Mohon tunggu...
Susyandi Sumantri
Susyandi Sumantri Mohon Tunggu... -

susyandi sumantri

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Taman Bungkul Surabaya

25 September 2010   09:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:58 1174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini mungkin salah satu cara saya untuk ngless, sarana untuk menghilangkan penat sesekali dalam kota tak apalah, yang penting hati bisa merasa tenang dan senang. Mungkin masih kurang tepat kalau di bilang taman kota ini sebagai wana wisata. Menurut Anda? Kalau di tanya dimanakah jantung kota Surabaya, maka jawabannya mungkin di Taman Bungkul. Karena itu tidak salah jika wajah Taman Bungkul kini berubah 180' dari sekitar beberapa tahun lalu. Kalau dulu jangan di tanya, kumuh dan dijadikan tempat berpacaran! Taman Bungkul sendiri sebelumnya dibangun karena adanya makam tokoh sejarah seperti Ratu Kamboja, Ratu Campa, Tumenggung Jayengrono, dan Ki Ageng Supo (atau yang lebih dikenal dengan Mbah Bungkul). Karena keberadaannya yang sangat strategis maka Pemkot Surabaya mengubah wajah Taman Bungkul menjadi sebuah taman kota yang sangat menarik. Air mancur dan kerlipan lampu hias pada malan hari semakin membuat semarak di Taman Bungkul. Tidak ada tarif masuk yang diberlakukan di Taman Bungkul. Murah meriah. Namun Rp 1000 - Rp 5000 untuk biaya parkir adalah pengeluaran yang harus anda siapkan jika memakai sepeda motor atau mobil. Tempat peziarahan? Ya. Banyak peziarah, dari dulu sampai sekarang. Baik dari Kota Surabaya maupun daerah lain seperti Kediri, Banyuwangi, Gresik, dan Lamongan, yang berkunjung secara berombongan (Kompas, 24/4/1999). Karena di bagian dalam Taman Bungkul terletak makam Mbah Bungkul yang boleh jadi dapat dikategorikan sebagai wali lokal, suatu konsep sejarawan UGM Sartono Kartodirdjo untuk menyebut tokoh Islamisasi tingkat lokal. Keberadaan dia sejajar dengan Syeh Abdul Muhyi (Tasikmalaya), Sunan Geseng (Magelang), Sunan Tembayat (Klaten), Ki Ageng Gribig (Klaten), Sunan Panggung (Tegal), Sunan Prapen (Gresik), dan wali lokal yang lain (Kompas Jawa Timur, 6/8/2007). Terakhir saya mampir di taman bungkul Sabtu (25 Sep 2010). Setelah renovasi Pemkot besar-besaran, 100% Taman Bungkul layak dikunjungi. Banyak fasilitas yang sudah tersedia disana. Saya yang bukan aseli orang Surabaya teruss terang jarang berkunjng ke sana, tapi kalau melewati Taman Bungkul sudah sering sekali. Sama seperti Balai kota pada masa lampau, taman bungkul saat ini menjadi ramai. Setelah Taman Bungkul selesai di renovasi pasar malam Balai Kota Surabaya di tutup untuk umum dan tempat rekreasi gratis itupun pindah ke Taman Bungkul (itu pengamatan pribadi loh).

suasana keramaian siang hari

Di Taman ini juga ada wisata kuliner dibelakangnya, Salah satu warung yang menjual soto/rawon disana dipadati pengunjuang tak henti-henti. Mereka menyebutnya rawon kalkulator. Malah pernah masuk ke salah satu stasiun tv liputannya. Diantara fasilitas yang tersedia di sini adalah:

[caption id="attachment_281345" align="aligncenter" width="300" caption="salah satu fasilitas di taman bungkul "][/caption]

salah satu fasilitas di taman bungkul yang di resmikan pemkot, walikota Surabaya Pak Bambang

Hot spot/Wifi zone, biker and skater zone, warung tenda, wartel, taman bermain hingga panggung untuk pagelaran musik dan seni ada semuanya disana. Bahkan khusus pada sabtu dan minggu malam ada pertunjukkan musik secara reguler yang diadakan oleh berbagai macam sponsor atau partai yang sedang mengadakan kampanye politik. Untuk anak-anak yang ingin bermain seperti layaknya jenis permainan di sekolah juga bisa dilakukan di Taman Bungkul. Hot spot untuk internet gratis yang terdapat pada titik Taman Bungkul juga seringkali di manfaatkan remaja disana untuk sekedar chatting atau mengerjakan tugas sekolah dan kuliah. Saat ini saya lihat ada juga mobil Pelayanan SIM keliling parkir disana. Mobil Pintar (atau perpustakaan keliling) juga begitu menarik minat. Saran saya, bila Anda berkunjung kesana yuk jagalah keamanan, kebersihan dan keindahan taman. Untuk pemerintah tercinta sepantasnya menempatkan sekuriti / keamanan yang lebih tanggap terhadap: 1. Preman dengan modus pengamen, 2. Penjual yang mengemis-ngemis, 3. Penipu dengan modus orang yang menderita, 4. Eksploitasi Anak, sebagai penjual & peminta-minta, 5. Perokok Aktif, mengingat bungkul merupakan ruang terbuka umum (sesuai Perda No 5 Tahun 2008 mengenai dan Kawasan Terbatas Merokok). Next time, semoga taman kota ini tambah hari tambah sipp lagi, sehingga kenyamanan pengunjung bisa dinomor-satukan. Ruang Terbuka Hijau Lainnya yg layak dikunjungi:

taman prestasi

taman mayangkara

taman yos sudarso

taman balok miring di dolog

masih adakah yang lain??

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun