Ini ironis. Tapi fakta.Â
Pada bulan Ramadhan 2019, sampah makanan di Jakarta meningkat hingga 211 ton! (kompas.com).Â
Aneh kan? Bulan Ramadhan kan bulan berpuasa, ya. Saat waktu makan hanya dibatasi saat sahur dan buka saja. Tapi justru sampah makanannya malah meningkat.Â
Kok bisa?Â
Setelah ditelisik, lonjakan sampah makanan saat Ramadhan itu salah satunya dipicu oleh aksi kalap belanja. Belanja makanan tentunya. Entah yang masih mentah atau sudah matang.Â
Misalnya, pesan banyak menu saat makan di restoran. Meski akhirnya juga banyak yang tidak dimakan. Bukan satu atau dua orang saja yang melakukannya. Tapi oleh banyak orang di banyak tempat makanÂ
Atas fenomena ini, Dr Bekim Hasani, seorang Imam Masjid di Australia mengatakan bahwa jika makna puasa tidak dipahami dengan baik, akan ada pergeseran makna puasa itu sendiri. Dari Fasting menjadi Feasting. Dari bulan puasa menjadi bulan (untuk) berpesta.Â
Kalap Belanja Makanan
Menurut kamus daring KBBI, kalap diartikan sebagai lupa diri, gila, bingung. Ketiganya mengacu pada kondisi pikiran tidak sadar (unsconsicious mind).Â
Jadi, kalap itu memiliki konotasi yang tidak baik. Baik kalap makan dan kalap belanja. Keduanya tindakan yang timbul hanya didorong oleh keinginan (desire) bukan diputuskan berdasarkan kebutuhan (need).Â
Aksi kalap belanja makanan tidak hanya berdampak buruk pada keamanan keuangan pribadi, tapi juga bisa merugikan masyarakat banyak.Â