Mohon tunggu...
Sofi Arinda
Sofi Arinda Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Prodi Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2014

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Eksploitasi Masa Kini

16 Desember 2014   20:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:11 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Pernahkah pada masa kecil Anda bermimpi menjadi terkenal? Atau bahkan bercita-cita menjadi artis top yang punya banyak job? Menjadi terkenal bisa ditempuh dengan banyak cara. Contohnya saja menjadi artis yang setiap hari menghiasi layar televisi.

Bermacam-macam Production House (PH)berlomba-lomba mencari bibit unggul untuk dijadikan bintang dalam produksi karya mereka. Ketatnya persaingan dalam dunia perfilman Indonesia membuat PH semakin gencar mencari ide agar karya mereka mendapat perhatian masyarakat. Salah satunya dengan memunculan bintang-bintang cilik yang didaulat sebagai pemeran utama dalam sebuah sinetron kejar tayang.

Setiap anak memiliki bakat dalam diri mereka yang memang harus dikembangkan sejak dini agar nantinya dapat menjadi suatu keahlian bagi mereka. Namun hal ini sejenak membuat kita berpikir. Anak di bawah umur yang menjadi artis akankah disebut sebagai eksploitasi pada anak? Walaupun menjadi artis bukanlah hal yang sepenuhnya buruk bagi anak, orang tua seyogyanya mengenali kondisi psikologis mereka.

Kelucuan dan kepolosan bocah-bocah ini seolah menjadi daya tarik tersendiri bagi pemirsa. Anak berusia dibawah 17 tahun pasti mendapat andil dari orang tuanya untuk terjun ke dunia akting. Para orang tua berargumen bahwa anak mereka yang mengikuti casting dan membintangi sinetron, memiliki kesempatan menyalurkan bakat akting yang dimiliki sekaligus memulai karir lebih dini. Perihal mendapat honor adalah bukan yang utama. Tetapi, bukankah yang seperti ini sama saja mempekerjakan anak yang mendatangkan penghasilan?

Banyak dari keluarga si artis cilik berdalih mengizinkan anak untuk menjalani hari-harinya dengan melakukan aktivitas shooting demi membangun kreatifitas dan menganggap dampak yang akan ditimbulkan tidak berbahaya. Padahal pada kenyataannya hal ini sama saja, bisa disebut mengeksploitasi. Tersitanya waktu bermain, belajar, berekreasi, dan bersosialisasi dengan lingkungan sepermainannya menjadi kerugian anak yang masa kecilnya dihabiskan sebagai pemain sinetron.

Kepribadian anak pun lama kelamaan akan ikut terkonstruksi dari lingkungan kesehariannya, yang mana menjadi lebih banyak dihabiskan di lokasi shooting. Tanpa sadar anak yang menjadi pemain sinetron ini akan lebih banyak berinteraksi dengan orang-orang dewasa yang menjalankan produksi. Sehingga, dengan kebiasaan sosialisasi lingkungan anak dengan orang dewasa, terkadang pemikiran dan gaya anak pun mengikuti orang dewasa yang sering ia temui. Hal seperti inilah yang perlu diperhatikan oleh orang tua. Layaknya orang tua perlu mempertimbangkan baik buruk dan manfaat bagi anak yang diizinkan atau bahkan didorong untuk terjun ke dunia akting.

Kesuksesan bisa saja diraih oleh seorang anak yang menjadi artis cilik. Namun karena diselimuti oleh jadwal yang padat sehingga menyebabkan anak sangat sibuk, maka bisa jadi anak kurang bergaul. Untuk menyeimbangkan antara belajar (sekolah) dan jadwal shooting saja sudah sulit, bagaimana bisa mereka mengeksplor pergaulan dengan teman sebayanya di waktu yang sangat sempit?

Perlu adanya pengawasan yang lebih pula terhadap anak yang sudah terlajur menjadi artis cilik (pemain sinetron). Pergaulan yang banyak dilakukan dengan orang dewasa ini dapat membawa dampak yang besar bagi si anak. Tak hanya perhatian dari orang tua, melainkan dari pemerintah juga diperlukan. Hal ini disebabkan oleh 'pengembangan bakat' anak ini banyak yang telah melampaui batas yang mana anak dijadikan sumber penghasilan. Mungkin bisa saja terjadi karena orang tua yang kehilangan kesempatan bekerja dengan alasan lahan pekerjaan yang tidak memadai.

Anak semestinya diberikan kesempatan untuk menikmati masa kecilnya, bertumbuh kembang seperti layaknya dan bukan dibentuk sebagai pekerja di usia yang terlalu dini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun