Mohon tunggu...
Sofia Musyarrafah
Sofia Musyarrafah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

seorang kompasianer cilik

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kisah Seorang Pencuri yang Diragukan Keabnormalannya

12 Maret 2014   04:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:02 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Hari begitu cerah, suasana kampus cukup ramai saat itu. Saya baru selesai kuliah dan menuju keluar kampus untuk membeli makanan. Sesampainya di salah satu pedagang kaki lima di sekitar kampus, saya langsung memesan makanan. Penjual lalapan itu sangat sigap dalam menyiapkan pesanan saya. Sambil menggoreng ayam, beliau bercerita dengan pedagang kaki lima lainnya tentang kejadian tadi pagi. Karena penasaran, saya pun ikut mendengarkan cerita tersebut.

Dengan logat bahasa Jawa yang sangat khas, ibu penjual itu bercerita penuh antusias. Beliau bercerita tentang seorang yang mencuri uang di dalam sebuah mobil. Awalnya, laki-laki itu tidak tampak mencurigakan. Namun setelah itu, ia masuk ke dalam sebuah mobil yang entah mengapa memang tidak dikunci. Ia menggeledah mobil tersebut dan mengambil uang yang ada di dalamnya. Sang pencuri mengambil seluruh uang dengan nominal besar dan meninggalkan uang kecil.

Sesaat kemudian, sang pemilik mobil yang berada di luar mobil menyadari hal tersebut. Sontak ia berteriak dan meminta tolong. Di sekitar kampus memang ada satpam yang menjaga salah satu ATM. Kemudian, satpam tersebut dan sejumlah massa memergoki dan langsung memukuli pencuri itu. Ibu-ibu pedagang kaki lima di sekitar kampus langsung berteriak histeris ketakutan dan memohon massa agar menghentikan pengroyokan tersebut.

Lalu, entah mengapa pencuri tersebut dapat keluar dari amukan massa, ia langsung berlari ke arah kampus sambil membawa batu besar di tangannya. Sepertinya ia bermaksud melemparkan batu tersebut kepada orang yang mencoba menangkapnya. Ketika mendekati kampus, ia terlihat bingung karena di gerbang kampus tentu ada satpamnya pula. Dan akhirnya, entah apa yang dipikirkan pencuri tersebut, ia langsung melepas pakaian dan membuangnya ke sungai dekat kampus. Sontak masyarakat di sana berteriak kaget dan ketakutan. Melihat hal tersebut, satpam kampus langsung mengamankan pencuri tersebut.

Begitulah cerita yang disampaikan oleh ibu pedagang kaki lima tersebut. Saat saya menanyakan waktu kejadian, beliau menjawab sekitar pukul 10 pagi. Lalu ada 1 kalimat beliau yang menarik perhatian saya, “Kayaknya dia (pencuri) buka baju karena pura-pura gila. Ia hanya mengambil uang yang besar saja, mana mungkin orang gila bisa membedakan uang besar dan uang kecil?”

Saya langsung teringat dengan materi kuliah saya yang baru saja membahas tentang abnormalitas. Banyak istilah-istilah yang berkaitan dengan abnormalitas, salah satunya adalah istilah “gila”. Menurut Kendal & Norton (1982) (dalam Wiramihardja, 2012), gila (insanity) merupakan istilah hukum yang mengidentifikasikan bahwa secara mental seseorang dinilai tidak mampu untuk mengelola masalah-masalahnya atau tidak mampu mengantisipasi konsekuensi-konsekuensi dari tindakan-tindakannya. Terlihat benar persepsi ibu tadi, karena dengan jelas pencuri tersebut tidak bisa mengantisipasi konsekuensi dari tindakannya, sehingga ia tidak mengerti akibat dari perilakunya, yakni melepas pakaian di depan umum. Namun di sisi lain, pencuri tersebut bisa mengelola masalah yang dihadapinya. Salah satu contohnya adalah saat ia mampu memisahkan uang besar dan uang kecil. Oleh sebab itu, wajar jika ibu tadi dan sebagian masyarakat yang menjadi saksi curiga dengan keabnormalan pencuri tersebut.

Sebenarnya, abnormalitas terlalu disempitkan pengertiannya bagi sebagian orang. Orang-orang yang abnormal sering dikaitkan dengan orang yang memiliki gangguan jiwa. Mereka sering dianggap berbahaya, harus dijauhi, dan sebagainya. Padahal, abnormal tidak hanya itu. Orang abnormal adalah orang yang berperilaku atau memiliki kondisi berbeda dari kebanyakan orang. Seorang dosen yang mengajar di depan kelas dengan berdiri juga dinamakan abnormal, karena seluruh mahasiswanya duduk sedangkan dosen tersebut berdiri sendirian. Anak yang memiliki IQ di atas rata-rata akan menjadi abnormal jika sedang berada di antara anak-anak yang memiliki IQ normal (rata-rata). Maka, sebaiknya kita dapat lebih memahami makna dari abnormalitas itu sendiri agar tidak menyempitkan pengertiannya dan menjauhi orang yang abnormal.

Semoga bermanfaat, amiin :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun