Mohon tunggu...
sofia putri melati
sofia putri melati Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswi

mahasiswa di uin walisongo

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Covid-19, Ramadan, dan Perubahan Sosial

1 Mei 2020   19:05 Diperbarui: 1 Mei 2020   19:10 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sekarang ini dunia sedang dihebohkan dengan munculnya virus mematikan yang dikenal dengan covid-19 atau corona. Virus ini pertama kali ditemukan di kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Penyebarannya yang sangat cepat menjadikan virus corona sangat diwaspadai. Sampai saat ini belum ditemukan obat atau vaksin yang tepat untuk penanganan covid-19.

Dampak pandemik covid-19 sangat dirasakan oleh negara di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Banyak sekali kerugian yang dialami akibat menyebarkan virus corona ini. Contohnya saja runtuhnya perekonomian di seluruh dunia. Banyak pabrik-pabrik yang terpaksa berhenti beroperasi yang berimbas pada terjadinya PHK massal terhadap tenaga kerja.

Pencegahan terus dilakukan oleh pemerintah, seperti anjuran untuk senantiasa cuci tangan, menjaga kebersihan, makan makanan yang bergizi, penyemprotan desinfektan dan yang utama adalah  penerapan Social distancing (pembatasan sosial). Masyarakat tidak dianjurkan untuk keluar rumah terkecuali pada situasi yang mendesak. Tidak boleh ada kegiatan kumpul bersama karena hal itu sangat beresiko seseorang terpapar virus corona.

Hampir segala kegiatan yang mengharuskan kumpul bersama digantikan dengan cara online, termasuk kegiatan belajar dan mengajar.  Meski begitu, terdapat sisi negatif dari penerapan Social distancing tersebut yaitu penurunan ekonomi masyarakat. Banyak masyarakat Indonesia yang sebelum adanya pandemik virus corona kesusahan untuk makan setiap harinya, apalagi dengan munculnya pandemik virus corona.  

Ramadhan Sunyi

Ramadhan tahun ini memang terasa sangat berbeda dari tahun-tahun kemarin. Perubahan signifikan yang terjadi akibat pandemik corona sangat nyata dan tidak dapat dihindari. Ramadhan yang merupakan bulan suci identik dengan keramaian, kebersamaan, kemeriahan, hal ini tampaknya tidak dirasakan oleh masyarakat. Virus corona mengharuskan seseorang untuk tetap stay dirumah aja. Kita ingat, ramadhan tahun lalu sepanjang jalan selalui ramai dipenuhi oleh orang-orang yang melakukan ngabuburit, juga tidak lupa kebiasaan masyarakat mengadakan buka bersama.

Sekarang, banyak orang yang memilih diam di rumah karena takut terpapar virus corona. Masjid-masjid pun terkena imbasnya menjadi sepi, bahkan ada masjid yang terpaksa harus ditutup. Sehingga kegiatan ibadah tarawih dianjurkan untuk dilakukan di rumah masing-masing. Selain itu, terdapat satu kegiatan yang sangat meriah menjadi suatu momen yang dinanti-nanti yaitu malam takbiran.

Malam takbiran biasanya sangat meriah dan ramai. Masyarakat akan berkeliling sepanjang jalan sambil terus bertakbir. Bulan ramadhan dirasa kurang lengkap tanpa adanya malam takbiran. Namun tahun ini mungkin saja malam takbiran tidak begitu meriah.    

Semakin hari banyak sekali masyarakat yang terpapar virus corona. Akses jalan banyak sekali yang ditutup. Pemerintah sudah menggalakkan larangan untuk melakukan mudik. Sepertinya hari raya tahun ini menjadi tahun yang paling sepi dari pada tahun- tahun yang lalu, tidak ada kumpul bersama keluarga besar. Semoga saja pandemik ini segera berakhir sehingga kita dapat menjalankan ibadah puasa di bulan ramadhan yang suci ini dengan tenang dan khusyuk. Dapat berkumpul dengan keluarga besar dan kegiatan sehari-hari kembali normal seperti sediakala.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun