Mohon tunggu...
Sofia Ummil Husna
Sofia Ummil Husna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi - UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (21107030017)

creativity solves everything

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

"Bundengan" Alat Musik Tradisional Khas Wonosobo yang Aneh dan Unik

18 Februari 2022   10:44 Diperbarui: 18 Februari 2022   10:47 1422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bundengan untuk mengiringi nyanyian (YouTube Official Wonosobo WEB TV)

Indonesia terkenal akan beragam warisan budaya mulai dari tarian adat, makanan khas, alat musik daerah dan masih banyak lagi. Seperti kota Wonosobo, kota dingin nan asri yang memiliki sejuta pesona didalamnya meskipun kota ini tergolong kota kecil di Provinsi Jawa Tengah. Mulai dari makanan khas, tarian daerah, wisata alam yang cukup menakjubkan dan masih banyak lagi. Kali ini, sobat kompasianers akan disajikan bacaan menarik mengenai salah satu alat musik tradisional yang aneh namun juga unik yang dimiliki oleh Kabupaten Wonosobo. Apakah itu? Ya, alat musik tradisional Bundengan!

Bagi sobat kompasianers yang penasaran dengan keunikannya, alat musik Bundengan ini merupakan alat musik tradisional khas Wonosobo yang terbuat dari bambu dan senar yang dipetik untuk menghasilkan bunyi seperti gamelan yaitu dengung, sengau atau bindeng. Alat musik ini berbentuk segitiga memanjang dibuat dari kerangka bambu tebal yang dianyam, serta bagian luarnya berlapis slumpring (pelepah batang bambu) yang diikat dengan tali ijuk. Dimainkan dengan dua tangan, dipetik senarnya dan disentil lapisan inggisnya. Bunyian yang dihasilkan tidak begitu keras, namun sudah cukup mewakili beberapa bunyian gamelan nan indah

Bundengan awalnya disebut dengan Kowangan, yaitu tudung (pelindung kepala seperti caping) pada zaman dahulu yang digunakan oleh para penggembala bebek (sontoloyo) untuk berteduh saat terkena terik matahari dan hujan. Menurut cerita, alat musik tradional ini diciptakan oleh Barnawi, yaitu seorang seniman yang berasal dari Dusun Ngabean, Desa Maduretno, Kecamatan Kalikajar Wonosobo. Melihat riwayat hidup Barnawi, dulunya beliau seorang lulusan Sekolah Dasar dan kegiatan kesehariannya sebagai seorang pengembala bebek. Meskipun latar belakang Barnawi hanyalah seseorang yang hidup di pedesaan, tak menghalangi bakatnya menjadi seorang seniman yang mampu melahirkan alat musik tradisional unik dan dikenal oleh banyak lapisan masyarakat.

Mengutip dari sumber yang ada, di tahun 2012 Barnawi meninggal dunia dalam usia 49 tahun. Karena hal ini, Bundengan pun sempat mati suri selama kurang lebih tiga tahun. Sekitar tahun 2015, Bundengan muncul kembali di tengah masyarakat dengan seseorang bernama Munir sebagai pemain Bundengannya. Munir adalah adik kandung dari Barnawi. Bersama Buchori sebagai Wira Suara, Buchori adalah Wirasuara yang dari dulu selalu mendampingi Barnawi dalam pentas Bundengan. Beberapa upaya dalam memperkenalkan dan melestarikan Bundengan pun dilakukan kembali.

Sebenarnya alat musik Bundengan ini terlahir sudah cukup lama, yang menurut riwayat sejarah sudah tercatat sejak masa Hindu-Buddha atau era klasik. Namun baru terexpose beberapa tahun terakhir ini, dan berkat warisan yang lahir turun temurun inilah Bundengan tetap lahir di tengah masyarakat Wonosobo. Yang menjadi sebuah rintangan yaitu bahwasanya penggiat kearifan lokal ini sudah mulai langka di era yang serba modern ini. Sedangkan alat musik Bundengan lahir dengan berlatar belakang tradisional. Untuk mengantisipasi terjadinya kepunahan alat musik ini, muncullah upaya pelestarian Bundengan salah satunya di sekolah yang ada di Kabupaten Wonosobo, yaitu di SMP 2 Selomerto. Banyak masyarakat yang minat melestarikan Bundengan hingga mendirikan forum atau komunitas penggerak Bundengan. Selain itu juga terdapat berbagai jenis event yang memasukkan Bundengan didalamnya seperti pada event hari jadi Kabupaten Wonosobo, event pagelaran Tari Lengger Wonosobo, dan masih banyak event lainnya yang juga bertujuan sebagai salah satu sarana memperkenalan alat musik Bundengan kepada masyarakat khususnya masyarakat Wonosobo itu sendiri.

Konser Bundengan
Konser Bundengan "Tirta Panjuta Memala" (YouTube Official Wonosobo WEB TV) 

Salah satu acara besar yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Wonsobo yang memfokuskan pada pelestarian Bundengan yaitu pada event Konser Bundengan di setiap tahunnya. Konser Bundengan yang diselenggarakan tersebut pasti dikemas dengan apik dan terlihat sangat meriah dengan menampilkan para seniman baik seniman senior hingga para seni millennial maupun budayawan. Biasanya event ini dimeriahkan oleh berbagai pihak dari sanggar-sangar tari yang ada di Wonosobo, dari sekolah (seperti SMP 2 Selomerto), para penggiat Bundengan dan masih banyak lagi pihak yang ikut berpartisipasi dalam memeriahkannya.

Bundengan sudah dikenal cukup luas hingga ke mancanegara, banyak sekali bule yang berdatangan ke Wonosobo untuk melakukan penelitian atau hanya sekadar untuk belajar alat musik ini. Beberapa tahun yang lalu, yaitu awal mula Bundengan dikenal, terdapat warga asing seperti dari AS, Australia, Korea, dan negara lainnya yang berdatangan ke Wonosobo bukan lain karena untuk mempelajari satu alat musik tradisonal unik ini. Jika dilihat, memang alat musik Bundengan ini hanya seperti caping besar yang digunakan untuk melindungi kepala dari paparan terik matahari dan hujan oleh para sontoloyo. Namun siapa sangka, alat musik unik ini terkenal hingga ke mancanegara dan bahkan dijadikan sebagai objek penelitian bagi studi mereka. Sungguh menakjubkan, bukan?

Bagi sobat kompasianers yang berkunjung ke kota Wonosobo, akan melihat ikon Bundengan di Jalan A. Yani Kel. 1, Wonosobo Timur, berdekatan dengan BRI Wonosobo dan alun-alun Kota Wonosobo. Hal ini dijadikan sebagai simbol bahwa alat musik tradisional Bundengan benar adanya, diakui dan menjadi salah satu kearifan lokal oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Wonosobo. Alat musik Bundengan ini memang jumlahnya tidak banyak, dan tidak diperjualbelikan secara bebas. Tersimpan di beberapa tempat seperti Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo, komunitas penggiat Bundengan, di sekolah seperti SMP 2 Selomerto  ada pula yang tersimpan di seniman Wonosobo. Nah, sudah sepatutnya kita terus melestarikan setiap kearifan lokal yang ada, supaya tidak musnah atau diakui oleh pihak lain.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun