Dewasa ini, dunia seakan dihipnotis oleh kecanggihan beraneka ragam gadget. Salah satunya adalah smartphone. Adanya bermacam-macam tipe smarphone dengan variasi harga sesuai dengan spesifikasi yang ditawarkan, kini smartphone telah banyak digunakan oleh berbagai kalangan. Mulai dari kalangan berekonomi elite sampai kalangan menengah ke bawah.
Dengan menjamahnya smartphone yang memiliki operating system (OS) seperti Android, iOS, BlackBerry, dan lain sebagainya, membuat konsumen mudah menjatuhkan pilihannya. Ditambah lagi dengan adanya berbagai perusahaan Cina yang memproduksi dan menawarkannya dengan harga yang sangat miring. Hal ini tentu membuat konsumen yang memiliki budget pas-pasan akan tergiur untuk membelinya. Berbagai merek smartphone Cina seakan tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia yang biasa menjadi sasaran empuk perusahaan Cina.
Pabrik-pabrik besar milik Apple dan Samsung yang ada di Cina memberi keuntungan bagi sebagian oknum. Smartphone replika atau biasa disebut “KW” kini telah marak dipasaran. Anda sudah sepatutnya curiga apabila ingin membeli smartphone namun dengan harga di bawah pasaran. Dengan tampilan luar serta spesifikasi yang hampir sama dengan aslinya, smartphone yang biasa dijual dengan harga lebih dari 4 juta bisa dimiliki hanya dengan membayar separuh harga atau bahkan lebih murah. Harga miring yang ditawarkan membuat konsumen tergiur untuk membelinya, tanpa mengetahui legalitas barang tersebut. Tindakan konsumen ini didasari oleh ketidaktahuan tentang beredarnya smartphone replika yang biasa dipasok ke Indonesia melalui jalur ilegal.
Target pemasaran untuk smartphone ini adalah masyarakat yang ingin tampil mewah dengan gadget yang ‘terlihat’ canggih sehingga dapat manaikkan gengsi mereka. Konsumen yang terjerat daya tarik smartphone dengan harga miring ini dipastikan membeli tanpa berpikir panjang.
Smartphone replika memang susah untuk dideteksi. Secara kasat mata, orang awam pasti tidak akan mengetahui yang mana asli dan yang mana replika. Smartphone replika sebenarnya juga memiliki tingkatan kualitas. Semakin bagus kualitasnya, akan semakin mirip dan semakin sulit untuk diteliti keasliannya. Smartphone replika yang memiliki kualitas paling tinggi biasa disebut supercopy.
Smartphone replika yang diproduksi dan diedarkan secara ilegal tidak mencantumkan nomor IMEI apabila dicek melalui smartphone tersebut. Nomor IMEI berupa deretan angka yang dimiliki oleh setiap HP itu dapat dilihat di bagian belakang HP. Apabila tidak terdapat nomor IMEI, smartphone tidak akan dapat melakukan kegiatan dasar seperti, melakukan dan menerima panggilan, maupun mengirim dan menerima pesan singkat.
Smartphone replika dapat pula dideteksi menggunakan berbagai aplikasi yang telah tersedia di PlayStore, AppWorld, atau AppStore, sesuai dengan merek smartphone.
Dengan maraknya peredaran smartphone replika ini banyak memberi ‘kesempatan’ bagi pihak-pihak yang sengaja menjual smartphone replika dengan harga tinggi demi merauk keuntungan yang besar.
Smartphone replika yang tidak memiliki izin produksi tentu tidak akan dapat di bawa ke luar negeri. Maka akan sangat merugikan bagi konsumen yang membeli apalagi tidak mengetahui bahwa smartphone yang dibelinya itu merupakan barang tidak asli. Yang membahayakan dari smartphone replika adalah kualitas keamanannya yang tidak terjamin. Smartphone memiliki kekurangan di baterainya. Demikian pula dengan smartphone replika. Smartphone asli pun apabila terlalu sering digunakan akan cepat panas dan menguras baterai. Begitu pula dengan smartphone replika yang mudah panas dan menghabiskan baterai, apalagi smartphone replika menggunakan baterai yang tidak orisinal.
Maka dari itu, Anda sebagai konsumen harus pandai menentukan pilihan jika ingin membeli smartphone. Anda harus dengan teliti memeriksa legalitas barang yang Anda beli. Jangan sampai Anda merasa tertipu dan menyesal di kemudian hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H