalah dinding secara online dengan berbagai gambar-gambar agar tetap terlihat menarik dan enak di pandang, tidak hanya itu saja dalam mengunggah konten majalah dinding tidak menggunakan banyak biaya kuota.
  • Majalah dinding online dapat langsung tersebar dan dibaca tidak hanya pada satu tempat saja, tapi langsung tersebar pada siswa-siswa yang mempunyai smartphone dan mengikuti akun majalah dinding online sekolah di mana saja dan kapan saja.
  • Majalah dinding online bisa memberikan keberagaman konten lagi, dikarenakan didalamnya tidak hanya bersifat visual saja, namun ada juga audio, menjadikan konten dapat dibuat lebih luas dan tidak hanya menunjang kemampuan literasi siswanya.
  • Semua siswanya dapat memberikan respon serta reaksi langsung terhadap sebuah konten majalah dinding yang diunggah oleh sekolah.
  • Siswa-siswa juga tentunya dapat melihat langsung dan lebih frekuensi melihat unggahan di media sosial, bahkan dapat membaca unggahan-unggahan yang sudah lama diunggah, yang berartikan penyimpanan kontenpun lebih mudah.

Dari poin-poin yang sudah penulis lampirkan diatas adalah beberapa poin-poin paling menonjol dan memudahkan pembuatan majalah dinding dan tetap mengikuti perkembangan arus jaman yang kian hari kian lebih dependen dengan alat elektronik. Walaupun majalah dinding yang lawas tetap menarik dan menyenangkan untuk terus dibaca dan dibuat, namun hal ini tidak memungkiri banyaknya majalah dinding di sekolah-sekolahan sudah mencapai batas akhir penggunaannya, dimana penulis sendiri merasakan sering sekali mading sekolahan hanya berakhir menjadi tempat informasi saja, konten di dalamnya tidak ada sama sekali, hanya ada beberapa bekas selotip-selotip saja, sedangkan itu Instagram sekolahan yang sekaligus dijadikan portofolio dan mading sekolah selalu penuh dengan banyaknya reaksi dari siswa-siswa saat penulis sekolah. ***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun