Mohon tunggu...
S.Hanna.
S.Hanna. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang ibu..

Wiraswasta, ibu rumah tangga, senang membaca tentang politik dan dunia usaha serta berita dunia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hijab, Masih Didiskriminasi di Perancis

8 April 2022   13:54 Diperbarui: 8 April 2022   13:56 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wanita Perancis Akan Terus Memperjuangkan Hijab Foto : Alljazeera.

Hijab di Perancis belum menjadi pilihan karena masih adanya diskriminasi bagi pemakainya. Mengherankan, negara maju seperti ini belum familiar menerima hijab.
Banyak hal yang terjadi dan Presidennya lepas tangan.

Agustus 2019 Macron berkata, "Mengenakan hijab di depan umum bukan urusan saya.."

Mengomentari menteri pendidikan nasional Jean-Michel Blanche dan Marine Le Pen, pemimpin partai sayap kanan Liga Nasional, menyerukan larangan jilbab di depan umum.

Sebuah laporan yang diterbitkan di surat kabar AS The Washington Post,  mengatakan bahwa Sarah Zamahi, seorang kandidat Muslim berusia 26 tahun yang bekerja sebagai teknolog di lab,  dalam pemilihan lokal di Montpellier dari partai Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk Front Republik menerima hal tak enak.

Partai  membatalkan dukungannya untuk Sarah pada Mei karena poster dirinya yang mengenakan hijab menjadi viral.

"Nilai-nilai yang dianut partai tidak sesuai dengan simbol-simbol agama dalam poster-poster pemilu," kata Stanislas Gallini, sekretaris jenderal partai RAP.

Zamash dengan kesal menjawab: "Jilbab adalah bagian dari kepribadian saya, seharusnya tidak menghalangi saya untuk  pemilihan, dengan  berhijab, saya akan terus berkarya ."

 Pada tahun 2010, pemerintah mengeluarkan undang-undang yang melarang pemakaian cadar di depan umum, dengan alasan masalah keamanan dan ketidaksetaraan.

Ini terjadi setelah Prancis mengesahkan undang-undang pada tahun 2004 yang melarang simbol agama yang terbuka, seperti jilbab, di sekolah umum.

 Zamahi dan tiga kandidat perempuan Muslim warga Perancis berkata,

"Kami tidak akan menyerah. Di sini saya lahir,  hijab tidak akan menjadi penghalang bagi kami berempat," ujarnya.

 Amyra Zoeit Amyra Zuitt, 31,  berkata,  "Kita menghadapi Islamofobia dalam kehidupan sehari-hari. Saya memilih melepas jilbab di tempat kerja karena saya ingin menghindari kritik konyol dari rekan-rekan saya, tetapi mereka tahu saya mengenakan jilbab di luar tempat kerja."

 Masyarakat Prancis adalah masyarakat yang bersatu, dan hanya karena kami Muslim tidak berarti kami tidak dapat menjadi bagian dari Republik Prancis."

Beckus Hagar Bekus, 27, mahasiswa yang tinggal di Nice, mengatakan dia dipecat pada 2018 karena dianggap tidak menghormati aturan berpakaian.

Inas Rahab, 46, ibu tujuh anak, tinggal di Nice. Ia sudah dua kali mengajukan kewarganegaraan, salah satunya ditolak karena hijab.

Memprihatinkan, apakah ini akan terus berlanjut atau wanita wanita berhijab itu dapat meyakinkan pemerintah agar stereotip hijab tidak terus ada di Perancis.

Kita berharap...

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun