Mohon tunggu...
Sofia Grace
Sofia Grace Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga

Seorang ibu rumah tangga yang hidup bahagia dengan suami dan dua putrinya. Menggeluti dunia kepenulisan sejak bulan Oktober 2020. Suka menulis untuk mencurahkan isi hati dan pikiran. Berharap semoga tulisan-tulisan yang dihasilkan dapat memberi manfaat bagi pembaca.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Salah Asuhan (2)

31 Juli 2022   20:46 Diperbarui: 31 Juli 2022   21:02 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Mama terlalu memanjakan Sonny. Dia itu sudah dewasa, Ma. Sembilan belas tahun. Sudah punya KTP, SIM, dan bisa menyetir motor. Jadi seharusnya sudah bisa mengurus dirinya sendiri!"

Aku diam saja mendengar teguran Thomas. Ini bukan baru pertama kalinya dia mengingatkanku bahwa keponakannya itu sudah dewasa. Biasanya aku membantah dengan mengatakan kasihan Sonny sudah tidak punya ayah, sedangkan ibunya menghilang entah ke mana. Kasihan anak itu mengalami penderitaan batin sebelum waktunya. Kasihan Sonny begini. Kasihan Sonny begitu....

Lama-kelamaan aku sendiri lelah berdalih sedemikian rupa. Terserah apa pendapat orang atas sikap kasih sayangku terhadap cucuku itu. Aku turut mengasuhnya waktu bayi dulu karena kedua orang tuanya sibuk bekerja. Setelah menikah, Rendy tinggal di rumah kontrakan ibu mertuanya. Sama halnya denganku, ibu mertua anakku itu juga seorang janda. Suaminya telah meninggal dunia sebagaimana ayah dari anak-anakku.

Setiap hari aku berjalan kaki ke rumah besanku. Demi mengunjungi cucuku tercinta. Aku jatuh hati sejak pertama kali melihat anak itu. Wajahnya mirip sekali dengan ayahnya semasa kecil. Kasih sayangku tercurah untuk Sonny melebihi cucu-cucuku yang lain, yaitu yang terlahir dari benih Thomas. Perasaan ini sama halnya dengan kasih sayangku yang lebih melimpah untuk Rendy dibandingkan dirinya.

Melihatku diam saja tak menanggapi kata-katanya, anak bungsuku itu melanjutkan, "Bang Rendy dulu juga dimanjakan oleh Mama. Akibatnya dia tidak bisa mandiri sampai akhir hayatnya. Pekerjaannya tak pernah berhasil, bahkan menumpuk hutang yang banyak. Tapi gaya hidupnya tetap boros. Sering beli baju dan sepatu bagus, makan enak-enak di luar, berlibur ke sana kemari dengan istri dan anaknya. Mamalah yang selalu membiayai pengeluaran Bang Rendy. Aku sendiri bingung penghasilan istrinya sendiri dipakai buat apa? Setiap hari pergi kerja pagi dan pulang sore tapi kebutuhan sekolah anak masih minta tolong aku. Uang kontrak rumah mereka juga aku yang bayar. Padahal ibunya sendiri ikut tinggal di sana. Setiap hari Mama mengiriminya makanan. Juga uang jajan yang berlebih buat Sonny. Padahal Mama sudah tidak bekerja dan hanya mendapatkan uang dariku. Aku sampai sedih melihat hidup Mama yang keterlaluan hematnya. Penampilan Mama sangat sederhana sementara mereka hidup berfoya-foya terus!"

Semua perkataan anak bungsuku itu benar adanya. Memang begitulah sifat almarhum kakaknya. Suka hidup enak. Kalaupun tak punya uang untuk memenuhinya, dia tak malu-malu meminta uang padaku. Hutang-hutangnya di luar banyak. Aku juga tak mengerti dibuat apa saja uang  itu. Pernah dia beralasan untuk merenovasi rumah kontrakan mertuanya yang sudah lapuk. Juga untuk memulai usaha baru. Tapi entahlah. Semua usahanya tak ada yang berhasil. Ujung-ujungnya Rendy selalu datang padaku meminta uang.

Dengan ikhlas kukabulkan keinginannya. Bahkan lama-lama aku seperti otomatis selalu memberikan uang setiap kali dia datang. Demikian pula dengan istri dan anaknya. Mereka selalu mendapat limpahan makanan maupun uang jika datang berkunjung ke rumahku.

Saskia adalah istri pilihanku buat Rendy. Aku mengenal ibu gadis itu terlebih dahulu. Kami sering bertemu di acara arisan kampung. Karena merasa cocok mengobrol, kami akhirnya sepakat untuk memperkenalkan anak-anak kami.

Rupanya baik Rendy maupun Saskia tak merasa keberatan menjalin hubungan lebih lanjut. Aku yang merasa gadis itu adalah perempuan baik-baik kemudian memaksa Rendy untuk segera meminangnya sebagai istri. Karena aku takut anakku tidak awet hubungannya dengan Saskia dan kembali berpacaran dengan mantan kekasihnya yang lebih cantik. Perempuan itu seorang purel!

Ya, Rendy memang petualang cinta. Perempuan model apapun pernah dipacarinya. Yang terakhir adalah perempuan penghibur itu. Aku frustasi sekali waktu itu. Anakku sering kumarahi. Perempuan itupun kutegur dengan keras. Tapi mereka acuh tak acuh. Tetap saja hubungan mereka berlanjut.

Kalau sudah tak kuat mendengar omelanku, Rendy biasanya kabur dari rumah. Paling lama satu bulan kemudian dia akan balik lagi karena uangnya habis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun