Mohon tunggu...
Sofiah Rohul
Sofiah Rohul Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Holla Before doing something, do something different

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Transmigrasi dan Transparansi Pembangunan Desa

18 Agustus 2023   14:49 Diperbarui: 18 Agustus 2023   14:59 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu jalan desa yang belum mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Foto: Sofiah.

Tidak hanya rombongan 99 KK dari Kebumen, ada beberapa rombongan lain yang menyusul dengan selang keberangkatan satu minggu. Kala itu rombongan 99 KK adalah rombongan pertama. Menyusul rombongan kedua 24 KK dari Kebumen, rombongan ketiga 56 KK dari Kebumen, rombongan keempat 13 KK dari Salatiga Jawa Tengah, rombongan kelima 24 KK dari Bojonegoro Jawa Timur, rombongan keenam 17 KK dari Wonogiri Jawa Tengah, rombongan kedelapan 15 KK dari Banyumas Jawa Tengah dan rombongan kesembilan dari Purbalingga Jawa Tengah.

Saat itu pada 1989 Kepala Desa Pemukiman Transmigrasi (KUPT) yang dipimpin oleh Ir. Sudirman dan para staffnya mengundang tokoh masyarakat agama membentuk musyawarah desa persiapan dan mengadakan pemilihan Pejabat Sementara Kepala Desa (PJS Kades). Terpilihlah Rolikin dari warga transmigrasi umum. PJS Kades berlaku untuk satu tahun.

Setelah terpilihnya menjadi PJS Kades, Rolikin mengundang tokoh masyarakat dan tokoh agama untuk mengadakan musyawarah pemberian nama desa. Ada beberapa nama saat itu yang diusulkan, seperti Kelapa Sawit dan Pasir Luhur. Selanjutnya dalam musyawarah tersebut disepakati nama desa yaitu Pasir Luhur.

"PJS Kades Rolikin saat itu memilih nama Pasir Luhur," tutur Darmin lebih lanjut.

Nama Pasir Luhur berdasarkan cerita dari Hasim Siswanto yang saat itu turut serta dalam musyawarah dan juga mantan Kades Pertama setelah menjadi desa definiti yaitu bahwa desa yang banyak rawa dan jika tanah disini digali banyak pasirnya sampai sekarang. Air keruh hanya sebentar lalu langsung jernih. Dari situlah diberi nama Pasir Luhur. Selain itu, mengingat dari perjuangan sejarah Kamandaka, dimana setiap berhenti di suatu tempat, tempat itu diberi nama Pasir Luhur.

Menjelang desa di serahkan ke Pemerintah Daerah (Pemda) maka KUPT menyusun program untuk membentuk kepala definitif. Kemudian setelah satu tahun ada PJS Kades, pada 1980 aparat Desa Pasir Luhur mengadakan pesta demokrasi pertama dengan diadakan pemilihan kepala desa secara umum dan terbuka. Saat itu calon kandidat kepala desa adalah Rolikin, Munjaeni dan Hasim Siswanto. Terpilihlah Hasim Siswanto sebagai kepala desa pertama. Lalu Samiran diangkat sebagai Sekretaris Desa.

Hasim Siswanto adalah warga tran umum asal Purbalingga Jawa Tengah. Kepemimpinan Hasyim Siswanto masih seperti sistem lama, dengan masa jabatan delapan tahun dan ditambah satu tahun untuk digunakan sebagai Petugas Bebas (PB). Program kepemerintah Hasyim Siswanto adalah program jangka pendek, program jangka menengah dan program jangka panjang. Tak hanya itu, meski telah terpilih menjadi Kades, Hasyim masih di bombing oleh pihak KUPT.

Lalu, ia bersama dengan pihak KUPT mulai menyusun perangkat desa mulai dari Kepala Urusan (Kaur): umum, pemerintah, pembangunan dan keaungan. Kepala Dusun (Kadus): I, II dan III serta Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warna (RW).

Disusul dengan menyusun administrasi desa tentang kependudukan dan pertanahan serta menyusun program desa jangka pendek, menengah dan panjang. Program jangka pendek yaitu memersatukan ide dan pandangan hidup masyarakat yang terdiri dari berbagai suku dan adat. "Meski sebagian besar suku Jawa, namun adat istiadatnya berbeda, karena ada asal Kebumen, Banyumas, Purbalingga, Salatiga, Wonogiri dan Bojonegoro," ujar Pria berkacamata tersebut.

Program jangka menengah ditujukan pada menertibkan pemilikan tanah melalui sertifikat tanah bersama KUPT. Sedangkan program jangka panjang mengenai bagaimana desa Pasir Luhur kedepannya.

Setelah kepemimpinan Hasyim Siswanto berakhir pada 1998 pergantian kepala desa juga diadakan. Kala itu calon kandidat adalah Sumamo, Sukarjo, Hadi dan Hasyim Siswanto mencalonkan kembali. Namun keberuntungan tak memihak pada Hasyim Siswanto. Saat itu terpilihlah Sukarjo, menempati urutan terbanyak. Masa jabatan belum habis, namun Sukarjo meninggalkan pemerintahan, tidak mengundurkan diri dan juga tidak diberhentikan. Sehingga terjadi masa transisi jabatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun