Mohon tunggu...
Sofian Sauri
Sofian Sauri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa STAIA Syubbanul Wathon Magelang prodi Manajemen Pendidikan Islam. "Bacalah untuk hari esok, menulislah untuk keabadian."

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Semoga Mati dalam Keadaan Glowing

5 Mei 2020   11:11 Diperbarui: 5 Mei 2020   11:07 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dewasa ini manusia keturunan Adam dan Hawa, khususnya jenis kelamin perempuan namun ada juga beberapa dari kaum laki-laki yang keperempuanan terpesona dengan kemolekan istilah glowing, dan keterpesonaannya itu akan memuncak ketika mata mereka terpaku pada penampilan artis-artis korea yang terpampang oleh media massa, bahkan tak jarang dari mereka sering berhalusinasi, lalu akan sadar kembali setelah berkelana dari alam bawah sadar kalo sudah diguyur air bekas cucian pakaian oleh emak.

Dalam situasi seperti ini para enterpreneur yang jeli untuk mengambil peluang akan melakukan riset pasar dengan menggunakan rumus andalan tiada dua atau bahkan dua setengahnya yaitu analisis SWOT, atau bahkan mengadopsi teori konyol tuan crab dengan semi kapitalisnya, asal untung banyak tak peduli akan nilai kemanfaatannya untuk calon konsumen.

Bisnis kecantikan mulai bermunculan kepermukaan dengan berbondong-bondong, para produsen lari kesana kemari mengejar si halal, sebab produk berstampel halal akan mudah diterima oleh masyarakat Indonesia yang mayoritas penduduk beragama Islam, baik pasar legal maupun gelap saling menawarkan produknya dengan kata-kata yang memikat, 

"kalo pakai produk ini niscaya dalam satu malam anda akan tampak putih berseri dan ini aman bagi kulit kita serta halal"

calon konsumen pun terpikat dan tertarik untuk membelinya tidak peduli dengan harganya yang puluhan kalilipat dari harga pokok kebutuhan pangan, berapapun pasti dibeli yang penting bisa tampil dengan kulit yang putih berseri, atau jika tidak mampu membayar cash, mereka masih punya pilihan dengan jalan credit akhirnya masyarakat yang gemar berhutang pun akan segera merambah.

Kaum seperti ini berpandangan seolah-olah bahwa parameter cantik itu hanya bisa dicapai dengan  berkulit putih saja, meskipun terkadang ada yang berkulit kopisusu meski sudah memakai kosmetik paling mahal, "jadi kulit wajahnya putik efek dari kosmetik namun kulit tangan dan kakinya gelap".

Disisi lain kondisi masyarakat seperti ini membuat para pemuka agama geleng-geleng kepala dan mengelus dada, sebab tempat-tempat ibadah kalah ramai dengan salon atau klinik kecantikan, jamaah mereka tak lagi tertarik dengan janji-janji agama yang selalu mereka khotbahkan. Yang akan menambah sesak lagi kalo jamaah mereka tak lagi berdoa tentang kebaikan dan keselamatan kelak ajal menjemputnya, namun justru memohon "semoga mati dalam keadaan glowing" .

Kini perubahan iklim bersolek yang luarbiasa , bukan hanya ciwi-ciwi kampus saja namun mulai dari siswi sekolah dasar hingga perguruan tinggi, janda beranak satu dan emak-emak kemayu. Para pemilik modal pun senyum keindahan, duduk di kursi  yang empuk menikmati kopi sembari menghitung laba perusahaan terus mengalir diatas meja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun