Meski kotoran sering berkonotasi negatif, namun kotoran adalah juga merupakan  salah satu kebutuhan dasar kehidupan. Manfaatnya seringkali terabaikan.
Tidak hanya untuk semua tanaman dan hewan atau sumber hayati lain,  Juga  buat manusia.  Tanpa kotoran tidak mungkin ada kehidupan makhluk hidup. Kehidupan menuntut  kecukupan, dan  keseimbangan kotoran. Kualitas hidup semua sumberdaya hayati sangat tergantung pada sikap dan tindakan kita terhadap segala jenis kotoran di sekitar atau lingkungan.
Kolam ikan di pedesaan dan perkampungan di tatar Sunda: banyak yang dilengkapi dengan bilik tempat BAB.Tempat buang kotoran sehari-hari. Bilik tersebut selalu dilengkapi dengan pancuran air bersih  untuk membersihkan setelah  orang BAB.Â
Kotoran manusia yang terjun bebas ke kolam ikan, langsung disantap oleh ikan-ikan peliharaan yang menungu di bawahnya. Masakan dari ikan-ikan itu pun menjadi makanan popular, di rumah-rumah dan atau  restoran -restoran.Â
Pepes, goreng dan pesmol ikan adalah makanan favorit para pengunjung  restoran khas Sunda. Makan ikan yang dimasak apa pun terasa lebih nikmat  jika dimakan dengan sambal terasi dan lalaban segar, seperti poh-pohan, tespong dan kemangi. Khas Sunda banget.
Usaha ternak ikan kolam merupakan salah satu tradisi daur ulang sempurna dari  lingkungan di pedesaan tatar Sunda, kata  Prof Otto Soemarwoto: beliau adalah salah seorang guru besar terkemuka tata guna biologi di UNPAD. Yang sampai akhir hayatnya sangat peduli  terhadap isu  lingkungan hidup.
Masyarakat pedesaan tatar Sunda  memiliki tradisi dan budaya turun menurun dalam  memelihara harmoni siklus lingkungan alami  melalui budi daya peternakan ikan kolam, Masih banyak  daur ulang alami sempurna: berbagai macam  buah dan sayuran local yang kita makan sehari-hari.Â
Pohon, buah dan daun-daunnya tumbuh subur: berkat dipupuk dengan kotoran hewan. Daging hewan, buah-buahan dan sayuran organik tersebut kita makan untuk memenuhi kebutuhan gizi sehari-hari.
Begitulah kira-kira perasaan kagum yang diungkapkan Prof Otto semasa hidupnya ketika menjadi salah seorang pembicara dalam seminar nasional lingkungan hidup pertama di Indonesia pada 15-18 Mei 1972 dikampus UNPAD. Menjelang konferensi pertama PBB soal lingkungan hidup manusia pada 5-16 Juni 1972 di Stockholm, Swedia,
Transfomasi  pengolahan kotoran.
Pada tahun 2011 ilmuwan Jepang Mitsuyuki Ikeda mengeluarkan pernyataan lebih heboh karena ide spektakulernya. Peneliti Laboratorium Okayama itu mencetuskan ide pembuatan daging dari lumpur kotoran manusia. Tinja-tinja manusia yang dianggap sangat melimpah di Jepang itu disulap menjadi daging sintetis agar bisa dimakan lagi dan mencegah krisis pangan di Jepang. ( Liputan6.com, Anugerah Ayu Sendari Diperbarui 09 Apr 2019, 13:00 WIB)