Mohon tunggu...
SofialWidad
SofialWidad Mohon Tunggu... Penulis - Latahzan innalloha ma'ana

Daun yang jatuh tak pernah membenci angin Instagram : _sofialwidad

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Malam Milikku

6 Februari 2022   21:00 Diperbarui: 6 Februari 2022   21:03 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selesai sholat maghrib. Syfa langsung menuju ke meja makan untuk berbuka puasa. Syfa selalu menunaikan ibadah puasa sunnah Daud (puasa Daud adalah salah satu puasa yang dilakukan satu hari puasa dan satu harinya lagi tidak, itu dilakukan sesuai kemampuan dan niat karena puasa itu hukumnya sunnah bukan wajib).

Setelah selesai membatalkan puasa dengan berbuka Syfa duduk bareng ibuk dan kedua adik-adiknya di ruang tengah keluarga. Mengobrol ringan dan bercengkrama dengan adik-adiknya.

“Adeg kalau sudah besar mau jadi apa ya?” dia menanyakannya ke adik keduanya. Namanya Felin dia masih berumur sekitar 6 tahun, masih duduk dibangku taman kanak-kanak dan hampir lulus dan melanjutkan ke tingkat Sekolah Dasar.

“Felin mau jadi Dokter. Hehe” dengan riangnya dia menjawab sembari berlari kesana-kesini.

Dulu aku memiliki cita-cita ingin menjadi seorang Pramugari. Tapi sayang fisikku tidak mendukung untuk masuk kesekolah khusus Pramugari dari tinggi, susunan gigi yang tidak rapi, a… sembarang pokoknya, lagi-lagi fisik yang menjadi masalahnya. Tetapi, aku harus tetap bersyukur dengan keadaanku yang seperti ini karena Tuhan tidak akan pernah memberikan hamba-Nya sebuah ujian yang sangat besar diluar kemampuan yang dimilikinya.

Sejenak perempuan itu duduk sambil mengingat-ngingat masa-masa kecilnya yang begitu nakal. Dia tersenyum tipis, setelah ngobrol santai dengan ibuk dan adiknya, tak terasa waktu isya’pun datang. Kami memutuskan untuk bubar dan bergegas menunaikan ibadah sholat Isya’. Sedangkan Felin belajar mengaji memakai Iqro’(kitab kecil yang didalamnya berisikan kumpulan huruf-huruf hijaiyah).

Malam terasa semakin larut, Lampu-lampu jalan menyala berbaris dengan rapi disetiap pinggir jalan. Jalanan tampak lenggang karena setiap orang memilki kesibukan masing-masing dirumahnya berkumpul serta bercengkrama dengan sanak keluarga meredakan lelah dan penat karena seharian penuh dihabiskan untuk bekerja.

“Yuk beli bakso pak. Jono yuk..” ibuk mengajak kami bertiga membeli bakso yang ada diseberang jalan besar depan sana, kami sangat antusias sekali dengan ajakan ibuk. Wah malam ini serasa aku sangat beruntung sekali makan banyak-banyak karena diterpa lapar disiang hari tadi.

“Yuk.. yuk.. yuk” Felin berlarian kecil karena sangat senang diajak membeli bakso pak.Jono yang kebetulan menjadi bakso yang paling enak didaerah ini.

Angin malam berhembus dengan pelan. Dingin meresap ketulang-tulang tetapi memberikan sensasi menenangkan yang entah tak bisa dideskripsikan dengan kata-kata. Malam banyak menyimpan sebuah rahasia yang tak bisa terpecahkan, ketika mata menatap jauh kedepan hanya kegelapan yang ada disana, beberapa lampu sedikit memudar dihalangi pepohonan. Indahnya seperti padang bintang yang sedang berjatuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun