Mohon tunggu...
Sofiah Rohul
Sofiah Rohul Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Holla Before doing something, do something different

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Salah Jalan Saat Trecking di Air Terjun Batu Dinding

2 November 2022   21:28 Diperbarui: 2 November 2022   21:59 735
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keterangan foto: Anggota grup Batu Kareh saat melakukan trip ke Air Terjun Batu Dinding. (Foto: Dokumen pribadi)

"Katanya udah pernah ke sini, gimana si masa salah jalan. Sesat nih!" seru kami kepada Nafi.

***
Main ke alam menjadi alternatif menenangkan hati dan pikiran usai menjalani rutinitas kerja harian. Akhir pekan pun dimanfaatkan untuk menjelajahi alam bagi sebagian orang, apalagi sejak ngtrend kata-kata healing.

Meskipun pada harfiahnya healing lebih mengacu pada penyembuhan jiwa. Namun, kini kata tersebut lebih disederhanakan untuk melangsungkan me time.

Mengijakkan kaki ke alam menjadi fenomena anyar beberapa tahun terakhir dan hingga kini masih berlanjut. Tidak hanya anak muda, hampir seluruh kalangan mengeksplore diri ke alam. Ya, begitu juga aku.

Kali ini aku bakal bercerita tentang perjalananku ke Air Terjun Batu Dinding, Desa Tanjung Belit, Kampar Kiri, Kampar, Riau. Bagiku, menelusuri alam Indonesia menjadi refleksi untuk memanjakan diri. Tujuan lainnya, melatih kaki agar tidak mudah keseleo, terkilir, dan lainnya.

Kenapa? Karena dengan di alam banyak mendengar ucapan hati-hati. Contohnya hati-hati licin, hati-hati lubang. Bahkan, harus hati-hati menjaganya, kalau tak hati-hati bisa jatuh hati ke yang lain, eh.

Sampai lupa, kalau aku mau bercerita perjalanan menuju Air Terjun Batu Dinding. Air terjun yang diapit sungai dan hutan ini berada di Kabupaten Kampar, Riau. dibutuhkan waktu sekitar 3 sampai 4 jam untuk menuju lokasi tersebut dengan kecepatan tinggi dan aman. Selain itu, jika ingin ke sana jangan lupa persiapkan logistik dan juga olahraga terlebih dahulu agar tidak naik betis.

Keterangan foto: Anggota grup Batu Kareh saat melakukan trip ke Air Terjun Batu Dinding. (Foto: Dokumen pribadi)
Keterangan foto: Anggota grup Batu Kareh saat melakukan trip ke Air Terjun Batu Dinding. (Foto: Dokumen pribadi)


Trip ini menjadi list kami anggota Grup Batu Kareh alias Batu Keras. Sengaja aku beri nama itu agar tidak ketauan orang kantor bahwa di akhir pekan kami melakukan perjalanan. Maklum, saat itu aku masih jadi budak corporate.

Jadilah para pekerja yang pandai-pandai dan nekatan, sebab menikmati akhir pekan menjadi bagian yang dibutuhkan oleh hampir setiap orang. Ingat ya guys hampir.

Berhubung akhir pekan telah tiba, maka kami yang bernggotakan enam orang pekerja media ini  memutuskan untuk pergi ke alam. Meski ujung-ujungnya sepanjang jalan mantengin notifikasi hp, kali-kali ada perintah dari bos besar (gaya banget) bahkan nyemplung pun masih kepikiran.

Kalian mau tau titik kumpul (tikum) paling alternatif, guys? aku sarankan untuk kumpul di salah satu Polsek di Pekanbaru yang berada di Kecamatan Bukitraya. Kami berani mengambil keputusan ini karena aku dan dua anggota grup lainnya yakni Ridho dan Akmal sama-sama memiliki jobdesk di hukum dan kriminal (hukrim). Jadi, kantor polisi menjadi sahabat akrab kami.

"Pukul 07.00 WIB udah kumpul ya guys," pintaku di grup.

"Wokeh, sip, siap," sahut mereka.

Aku dan empat orang temanku menggunakan sepeda motor. Aku berangkat dari Tenayan Raya, Akmal dari Panam begitu juga dengan Nafi dan Kiki. Lalu, Laras dari Gobah. Begitu sampai, kami parkirkan kendaraan terlebih dahulu bersamaan dengan Ridho yang membawa mobil.
 
Perjalanan pun kami serahkan kepada Ridho si ahli nyalip namun tetap aman. Paling yang paling belakang mental kalau ga ikut konsentrasi. Begitulah nasibku, Laras, dan Kiki.

Lagu-lagu galau dan Minang ari smartphone Ridho pun menjadi pengantar perjalanan kami ke Air Terjun Batu Dinding yang sudah pernah dikunjungi Nafi terlebih dahulu saat menjadi mahasiswa.

"Ini aksesnya udah bagus," kata Nafi yang duduk di bangku depan lantaran takut mabuk darat.

Tak terasa kami pun sampai di pintu masuk menuju Desa Tanjung Belit yakni Desa Lipat Kain. Di sana akan disuguhi pemandangan alam seperti sungai yang berada di sebelah kanan. Adapula kebun sawit warga.

Selain itu, akan ada sapi atau pun kerbau milik warga yang dilepasliarkan. Suara hewan seperti monyet pun masih terdengar nyata. Beberapa alat berat pun sedang bekerja memperbaiki jalan yang terjal dan bergelombang, di area perbukitan itu.

Sempat bingung mencari tempat parkir karena dominan pengunjung memilih sepeda motor untuk trip di sini. Untuk yang belum membawa jajanan tenang saja, karena di sekitar pintu masuk ada beberapa penjual yang bisa mengisi kampung tengah agar tidak kelaparan.

Begitu mendapat tiket masuk dengan harga 10 K per orang kami pun bergegas menapaki tanah dan kerikil. Lalu disambut dengan jembatan dan jalan setapak yang sudah disedimentasi. Tak berapa lama, akan mendapat jalan mendaki dan kerikil.

Sekali lagi pastikan juga baca plang atau petunjuk, agar tidak nyasar saat trecking seperti kami wkwk untungnya tidak cuma kami saja yang udah jauh-jauh ke atas, eh rupanya kena prank dan jalannya cuma belok ke kiri lalu ikuti jalan satu arah itu. Ada banyak pohon, jangan ditabrak nanti pingsan wkwk.

 "Katanya udah pernah ke sini, gimana si masa salah jalan. Sesat nih!" seru kami kepada Nafi lalu turun mencari sumber suara air terjun dan juga pengunjung yang asik bermandi Air Terjun.

"Aku dulu menyisiri sungai dulu guys sebelum ke sini," belanya.

Lagi-lagi, cari jalan yang aman, apalagi pas trecking melewati sungai kecil dan tangga, kali-kali licin. Balik lagi itu resiko main ke alam. Sama resikonya kalau dah lapar, jadi pastikan logistik juga aman ya guys.

Keterangan foto: Air Terjun Batu Dinding, Kampar, Kampar Kiri, Riau.
Keterangan foto: Air Terjun Batu Dinding, Kampar, Kampar Kiri, Riau.

Debur suara yang berjatuhan ke bawah akhirnya memanjakan mata dan ngebuat speechless. Airnya bersih, semakin mendekati sumber jatuhnya semakin berwarna hijau. Menandakan semakin dalam.

Untuk yang tidak mahir berenang tak perlu cemas karena ada benen. Maksudnya pelampung ban hitam. Orang kami Melayu menyebutnya benen.

Itu berlaku bagi Laras, si jangkung yang tak pandai berenang. Kami pun terheran heran olehnya.

Nikmatilah perjalananmu dengan beragam pikiran yang melayang-layang. Pulanglah dengan pikiran jernih agar selamat. Kembalilah menghadapi hari yang penuh warna dengan tenang dan ceria. (Sofiah)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun