Wonosobo, kota kecil di Jawa Tengah yang memiliki suhu wilayah cukup dingin karena letaknya yang berada didaerah pegunungan. Namun di kondisinya yang seperti ini, belum tentu Wonosobo akan selalu terasa dingin, ada kalanya terasa panas atau di bulan tertentu selalu mengalami musim panas hingga membuat badan terasa gerah. Nah, ketika kita merasakan hal seperti itu maka rasanya seperti selalu ingin menikmati makanan/minuman dingin dan segar untuk melegakan rasa gerah tersebut.
Di Kota Wonosobo, terdapat salah satu tempat yang menyediakan kuliner menyegarkan, ramah kantong dan tergolong legendaris loh! Namanya, es choki-choki Bu Is. Masyarakat Wonosobo pada umumnya mengetahui es ini, karena es choki-choki sudah ada sejak dahulu. Inilah fakta seputar legendarisnya es choki-choki di Wonosobo.
Awal mula es choki-choki bu is
Pak Yadi dan Bu Is, pemilik usaha es choki-choki yang merupakan warga asli Wonosobo kelahiran 1954. Dalam menjalankan usahanya, mereka selalu terlihat kompak dan sangat ramah dalam melayani setiap pelanggan yang datang. Es choki-choki Bu Is awalnya belum seperti yang ada sekarang ini. Dahulu Bu Is hanya menjual jus, es campur atau es buah seperti pada umumnya misalnya buah manga, melon, semangka, dan buah lainnya dengan penyajian  menggunakan plastik atau gelas. Namun kendala yang dialami, terkadang tidak ada stok buah yang dapat dijadikan bahan jualannya terutama buah untuk jus kemudian mencari upaya lain. Sebelum pensiun, suami Bu Is (Pak Yadi) seorang guru SD N 2 Garung, namun juga berjualan choki-choki. Kemudian suatu ketika, Bu Is dan Pak Yadi iseng mencoba es buah yang dicampur dengan choki-choki, dan rasanya enak.
"Awalnya cuma iseng, es buah dikasih choki-choki kok enak. Terus tambahin lagi tape, kok enak juga. Akhirnya nyoba jual, pelanggan juga langsung suka" Tutur Pak Yadi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa ide berjualan es choki-choki ini hanya berawal dari keisengan Bu Is dan Pak Yadi, bukan terinspirasi dari manapun. Es choki-choki ini juga hanya satu-satunya di Kabupaten Wonosobo, atau mungkin hingga satu-satunya di dunia. Es ini sudah ada sejak tahun 1983 atau jika dihitung hingga saat ini sekitar 40 tahun. Waktu tersebut bukanlah waktu yang sedikit, maka dari sinilah es choki-choki dikatakan legendaris. Bahkan dalam satu hari pun menghabiskan choki-choki yang cukup banyak. "Kalau sehari itu, coklat choki-choki nya saja bisa habis sampai 2 karton kalau memang sedang ramai." Ucap Pak Yadi.
Dapat segarnya es choki, bonus ramahnya penjual
Dari segi jualannya maupun si penjualnya sama-sama memiliki ciri khas, yaitu dari mulai es choki nya memiliki harga relatif murah mulai dari Rp. 4000,00-an saja sudah mendapatkan satu porsi penuh, saat menikmati akan terasa sangat segar dan melegakan terlebih lagi jika cuaca sedang panas, selain itu juga kita akan merasa kenyang karena didalamnya banyak potongan buah melon dan semangka. Saat Bu Is menuangkan es choki ke dalam mangkuk, biasanya sampai benar-benar full sehingga saat mangkuk mulai penuh kita akan diberi sedotan untuk menyeruputnya terlebih dahulu.
Kemudian ciri khas dari penjualnya, yaitu Bu Is dan Pak Yadi, keduanya sama-sama ramah, murah senyum dan sangat lembut. Ketika pelanggan datang, Bu Is menyapanya dengan senyuman sambil mempersilakan "monggo mas/mbak, mau pesan es choki?" ketika bu is sudah menanyakan, biasanya biasanya para pembeli atau pelanggan menjawabnya dengan seleranya masing-masing. Kalimat yang sering diucapkan para pembelinya, "mau es choki double tape/double choki, gula merah Bu". Namun juga tiap pembeli memiliki seleranya masing masing sehingga mereka langsung mengutarakan apa yang ingin dipesan, kemudian Bu Is membuatkan pesanannya. Ketika Bu Is sudah membuatkan pesanan, Pak Yadi membantunya dengan mengantarkan es choki ke tempat duduk para pembeli. Namun jika es choki dibungkus, Pak Yadi bagian membungkusnya dan memberikan kepada pembeli.
Meskipun mudah dibuat, rasa tetap tidak tertandingi
Bagi yang penasaran seperti apa es choki ini, sebenarnya sangat mudah untuk dibuat dan tidak membutuhkan biaya yang mahal untuk membuatnya. Bahan-bahan yang ada pada es choki-choki meliputi: buah melon, buah semangka, air gula merah, air gula pasir, santan cair, es batu, choki-choki yang masih utuh didalam kemasan, dan tape hijau. Sedangkan alat yang digunakan cukup dengan blender, pisau untuk memotong buah, gunting untuk menggunting kemasan coklat choki-choki, wadah untuk menyajikan dan sendok maupun sedotan.
Langkah membuatnya pun sangat mudah, tinggal memasukkan air gula (merah/putih tergantung selera), kemudian coklat choki-choki (jumlah sesuai selera juga), dan santan ke dalam blender. Sambil menunggu diblender, kita dapat memotong buah-buah ke dalam mangkuk atau wadah untuk menyajikan dan ditambahkan es batu yang sudah dihancurkan. Air gula dan choki + santan yang berada di blender siap dituangkan langsung ke mangkuk (diatas buah). Memang untung membuat es choki ini sangat mudah, namun rasa nya akan terasa lebih nikmat ketika kita membelinya langsung ke tempat Bu Is dan feelnya akan lebih terasa, begitulah menurut beberapa pelanggan yang sedang berada di lokasi. Â
Lokasi es choki choki Bu Is
Bagi yang belum mencoba dan ingin berkunjung ke tempat keberadaan es choki, sebenarnya cukup mudah aksesnya karena masih berada di pusat kota Wonosobo. Dari alun-alun kota Wonosobo hanya sekitar 2 menit jika menaiki kendaraan. Alamat berada di Jalan Bismo, RT 04 RW 01 Sumberan Utara, Wonosobo. Namun, jika melihat dari google maps secara langsung bisa ketikkan lokasi "Es Choki-Choki Bu Is Sumberan" dengan alamat di titik maps JWV2+H97, Demang Sari, Wonosobo Barat, Kec. Wonosobo, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah 56311.
Bu Is menjual es choki-choki cukup di teras rumah menggunakan alas duduk. Untuk para pembelinya, jika ingin makan di tempat maka mereka duduk lesehan di sekitar rumah Bu Is. Biasanya jika para pembeli ramai-ramai dan ingin makan batagor di depan rumah Bu Is, maka choki-choki dibawa langsung ke kedai batagor.
Rasa semangat tinggi untuk tetap berjualan yang dimiliki Bu Is dan Pak Yadi patut diapresiasi di usianya yang menginjak 68 tahun. Meskipun sering merasa lelah, mereka tetap semangat mencari rezeki. Tidak ada hari libur untuk choki-choki Bu Is, kecuali memang ada kepentingan mendesak barulah libur berjualan. Perjuangan besar Bu Is dan Pak Yadi dalam menyekolahkan kedua anak laki-lakinya juga telah berhasil. Keduanya memperoleh gelar yang tinggi dan hingga sudah memiliki anak. Selain itu, anak yang kedua dapat melanjutkan Pendidikan S2 nya di Inggris. Saat lebaran tiba, semua berkumpul ada anak dan cucu. "Kalau lebaran itu, Bu Is seneng sekali semua ngumpul disini. Ada anak, cucu. Cucunya itu ada empat dan aktif semuanya. Jadi disini rame-rame " Ucap Bu Is sambil menunjukkan ekspresi bahagianya.Â
Sobat kompasianers yang penasaran, es choki-choki bisa menjadi rekomendasi kuliner saat jalan-jalan ke Kota Wonosobo, Jawa Tengah. Pokoknya  dijamin senang! Ramah di kantong, perut kenyang, hatipun senang.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H