Didalam surah al hujurat Ayat 7 dan 8, kita diperintah untuk mematuhi rasulullah bukan rasulullah suruh mematuhi kita maka dari itu rasulullah diutus untuk dipatuhi. Maka pada diri Rasulullah SAW tidak ada bedanya antara apakah islam normatif atau islam historis karena Rasulullah adalah sumber hukum. Pengertiannya ialah islam normatif yang seharusnya dan islam historis yang dilaksanakan. Pada masa sahabat juga masih hampir sama karena para sahabat di didik langsung oleh rasulullah tetapi tentu tidak sama persis kadang kadang ada bedanya itu pun juga tidak sering. Pada suatu saat ada sahabat itu mengeluh kepada nabi bahwa sudah kami coba untuk selalu taat tapi kadang kadang durhaka juga, sudah kami coba untuk selalu ingat kepada Allah tetapi kadang kadang lupa juga dan sebagainya. Akan tetapi pada umumnya pada diri sahabat antara islam normatif dan islam historis jaraknya hanya sedikit begitu generasi selanjutnya tabi'in terus dari abad sampek ke abad sekarang ini jarak antara islam normatif dan historis itu semakin jauh semakin ada pertentangan antara islam yang seharusnya (normatif) dan islam yang kita laksanakan (historis)Â
 Maka dari itu sekarang banyak problem perbedaan antara islam normatif dan islam historis. Islam mengajarkan jujur tapi banyak umat islam yang tidak jujur, islam mengajarkan disiplin tapi banyak yang tidak disiplin, islam mengajarkan bersih tapi banyak yang tidak bersih, islam mengajarkan ukhuwah islamiyyah tapi banyak umat islam yang konflik. Sehingga dulu ada orang barat belajar islam normatif dia baca al-quran baca hadis baca dari buku buku islam kemudian dia masuk islam, setelah dia masuk islam dia keliling keliling ke berbagai negeri umat umat islam setelah keliling keliling dia berkata untung saya masuk islam sebelum keliling keliling negeri umat islam andai keliling dulu saya akan berubah pikiran karena islam yang dia baca dengan islam yang dia saksikan, ternyata ada jaraknya ada perbedaannya antara yang seharusnya dan yang dilaksanakan.
kalo kita dramatisir islam normatif ada dipucak bukit satunya islam historis ada dipuncak bukit satunya yang tengah nya ada jurang, seperti itu jika kita dramtisir kita ekstripkan misalnya jelas islam mewajibkan seorang muslimah yang sudah dewasa untuk menutup aurat nya tetapi sebagian besar muslimah tidak menutup auratnya, sedangkan menutup aurat itu hukum nya wajib dalam islam. Kalau laki-laki batasnya mulai pusar sampek lutut dan perempuan seluruh tubuh kecuali telapak tangan dan wajah.Â
Di indonesia selalu disebut negara islam terbesar didunia, maksutnya penduduknya muslim dengan penduduk yang tebesar didunia. Jadi orang orang yang belum pernah ke indonesia membayangkan kalo dia pergi keindonesia dia akan melihat islam diindonesia tapi begitu sampek diindonesia berbalik fakta bahwa itu tidak ada bedanya dengan kota kota dieropa tidak ada keliatan islamnya atau contoh lain seperti ketika dihotel mereka liat acara acara tv diindonesia tidak juga keliatan dengan islamnya, mungkin, kalau kita terbiasa karena setiap hari melihat tentang hal itu tidak merasakan ada hal yang aneh. Seorang syekh dari makkah syekh Abdullah bin Abdul Aziz direktur al- haihatul isyaraht al ilmiyyah fil quran wal sunnah di rabithah al islami datang ke jogja beliau cerita baru datang dari bandara juanda surabaya ada yang aneh bahwa beliau melihat seorang perempuan yang memakai rok mini dan pakain yang bukan islami dibandara, untuk menuju ke mushallah lalu beliau liat dan ikutin bahwa ternyata wanita itu hendak melaksanakan sholat dimushallah dengan tadi yang sebelumnya memakai pakain seperti itu akan tetapi masih sholat.
Kita juga masih banyak melihat hal aneh di negara kita, bahwa islam mengharamkan ribah dan itu jelas sudah didalam Al-Qur’an dijelaskan, akan tetapi 95% perbankan indonesia masih memakai ribah. Sedangkan untuk umat islam masih tenang-tenang saja berurusan dengan bank dengan mendapat bunga dari bank itu untuk dimakan . Ini juga bahwa menunjukan kenyataan ada perbedaan dan jarak yang jauh antara islam normatif dan islam historis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H