Status gizi balita merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan, khususnya di berbagai negara berkembang. Stunting adalah masalah serius yang memengaruhi kualitas hidup generasi mendatang. Dengan upaya pencegahan dan penanganan yang tepat, dampak stunting dapat diminimalkan. Setiap individu memiliki peran dalam menciptakan generasi yang sehat dan berkualitas.Disarankan untuk memberikan asupan energi yang cukup kepada bayi dan balita, memberikan asupan gizi yang baik kepada ibu hamil, meningkatkan pengetahuan ibu, membuka lapangan pekerjaan yang luas, memberikan penyuluhan tentang pola asuh dan memanfaatkan pekarangan sebagai kebun sayuran.
Apa Itu Stunting?
Stunting merupakan bentuk kegagalan pertumbuhan (growth faltering) akibat akumulasi ketidakcukupan nutrisi yang berlangsung lama mulai dari kehamilan sampai usia 24 bulan. Keadaan ini diperparah dengan tidak terimbanginya kejar tumbuh (catch up growth) yang memadai. UNICEF merilis laporan level malnutrisi anak edisi 2021. Laporan itu mengungkap kondisi jutaan anak-anak yang kegemukan, kurang nutrisi, hingga stunting di dunia.Diperkirakan ada 149,2 juta anak-anak yang mengalami stunting.
Stunting pada balita perlu mendapatkan perhatian khusus karena dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan fisik, perkembangan mental dan status kesehatan pada anak. Studi terkini menunjukkan anak yang mengalami stunting berkaitan dengan prestasi di sekolah yang buruk, tingkat pendidikan yang rendah dan pendapatan yang rendah saat dewasa. Anak yang mengalami stunting memiliki kemungkinan lebih besar tumbuh menjadi individu dewasa yang tidak sehat dan miskin.
Faktor – Faktor  Apa Saja Yang Bisa Mempengaruhi Stunting :
- Tingkat Asupan Energi
Masa awal anak-anak ditandai dengan pertumbuhan yang cepat (growth spurt).Mencukupi kebutuhan asupan energi yang adekuat merupakan hal yang sangat penting bagi anak. Energi tersebut bersumber dari makronutrien seperti: karbohidrat, lemak, dan protein.Anak yang mendapatkan asupan energi yang cukup akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan usianya, tetapi apabila terjadi kekurangan asupan energi pada masa anak-anak maka akan berdampak kepada status gizi anak tersebut
- Tingkat Pendidikan Ibu
Ibu dengan pendidikan tinggi mempunyai pengetahuan yang lebih luas tentang praktik perawatan anak serta mampu menjaga dan merawat lingkungannya agar tetap bersih . Orang tua terutama ibu yang mendapatkan pendidikan lebih tinggi dapat melakukan perawatan anak dengan lebih baik daripada orang tua dengan pendidikan rendah
- Tingkat Pendapatan Keluarga
Status ekonomi rendah dianggap memiliki pengaruh yang dominan terhadap kejadian kurus dan pendek pada anak. Orang tua dengan pendapatan keluarga yang memadai akan memiliki kemampuan untuk menyediakan semua kebutuhan primer dan sekunder anak. Anak pada keluarga dengan status ekonomi rendah cenderung mengkonsumsi makanan dalam segi kuantitas, kualitas, serta variasi yang kurang
- Pola Asuh
Pada penelitian Widyaningsih dkk., (2018) diketahui bahwa variabel pola asuh berhubungan dengan kejadian stunting pada anak usia 24-59 bulan dengan nilai p=0,015. Jika hal ini terjadi pada masa golden age maka akan menyebabkan otak tidak dapat berkembang secara optimal dan kondisi ini sulit untuk dapat pulih kembali. Pola asuh yang kurang dalam penelitian ini adalah pada indikator praktek pemberian makan.
Mencegah stunting bukan hanya tentang memastikan anak-anak tumbuh sehat, tetapi juga membangun masa depan bangsa yang lebih cerah. Mari kita bersama-sama mengambil langkah nyata untuk melindungi masa depan anak-anak kita dari ancaman stunting. Setiap tindakan kecil dapat memberikan dampak besar bagi generasi mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H