Mohon tunggu...
Sofi Assifatuzzahra
Sofi Assifatuzzahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sosiologi Universitas Brawijaya

Seseorang yang tertarik dengan dinamika persoalan sosial, dunia fashion, dan musik.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Apakah Self-medication Berbahaya? Lalu Seperti Apa Praktiknya?

26 Desember 2022   11:35 Diperbarui: 26 Desember 2022   11:35 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Obat-obatan. Sumber: istockphoto.com

Self-medication dapat pula disebut dengan swamedikasi, yaitu pengobatan secara mandiri tanpa bantuan tenaga medis. Swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan obat modern, herbal, maupun obat tradisional oleh seorang individu untuk mengatasi penyakit atau gejala penyakit (WHO, 2010). Pengobatan seperti ini biasa dilakukan pada gejala dan sakit umum seperti batuk, flu, demam, sakit perut, diare, sakit kepala, sakit kulit, dan sebagainya. Dilansir dari kemenkes RI, sebanyak 60% masyarakat menerapkan self-medication.

Tetapi, tahukah kamu? Praktik pengobatan mandiri ini akan berbahaya apabila terjadi kesalahan dalam mengidentifikasi sakit dan memberi penanganan, baik berupa tindakan ataupun pemberian obat. Misalnya, jika pemberian obat dengan dosis berlebihan, akan menimbulkan overdosis. Itulah mengapa, dalam melaksanakan praktik self-medication, seseorang harus memiliki pengalaman atau pengetahuan yang tepat.

Terdapat faktor yang melandasi seseorang melakukan self-medication, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internalnya antara lain pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, dan motivasi/dorongan. Seseorang yang melakukan pengobatan mandiri tentu memiliki dasar pengalaman, pengetahuan, maupun kemampuan, sehingga ia dapat mengidentifikasi sakit dan menentukan pengobatan atau metode seperti apa yang harus ia lakukan dengan sesuai.

Contohnya saja seperti seorang ibu yang mengetahui ciri-ciri demam dan memahami bagaimana cara menanganinya, sehingga ia bisa meredakan demam anaknya dengan cara dikompres. Bisa juga seorang mahasiswa yang mengonsumsi obat mag saat merasa sakit perut, ataupun seseorang yang mengoleskan obat salep pada lukanya.

Keuntungan Melakukan Self-Medication

Dalam melakukan self-medication, seseorang dapat menentukan alternatif pengobatan yang sesuai berdasarkan persepsi sakit yang dirasakan. Banyak orang melakukan self-medication karena dianggap mudah, praktis, cepat, dan murah. Mengapa demikian?

Secara personal, pengobatan mandiri dapat menghemat waktu dan tenaga, dimana seseorang tidak perlu pergi ke Rumah Sakit dan menunggu untuk mendapat penanganan. Berdasarkan pengalaman pribadi, penanganan yang lebih cepat dalam melakukan self-medication berpengaruh terhadap cepatnya proses penyembuhan. Selain itu, mereka yang memiliki trauma/ketakutan dengan Rumah Sakit juga biasanya melakukan self-medication.

Seperti pada keluarga penulis, yang seringkali mempraktikan self-medication saat di rumah. Jika ada anggota keluarga yang sakit, kami sekeluarga akan langsug membantu memberikan penanganan dasar, sesuai yang dibutuhkan. Jika sakitnya demam, maka akan diberikan obat penurun panas. Langkah seperti ini menurut kami lebih cepat dan mudah, dibandingkan harus pergi ke Rumah Sakit. Karena, belum tentu juga dapat ditangani dengan cepat dan pastinya akan memakan biaya yang lebih besar.

Praktik self-medication sendiri memberikan keuntungan besar bagi pemerintah dalam pemeliharaan kesehatan nasional. Dengan melakukan pengobatan mandiri, beban tenaga kesehatan dapat berkurang dan tenaga kesehatan profesional dapat terfokus pada kondisi kesehatan yang lebih serius dan kritis. Selain itu, dapat pula menghemat biaya terutama di negara-negara yang masih berkembang (Bennadi, 2014). Pengobatan secara mandiri dapat menumbuhkan rasa aware pada masyarakat dalam menghadapi penyakit, khususnya penyakit umum.

Bentuk dan Praktik Self-Medication

Self-medication dapat dilakukan dengan menggunakan obat-obatan umum seperti paracetamol, obat flu/batuk, obat anti nyeri, hingga pereda demam. Obat-obatan tersebut bisa ditemui dengan mudah di warung/toko, maupun apotek. Meski demikian, hendaknya memilih obat dengan dosis yang sesuai dan berstandar BPOM. Apalagi obat-obatan berbahan dasar kimia memiliki efek samping yang relatif tinggi, sehingga penggunaannya secara pribadi perlu diperhatikan.

Selain obat-obatan kimia, ada juga masyarakat yang mengonsumsi obat herbal dan membuat ramuan/jamu sebagai bentuk pengobatan pribadi. Tanaman, bunga, hingga rempah-rempah merupakan contoh bahan yang digunakan dalam membuat ramuan. Beberapa masyarakat percaya bahan-bahan tersebut memiliki manfaat dalam proses penyembuhan sakit. Seperti yang dilansir WHO, bahwa sekitar 80% penduduk dunia masih menggantungkan dirinya pada pengobatan tradisional termasuk penggunaan obat yang berasal dari tumbuhan (Radji 2005). Di Indonesia sendiri, masih banyak masyarakat yang dijumpai mengonsumsi jamu-jamuan untuk pengobatan dan menjaga stamina tubuh.

Obat tradisional memiliki efek samping yang relatif lebih rendah, itulah mengapa banyak orang yang menjadikannya sebagai alternatif pengobatan. Manfaat penggunaannya akan efektif apabila digunakan secara tepat, yang meliputi ketepatan bahan dan dosis, ketepatan waktu dan cara penggunaan, ketepatan informasi, dan tanpa penyalahgunaan (Oktora, 2006).

Pemakaian obat tradisional pun beragam, mulai dari diminum, digosok, dioles, hingga ditempel. Contoh obat minum selain jamu adalah ramuan yang digunakan untuk menyembuhkan batuk, yaitu campuran kecap dengan jeruk nipis. Lalu contoh obat oles dan tempel adalah tumbukan daun binahong yang dibalurkan untuk menyembuhkan luka.

Selain bentuk self-medication dengan meminum obat, berbagai metode penyembuhan yang dilakukan secara mandiri juga termasuk dalam jenis self-medication. Misalnya seperti mengompres dahi saat demam, juga hal kecil seperti memplester luka. Lalu ada pula metode "kerokan" sebagai cara dalam mengatasi masuk angin, yang biasa disebabkan karena kelelahan. Metode tersebut tak lepas dari pengaruh kebudayaan masyarakat Indonesia yang terus berlanjut dari generasi ke generasi.

Daftar Pustaka

Fauziah, L. M. (2021). GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL PADA MASYARAKAT DESA PULO SECARA SWAMEDIKASI. Jurnal Sains & Kesehatan Darussalam, 37-50.

Gusnellyanti, E. (2014, September 23). Artikel kesehatan. Retrieved from https://farmalkes.kemkes.go.id/: https://farmalkes.kemkes.go.id/2014/09/mencerdaskan-masyarakat-dalam-penggunaan-obat-melalui-metode-cara-belajar-insan-aktif-cbia/.

Indonesia, C. (2020, November 12). 5 Manfaat Daun Binahong: Sembuhkan Luka hingga Rawat Kulit. Retrieved from www.cnnindonesia.com: https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20201112095407-255-568859/5-manfaat-daun-binahong-sembuhkan-luka-hingga-rawat-kulit.

Natasia, G. (n.d.). Latar Belakang Self Medication. http://repository2.unw.ac.id/, 1-6.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun