Tahukah Anda dengan film berjudul Fatal Attraction? Film ini menghadirkan Glenn Close yang memerankan tokoh Alex Forrest sebagai seorang wanita yang bermasalah dalam hal kejiwaan. Cerita film ini diawali dengan adanya sebuah keluarga, yakni Dan, Beth, dan anak mereka Ellen. Mereka merupakan keluarga yang harmonis. Namun ketika Dan bertemu dengan Alex, mereka berdua berselingkuh. Dan mengkhianati Beth yang telah menjadi istri yang baik baginya.
Perselingkuhan itu terjadi hanya sebentar. Dan ingin melupakan Alex dan kembali kepada istri dan anaknya. Namun, tidak semudah itu bagi Alex untuk melepaskan Dan. Alex terus mengejar-ngejar Dan, ia pun meneror keluarga Dan. Kepribadian Alex mulai tampak. Alex tidak hanya ingin memiliki Dan, ia juga iri dan benci terhadap kebahagiaan keluarga Dan.
Tidak hanya film Fatal Attraction, Indonesia pun memiliki sinetron yang menghadirkan tokoh seperti Alex. Sinetron itu berjudul Catatan Hati Seorang Istri (CHSI). Tokoh seperti Alex diperankan oleh Cut Meiriska yang dalam sinetron ini bernama Karin. Saya rasa banyak masyarakat Indonesia yang telah mengetahui jalan cerita sinetron ini. Tokoh Karin sangat tergila-gila dengan Bram yang merupakan suami dari Hanna. Obsesinya pun terlihat dari kelicikannya dalam menghancurkan keluarga Bram hingga ia nampak seperti orang yang terkena gangguan jiwa karena obsesinya tersebut. Sampai sekarang sinetron ini masih tayang. Kini Karin berhasil merebut Bram dari Hanna.
Nah, kedua tokoh yakni Alex dan Karin, memiliki ciri-ciri kepribadian yang sama. Jika dilihat dari sudut pandang Psikologi Abnormal, keduanya memiliki ciri-ciri Gangguan Kepribadian Ambang (Borderline Personality Disorder/BPD). Menurut Nevid, dkk (2003), Gangguan ini bercirikan mood yang kacau, hubungan yang berantakan dengan orang lain, self-image yang tidak stabil, dan kurangnya kontrol impuls.
Ciri-ciri tersebut terdapat pada tokoh Alex dan Karin dimana mereka tidak bisa mengatur mood mereka jika hal yang diinginkannya tidak terpenuhi. Selain itu untuk meraih obsesinya, mereka bisa dikatakan jahat sehingga tidak bisa menjaga hubungan baik dengan orang lain. Tokoh Alex dan Karin juga sangat takut ditinggalkan oleh orang yang disayanginya. Hal ini mengakibatkan mereka sangat marah terhadap sebuah penolakan. Misalnya ketika Karin ditolak oleh Bram, ia menangis dan sangat marah atas penolakan tersebut. Ia bertanya-tanya mengapa seolah-olah tidak ada orang yang menerimanya. Oleh karena itu, ia pun menjadi sangat terobsesi untuk mendapatkan Bram.
Selain itu sesuai dengan ciri-ciri gangguan BPD, kedua tokoh ini juga sulit mengontrol impuls atau kehendak hatinya. Hal ini membuat mereka cenderung berbuat semaunya dan tidak memikirkan konsekuensi perbuatannya yang terkadang bahkan dapat membahayakan dirinya sendiri. Contohnya adalah adegan dimana Alex menyayat pergelangan tangannya sendiri untuk menarik perhatian Dan. Karin pun dalam sinetron CHSI melakukan percobaan bunuh diri beberapa kali karena juga ingin mendapatkan perhatian Bram.
Penderita gangguan ini dalam dunia nyata (bukan film maupun sinetron) dapat dibantu dengan salah satu terapi, yakni melalui pendekatan Behavioral. Pemberian reinforcement pada klien BPD dapat membuatnya tidak terlalu takut dan marah terhadap penolakan. Terapis dalam hal ini berperan memberikan dukungan dan penguatan positif pada klien sehingga mereka dapat menjalin hubungan baik dengan orang lain. Orang dengan gangguan BPD yang sangat sensitif dengan penolakan, juga dapat dibantu oleh terapis dalam mencapai identitas dirinya. Selain itu ia harus dibantu agar memiliki citra diri (self-image) yang positif sehingga ia dapat mengontrol mood dan impuls (kehendak hati)-nya dengan baik pula.
Semoga bermanfaat, amiin :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H